- Banyak karang di dekat pesisir pantai utara Flores tepatnya di Kabupaten Sikka, NTT termasuk di pesisir pantai Desa Waiara mengalami kerusakan akibat aktifitas pengeboman ikan, tradisi Bekarang maupun Menyuluh
- Maumere Diver Community (MDC) melakukan transplantasi karang dari karang-karang yang patah akibat tradisi Bekarang dan Menyuluh
- Karang yang dipilih merupakan jenis Acropora yang disukai ikan sebab cepat tumbuh dan temperatur air di Pantai Waiara berkisar antara 20⁰C sampai 30⁰C, sinar mataharinya juga bagus di kedalaman 5 sampai 7 meter.
- Aktifitas pembangunan turap pengaman pantai dan pemecah gelombang di sepanjang pantai di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, seharusnya diikuti juga dengan rehabilitasi karena banyak karang yang rusak terkena dampak
Ada yang berbeda pagi itu di pesisir pantai antara Sea World Club Resort and Dive Center dan Amrita Resort. Belasan penyelaman dan tim snorkling berkumpul di pantai berpasir putih di Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Satu per satu modul atau media transplantasi karang terbuat dari semen berbentuk segi empat diangkut ke atas perahu motor. Bertolak tak jauh dari pantai, satu per satu modul diletakkan di bawah laut.
“Kita lakukan tranplantasi karang dimana karang-karang yang patah dan hancur yang bisa diselamatkan kita tempelkan di modul,” kata Yohanes Saleh, Penasihat Maumere Diver Community (MDC) saat ditemui Mongabay Indonesia di Pantai Waiara, Minggu (22/11/2020).
Hanz sapaannya mengatakan, karang-karang tersebut rusak karena aktifitas pengeboman serta masyarakat yang mencari ikan dengan cara Bekarang serta Menyuluh.
Tradisi Bekarang merupakan aktifitas mencari ikan, siput, gurita di pesisir pantai saat air laut surut. Saat Bekarang, masyarakat sering berjalan menginjak karang bahkan membongkar karang untuk menangkap ikan, udang, gurita atau kerang.
Bila Bekarang dilakukan saat siang, tradisi Menyuluh dilakukan malam hari. Menggunakan penerangan berupa lampu petromak atau senter, warga membawa tombak berujung tajam berbentuk trisula untuk menombak ikan, udang, belut dan gurita.
baca : Memulihkan Ekonomi Nasional dengan Rehabilitasi Terumbu Karang?
Membuat Taman Karang
Yohanes Don Bosco R. Minggo, S.Pi, M.Si, Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikananan Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Kabupaten Sikka, menjelaskan karang scleractinian atau karang batu atau karang keras merupakan pembentuk utama terumbu karang.
Karang ini, sebut Rickson sapaannya, terdiri dari ratusan atau ribuan polip yang menjadi satu koloni dalam kerangka kalsium karbonat yang disekresikan oleh polip itu sendiri.
Terumbu karang menurutnya, mempunyai fungsi ekologi dan manfaat ekonomis, yaitu sebagai tempat perkembang biak biota laut dan penyedia pangan melalui perikanan perairan karang.
“Fungsi ekologi karang juga sebagai pelindung pantai, pemecah ombak dan sebagai bahan baku obat obatan. Manfaat ekonominya adalah sebagai sumber pendapatan bagi mayarakat pesisir melalui perikanan karang dan wisata bahari,” ungkap Rickson kepada Mongabay Indonesia, Jumat (27/11/2020).
Titik transplantasi karang oleh MDC disurvey wilayah yang karangnya banyak hancur. Karang-karang yang patah pun diambil oleh penyelam dan dilakukan transplantasi di modul. Terdapat 15 penyelam profesional yang terlibat.
baca juga : Sering Diambil Masyarakat, KKP Lakukan Transplantasi Karang di Sabu Raijua
Ketua MDC, Adrianus Ratu kepada Mongabay Indonesia, Senin (23/11/2020) menjelaskan pemilihan lokasi transplantasi di Pantai Waiara sebab di daerah tersebut banyak hewan laut berukuran kecil.
Menurut Arjun sapaannya, MDC ingin membuat rumah buat hewan laut ini sehingga fotografer yang mau menyelam dan memotret bisa melakukan di tempat ini. Ada 150 modul berukuran besar dan kecil yang diletakan di lokasi tersebut.
“Kita ingin membuat coral garden yang bisa dipakai untuk penelitian. Kami memilih jenis karang Acropora yang banyak terdapat di pesisir pantai. Karang yang patah dan masih hidup dipilih dan diikat di modul,” ucapnya.
