- Setiap musim hujan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, selalu mengalami banjir akibat meluapnya Kali Lamong. Sudah menjadi bencana rutin yang terjadi di sebagian teritori Kabupaten dengan luas wilayah sekkitar 1.191,25 km2
- Banjir yang terjadi selama sepekan ini di Kabupaten dengan jumlah 18 kecamatan itu merendam kurang lebihnya 44 Desa.
- BBWS Bengawan Solo akan menormalisasi sungai Kali Lamong dengan melihat spot-spot yang kritis.
- Pendekatan kelembagaan perlu difokuskan pada pengendalian pemanfaatan bantaran sungai, proses pembebasan tanah, penganggaran pembangunan dan kewenangan masing-masing lembaga.
Banjir merupakan suatu peristiwa dimana air menggenangi daratan atau lahan yang semestinya kering, atau bisa juga diartikan sebagai peristiwa meluapnya air di atas normal yang tidak dapat terserap kembali dengan cepat oleh permukaan tanah yang dilaluinya.
Di Kabupaten Gresik, Jawa Timur misalnya, setiap musim hujan selalu mengalami banjir akibat meluapnya Kali Lamong. Sudah menjadi bencana rutin yang terjadi di sebagian teritori kabupaten dengan luas wilayah sekkitar 1.191,25 km2 ini. Sehingga hal tersebut bisa menimbulkan kerugian bagi manusia serta berdampak secara sosial dan ekonomi. Seperti yang dirasakan Tarimin (70), salah satu warga Desa Iker-Iker, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik.
Banjir yang terjadi selama sepekan di kabupaten dengan jumlah 18 kecamatan ini selain merendam barang-barang berharga miliknya juga merendam tanaman padi yang baru ia tanam. Akibatnya tanaman padi itu amblas diterjang banjir.
“Padahal padi baru saja saya pupuk,” ujar Tarmin saat duduk di depan rumah sembari di temani istrinya melihat aktivitas anak-anak mencari ikan ketika banjir pekan lalu, Sabtu (19/12/2020). Karena kejadian ini dia pun mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta.
baca : Kali Lamong Meluap, Ribuan Rumah di Gresik Kebanjiran
Hal sama juga dijelaskan Iwan Andi (43), Sekretaris Desa Ngembung, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik. Banjir yang terjadi di Gresik akibat luapan Kali Lamong tersebut juga merendam setidaknya 40 hektar sawah di wilayahnya. Untuk kerugian yang dialami petani dia menaksir kurang lebih Rp100 juta.
“Kita masih mengusahakan ke dinas pertanian untuk meminta bantuan. Paling tidak bisa mengganti biaya tanam dari semai bibit dan juga pupuknya,” ungkap pria yang mempunyai hobi membaca ini. Selain itu juga dia berharap pemerintah pusat dan daerah lebih mmaksimal untuk menangani banjir, agar wilayahnya tidak lagi menjadi langganan.
Prioritas
Sementara itu, Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Isgiyanto mengatakan pihaknya akan terus mencarikan solusi, supaya banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Gresik ini tidak terjadi berkepanjangan.
Yang akan dilakukan diantaranya yaitu meningkatkan kapasitas sungai dengan membuat tanggul. Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan pengerukan sungai. Untuk kedepan pihak BBWS juga akan melakukan normalisasi sungai Kali Lamong dengan melihat spot-spot yang kritis.
baca juga : Hujan Deras dan Pasang Air Laut Picu Banjir Bandang di Pantura Lamongan
Karena anggarannya terbatas, lanjut dia, sehingga untuk pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap. “Dengan kondisi seperti sekarang ini kita akan pilah lagi untuk skala prioritas, mana yang lebih mendesak,” ujarnya kepada Mongabay Indonesia disela meninjau salah satu desa yang terendam banjir, Jumat (18/12/2020).
Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk kedepannya pihaknya juga akan mereview kembali terkait adanya perubahan tata guna lahan. Karena desain sungai Kali Lamong dari awal dengan saat ini sudah banyak mengalami perubahan baik dipinggir sungai ataupun di hulunya.
