- Cikalang merupakan jenis burung laut dengan panjang sayap mencapai dua meter dan tajam pada bagian ujung itu. Terkadang, tampak menakutkan saat terbang.
- Burung laut cikalang yang dalam Bahasa Inggris disebut Frigatebird, digambarkan sebagai sebuah kapal perang cepat yaitu “La Frégate”. Pelaut Inggris menyebutnya “Man of War”.
- Sehari-hari, cikalang mencari makan dengan cara memburu ikan dari atas permukaan air. Kadang, mengambil ikan dari burung lain. Dengan keahlian manuvernya, dia mengejar burung lain tanpa putus asa untuk mendapatkan pakannya. Inilah kenapa cikalang disebut perompak laut.
- Di dunia, ada lima jenis cikalang yaitu Fregata magnificens, Fregata Aquila, Fregata minor, Fregata ariel, dan Fregata andrewsi.
Burung dengan panjang sayap mencapai dua meter dan tajam pada bagian ujung itu, terkadang tampak menakutkan saat terbang.
Burung laut cikalang yang dalam Bahasa Inggris disebut Frigatebird, digambarkan sebagai sebuah kapal perang cepat yaitu “La Frégate”. Sebutan ini diambil dari nama pelaut Perancis, sedangkan pelaut Inggris menyebutnya “Man of War”.
Burung ini juga dijadikan simbol beberapa negara, seperti Republik Nauru yang berada di Oseania, Pasifik Tengah. Lambangnya terdiri perisai, anyaman emas, dan burung cikalang yang bertengger di atas ombak samudera biru. Bagian kanan bawah berwarna biru dan berisi cabang bunga calophyllum.
Perisai tersebut dikelilingi gambar perlengkapan kepala suku untuk upacara, tali dari daun palem, serta bulu cikalang dan gigi hiu. Jenis cikalang yang hidup di sini adalah cikalang besar [Fregata minor] dan cikalang kecil [Fregata ariel].
Cikalang digunakan juga pada lambang nasional Kiribati yang berada di Pasifik tengah. Cikalang berwarna kuning tampak terbang di atas matahari terbit dengan latar belakang merah, di antara garis putih dan biru yang merupakan simbol pulau pasifik dan kepulauan Gilbert, Phoenix, dan Line. Jenis cikalang yang hidup di sini adalah cikalang besar dan cikalang kecil.
Baca: Cikalang Juga Menderita Bila Laut Tercemar
Sehari-hari, cikalang mencari makan dengan cara memburu ikan dari atas permukaan air. Kadang, mengambil ikan dari burung lain. Dengan keahlian manuvernya, dia mengejar burung lain tanpa putus asa, hingga mendapatkannya dari jenis cangak abu, kowak malam-abu, dara-laut sayap-hitam, kokokan laut, kuntul kerbau, angsa-batu kaki-biru, angsa-batu kaki-merah, angsa-batu coklat, jenis camar, pelikan, dan jenis buntut-sate. Inilah kenapa cikalang dijuluki perompak laut.
Cara lain adalah mengambil telur atau anak burung dari koloni burung laut lainnya, hingga tukik. Jenis ini juga sangat tertarik datang bila ada kapal yang menarik ikan atau saat nelayan menyortir ikan dari jaring.
Cikalang termasuk jenis burung diurnal, sore hari mereka terbang berputar di atas pulau dan memilih pohon tinggi untuk tidur. Penelitian 2016 dalam jurnal Nature Communication oleh Ratterbord dkk menjelaskan bahwa jenis cikalang besar mampu tidur sambil terbang meski malam hari.
Di dunia, ada lima jenis cikalang yang hidup di daerah sub tropis dan tropis. Jenis itu adalah Magnificent Figatebird [Fregata magnificens], Ascension Frigatebird [Fregata Aquila], Greater Frigatebird atau cikalang besar [Fregata minor], Lesser Frigatebird atau cikalang kecil [Fregata ariel], dan Christmas Frigatebird atau cikalang christmas [Fregata andrewsi].
Baca: Burung Air, Kenapa Harus Disensus?
Cikalang sebagai indikator ekosistem perairan
Cikalang termasuk predator puncak. Di ekosistem perairan, jenis ini menjadi indikator keberadaan ikan dan kesehatan perairan. Seperti jenis Magnificent Frigatebird, yang mengetahui adanya ikan sarden [suku Clupeidae], sebagai tangkapan nelayan juga. Atau, keberadaan cikalang di Teluk Jakarta yang oleh nelayan digunakan sebagai penanda cuaca.
Penelitian Rowan Mott, dkk tahun 2013 dan 2014 menunjukkan, cikalang kecil dan cikalang besar berfungsi sebagai biomonitor di perairan, yaitu mengetahui jejak logam berat berupa merkuri di bulunya saat mencari makan di perairan antara Australia dan Indonesia.
Baca: Menghitung Burung Pemangsa Migrasi, Bagaimana Caranya?