Hanz menambahkan, Acropora cepat tumbuh dan temperatur air di Pantai Waiara berkisar antara 20⁰C sampai 30⁰C. Selain itu sinar mataharinya juga bagus di kedalaman 5 sampai 7 meter.
“Jenis karang ini juga lebih disukai ikan dan setelah ditanam ikan sudah mulai ada. Kami sebelumnya juga lakukan transplantasi di Pantai Lokaria menggunakan kursi dan sepeda bekas,” terangnya.
Hanz sebutkan lokasi pertama di Pantai Lokaria dekat muara sehingga berlumpur. Sementara lokasi di Pantai Waiara lumpurnya sangat sedikit dan sampah plastik pun hampir tidak ada.
perlu dibaca : Kisah Sunyi Wilfrid Tanam Terumbu Karang Seorang Diri
Sarana Edukasi
Selain sebagai wadah para penyelam, MDC juga mendidik mendidik anggotanya untuk mencintai laut dan ekosistemnya termasuk melestarikannya dengan menjadi penyelam profesional, dive guide dan peneliti.
“Kita ingin menjaga dan melestarikan ekosistem laut dan salah satu caranya dengan melakukan transplantasi karang. Untuk bergabung di MDC kita pilih orang yang benar-benar ada passion menjaga dan merawat ekosistem laut bukan sekedar hanya dapat sertifikat menyelam saja,” tegas Hanz.
Setelah transplantasi karang, sebut Hanz, pihaknya melakukan perawatan selama seminggu sekali atau dua minggu sekali. Karang disikat,dibersihkan serta dicek dan dicatat pertumbuhannya.
Selain itu MDC meminta masyarakat lokal dan tempat wisata untuk menjaga agar di pesisir pantai jangan ada sampah plastik terutama sampah plastik yang mencemari laut.
“Pertumbuhan karangnya setahun bisa 2 sampai 3 sentimeter sehingga butuh puluhan tahun agar karang menjadi besar. Makanya sayang kalau ada aktifitas pengeboman ikan dan potas,” ucapnya.
Arjun menambahkan ke depannya MDC akan menggandeng masyarakat sekitar Waiara dan pegiat lingkungan untuk melakukan aksi bersih sampah di pesisir pantai. Apalagi menurutnya, saat ini sedang musim hujan sehingga banyak sampah terbawa air ke laut.
Dirinya menyesalkan masih banyak sampah-sampah plastik yang dibuang masyarakat di kali mati dan saluran air bahkan muara kali. Ini yang menyebabkan banyak sampah bertebaran di pesisir pantai usai hujan lebat.
“MDC bukan hanya sebagai sarana untuk belajar menyelam saja tetapi sebagai tempat untuk edukasi dan mengajarkan kepada anggotanya menjaga dan melestarikan ekosistem laut,” ucapnya.
perlu dibaca : Memulihkan Ekonomi Nasional dengan Rehabilitasi Terumbu Karang?
Lakukan Rehabilitasi
Hanz mengharapkan pembangunan turap pemecah gelombang di sepanjang pantai di Kecamatan Kangae harus diikuti dengan rehabilitasi karang, sama seperti hutan dimana pohon ditebang harus ditanam lagi.
“Harus ada rehabilitasi sebab ada beberapa titik penyelaman dari pantai Lokaria hingga ke arah timur, karangnya bagus.Adanya pembangunan ini menyebabkan karang menjadi rusak,” tegasnya.
Direktur Bank Sampah Flores, Wenferdia Efodia Susilowati kepada Mongabay Indonesia, Minggu (29/11/2020) mengakui wisatawan asing yang menginap di home stay miliknya selalu melakukan snorkeling di Pantai Lokaria.
Susi sapaannya membenarkan lokasi snorkeling favorit mereka beberapa meter ke arah laut dari tanggul pemecah gelombang. Dia sepakat harus ada langkah perlindungan dan rehabilitasi karang.
“Harus ada transplantasi karang dan perlu ada peraturan untuk melarang penangkapan ikan di terumbu karang yang jadi lokasi snorkeling. Karang sering mengalami kerusakan akibat terkena jaring dan ikan pun berkurang,” pungkasnya.
***
Keterangan foto utama : Ilustrasi. Pengukuran terumbu karang hasil transplantasi oleh komunitas Karang Nusantara di perairan Ambon, Maluku. Foto : Karang Nusantara