“Run off atau aliran ini juga sudah mengalami perubahan. Sehingga tahun depan kami sudah mulai nyicil. Memang masih jauh dari apa yang kita harapkan. Panjang Kali Lamong itu sekitar 130 kilometer, yang harus kita perbaiki kurang lebih 50 kilometer,” katanya.
Dia bilang selain faktor alih fungsi lahan faktor lain yang menyebabkan terjadinya banjir akibat meluapnya Kali Lamong yaitu budaya masyarakat membuang sampah sembarangan. Selain itu pembukaan lahan di hulu Sungai juga menjadi penyebab terjadinya banjir.
Dalam hal ini, katanya, pemerintah tidak akan berhenti membantu warga yang terdampak baik itu penanganan darurat maupun penanganan nanti permanennya. “Kita tidak bisa sendiri, tetapi perilaku masyarakat untuk menjaga sungai juga sangat penting,” pungkasnya.
perlu dibaca : Banjir Terjang Lamongan, Ratusan Desa Terendam
Pendekatan Kelembagaan
Prof Eko Budi Santoso dalam kajiannya berjudul Manajemen Risiko Bencana Kali Lamong pada Kawasan Peri-Urban Surabaya-Gresik Melalui Pendekatan Kelembagaan memaparkan, ada tiga faktor utama yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah di Kabupaten Gresik. Pertama yaitu faktor tata ruang wilayah. Kedua faktor kondisi sungai, dan ketiga faktor normalisasi sungai.
Dia menyebutkan ada perubahan tata ruang wilayah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Lamong, baik di bagian hilir maupun hulu sungai. Perubahan ini sebagai akibat dari alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah DAS Kali Lamong dimana bagian hulu terjadi pengurangan luas hutan, di sepanjang sungai bagian hilir berubah fungsi menjadi pemukiman atau tempat usaha, sebelum tahun 1980-an, kondisi Kali Lamong masih normal.
Fungsi Kali Lamong berubah seiring perkembangan penduduk dan industri. Hal ini terlihat dengan ditandai banyaknya bangunan di tepi sungai. Pemanfaatan bantaran sungai mengalami perubahan bantaran sungai berubah fungsi dengan ditanami warga. Selain itu, masyarakat juga menggunakan bantaran sungai untuk mendirikan bangunan perumahan perumahan dan juga terdapat beberapa industri.
baca juga : Apa yang Terjadi di Laut Apabila Cuaca Ekstrim Bergabung dalam Satu Waktu?
Berdasarkan data yang dihimpun dalam penelitian tersebut di bantaran Kali Lamong yang melintasi wilayah Kabupaten Gresik kini terdapat kurang lebih 1.300-an bangunan dan sekitar 17 unit industri.
Hilangnya waduk yang semestinya berfungsi sebagai retensi atau tempat penampungan sementara air kini disewakan untuk memelihara ikan, atau juga ditanami. Banjir memang selalu diakibatkan oleh ulah manusia, baik itu di hulu, hilir maupun bantarannya.
Karena itu, lanjutnya, diperlukan upaya penertiban daerah bantaran, pengerukan, normalisasi, dan tentu rehabilitasi hutan harus menjadi priorotas penanggulangannya. Selain itu, penndekatan kelembagaan perlu difokuskan pada pengendalian pemanfaatan bantaran sungai, proses pembebasan tanah, penganggaran pembangunan dan kewenangan masing-masing lembaga.
Dalam melakukan manajemen risiko bencana banjir Kali Lamong, menurut Dosen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini, tidak dapat dilakukan hanya mengandalkan salah satu lembaga. Keterbatasan kewenangan dan sumber daya membuat setiap lembaga pemerintah bertindak sesuai dengan panduan dan aturan yang ditetapkan, namun harus didukung komitmen yang kuat, “Kerjasama antar lembaga yang terintegrasi, dan kejelasan tujuan yang hendak diwujudkan bersama,” paparnya.