Menurut Rowan, pengaruh antropogenik saat cikalang mencari makan sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya keberadaan merkuri di bulunya. Paparan kontaminan logam berat lebih tinggi saat ia mencari makan dekat keberadaan manusia dibandingkan saat menjauh.
“Paparan satwa liar terhadap kontaminan logam mungkin berkorelasi dengan emisi antropogenik lokal,” jelas Rowan
Rowan menambahkan, konsentrasi merkuri pada bulu burung cikalang besar dan cikalang kecil dewasa lebih tinggi dibandingkan burung remaja. Dan konsentrasi merkuri lebih tinggi pada jenis cikalang kecil dibandingkan cikalang besar.
Migrasi dan penyebaran cikalang kecil berada di Laut China Selatan dan Laut Jawa, sedangkan pada cikalang besar lebih ke timur laut, termasuk Laut Flores dan Laut Arafura. Hal ini menunjukkan, pencemaran merkuri di laut Asia Tenggara dan China Selatan menjadi potensi ancaman bagi burung laut.
Baca juga: Andai Burung Air Hilang, Apa yang Terjadi pada Lingkungan?
Penelitian lain oleh Benoit de Thoisy dkk pada Journal of Wildlife Diseases tahun 2009, menunjukkan jenis Magnificent Frigatebird terinfeksi herpes. Virus ini telah dideteksi secara luas pada populasi burung liar selama beberapa dekade yang menjadi salah satu masalah kesehatan pada jenis burung air, beo, dan burung pengicau.
Benoit melaporkan, pada Juli 2005, setelah penetasan, ada 25 anakan pada jenis ini mati dan 30 individu hidup dengan gejala klinis pada kulitnya. Seperti, adanya area tanpa bulu pada kaki, leher, kelopak mata, dan paruh, serta adanya keratitis dan konjungtivitis.
“Pada populasi burung liar, virus ini didapat karena lingkungan yang tercemar. Magnificent Frigatebird bisa saja mendapatkan virus bukan dari asalnya atau dari sekitar tempat berbiaknya, karena jenis ini rata-rata mampu melakukan perjalanan 223 km saat mencari makan. Bisa saja, mereka mendapatkan virus saat mencari makan di perairan tercemar,” jelas Benoit.
Identifikasi jenis cikalang
Di laut, identifikasi burung cikalang sangat kompleks dan mungkin merupakan tantangan tersendiri. Ini dikarenakan warnanya yang tidak banyak, dan variasi umur mempengaruhi coraknya.
Menurut Khaleb Yordan dari Komunitas Burung Laut Indonesia menuturkan, untuk pengamat burung yang ingin membedakan jenis cikalang sebisa mungkin dicatat atau didokumentasikan karena perbedaan warna corak putih bagian tubuh cikalang yang kebanyakan berwarna hitam dapat menjadi acuan dalam identifikasi cikalang.
“Bila ada sekelompok cikalang, usahakan tetap dihitung dan didokumentasikan kemudian dicek di buku identifikasi, atau bertanya kepada ahlinya,” jelasnya baru-baru ini.
Khaleb menambahkan, pentingnya untuk menghitung jumlah dan identifikasi adalah agar dapat mengetahui persebarannya di Indonesia. Terlebih, ada jenis berstatus kritis yaitu cikalang christmas yang tersebar hingga Indonesia, dari asal berbiaknya di Pulau Christmas, Australia.
Di Indonesia senidiri hanya terdapat tiga jenis cikalang yaitu cikalang christmas, cikalang besar, dan cikalang kecil. Sementara, Magnificent Frigatebird dan Ancension Frigatebird berada di Amerika dan Antartika.
- Fregata magnificens
Panjang tubuh 89-114 cm dengan rentang sayap 217-244 cm. Ukuran tubuh betina lebih besar daripada jantan. Warna bulu jantan dewasa mirip jantan cikalang besar yaitu hitam pada bagian bawah, ada variasi saat remaja yaitu putih pada bagian perut dan bulu pada axilaris [ketiak]. Warna bulu betina putih pada bagian bawah dengan warna hitam pola cembung dan garis hitam dari dada hingga perut.
Bersarang di pulau-pulau di seluruh Karibia, Amerika Tengah dan Selatan. Tersebar di Pulau Galápagos dan Amerika Tengah. Status dan konservasi: Beresiko Rendah [Least Concern] berdasarkan IUCN.
- Fregata Aquila
Panjang tubuh 89–96 cm dengan rentang sayap 196–201 cm. Jantan dewasa berwarna hitam kecokelatan dan beberapa bulu bagian dada berwarna hijau mengkilap. Warna tubuh betina ada dua yaitu fase gelap dan terang. Fase gelap, betina dewasa berwarna hitam kecokelatan dengan sedikit kilap kehijauan dan ungu. Fase terang memiliki perut putih. Remaja, warna kepala dan leher bagian atas putih, pita dada cokelat lebar yang sering putus di tengah, dada bagian bawah berwarna putih hingga melebar ke ketiak.
Berbiak dan termasuk endemik Pulau Ascension dengan distribusi di Pulau Ascension dan Atlantik. Status dan konservasi: Rentan [VU/Vulnerable] berdasarkan International Union for Conservation of Nature [IUCN].
- Fregata minor
Berukuran 86-100 cm dengan rentang sayap 206-230 cm. Dewasa jantan: berwarna hitam pada bagian perut. Dewasa betina: pada bagian tenggorokan berwarna pucat, lingkar mata berwarna biru, dada putih pucat atau kotor berbentuk pelana. Muda: kepala kekuningan atau putih.
Distribusi global: di laut tropis dengan tempat koloni berbiak yaitu Pulau Christmas di Samudera Hindia. Distribusi lokal: Selat Sunda, Teluk Jakarta, koloni di Pulau Manuk, Gunung Api di Laut Banda, Kakabia di Sulawesi Selatan. Status dan konservasi: Beresiko Rendah berdasarkan IUCN.
- Fregata ariel
Berukuran 71-81 cm dengan rentang sayap 175-193 cm. Dewasa Jantan: terdapat tanda putih pada bagian ketiak, dan warna lainnya hitam. Dewasa betina: pada bagian tenggorokan berwarna pucat, lingkar mata berwarna biru, dada putih pucat atau kotor berbentuk pelana. Muda: kepala kekuningan atau putih. Hampir sama dengan individu muda cikalang besar, bedanya berwarna putih pada ketiak lebih memanjang ke arah sisi bagian bawah sayap. Garis hitam lebar dari sisi sayap ke dada berwarna hitam.
Ditribusi global: hampir di semua lautan wilayah tropis. Distribusi lokal: Tersebar luas di Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Status dan konservasi: Beresiko Rendah berdasarkan IUCN.
- Fregata andrewsi
Berukuran 89-100 cm dengan rentang sayap 206-230 cm. Dewasa Jantan: perut berbentuk oval berwarna putih. Hanya beberapa individu yang menunjukkan bintik putih pada bagian ketiak. Dewasa betina: putih pada bagian tengkuk sehingga terlihat memisahkan warna antara kepala dan mantel yang berwarna hitam. Warna hitam pada bagian dada, wana putih pada bagian ketiak dan perut. Muda: terdapat warna putih pada bagian ketiak, pada beberapa individu tidak ada warna putih pada bagian ketiak.
Distribusi global: berbiak di Pulau Christmas, Samudera Hindia, dari utara hingga ke Malaysia. Distribusi lokal: Selat Sunda, Teluk Jakarta, Cilacap, Lombok, Bali. Status dan konservasi: Kritis [CR/Critically Endangered] berdasarkan IUCN.
Konservasi cikalang
Di Indonesia, dua jenis cikalang yaitu cikalang christmas dan cikalang besar telah dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi.
Sementara itu, sekitar 18 ribu pasang jenis Fregata magnificens terancam karena masuknya satwa feral dan gangguan manusia. Kapal yang sering bersandar dekat pulau tempatnya berbiak dan adanya hewan tentunya menganggu habitat cikalang ini.
Ancaman lain, seperti tertangkap tidak sengaja di jaring ikan, terkena kail pancing juga menjadi salah satu ancaman yang dapat mengurangi populasi global cikalang.
Upaya penting yang harus dilakukan untuk melindungi cikalang adalah dengan menjadikan kawasan berbiak cikalang menjadi daerah konservasi, membasmi satwa feral di dalam kawasan berbiak, dan menjadikannya spesies dilindungi melalui peraturan perundangan.
Referensi:
Atlas Burung Indonesia. 2020. Atlas Burung Indonesia: wujud karya peneliti amatir dalam memetakan burung nusantara. Yayasan Atlas Burung Indonesia: Batu.
de Thoisy, B., Lavergne, A., Semelin, J., Pouliquen, JF., Blanchard. F., Hansen, E., Lacoste, V. 2009. Outbreaks of Disease Possibly Due to a Natural Avian Herpesvirus Infection in a Colony of Young Magnificent Frigatebirds [Fregata magnificens] in French Guiana. Journal of Wildlife Diseases, 45(3): 802–807
Diamond, A. W. and E. A. Schreiber [2020]. Magnificent Frigatebird [Fregata magnificens], version 1.0. In Birds of the World [A. F. Poole and F. B. Gill, Editors]. Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. https://doi.org/10.2173/bow.magfri.01
Harrison, P. 1983. Seabirds: an identification guide. Christopher Helm, Bromley
Minahan, James, 2010: The Complete Guide to National Symbols and Emblems [2 vols]; Kiribati: p 79
Mott, R., Herrod, A., Clarke, R.H. 2017. Post-breeding dispersal of frigatebirds increases their exposure to mercury. Marine Pollution Bulletin 119 : 204–210
Orta, J., D. A. Christie, E. F. J. Garcia, F. Jutglar, and P. F. D. Boesman [2020]. Ascension Frigatebird [Fregata aquila], version 1.0. In Birds of the World [J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D. A. Christie, and E. de Juana, Editors]. Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. https://doi.org/10.2173/bow.asifri1.01
Tropic News. 1995. The Magnificent Frigatebird.Vol 7 [4]