- Warga melaporkan 13 ekor lumba-lumba spinner terdampar di pesisir Kabupaten Klungkung, Bali, pada Kamis malam (27/05/2021). Sebagian bisa didorong atau diangkat untuk berenang ke laut dalam
- Satu ekor terluka parah, lalu keesokan hari ditemukan mati di dekat lokasi terdampar sebelumnya. Meski tercatat keberadaannya di perairan Indonesia, sejumlah peneliti menyebut spinner dolphin jarang terdampar massal di pesisir Indonesia.
- Lumba-lumba spinner terkenal suka melompat ke udara sambil memuntir tubuhnya, demikian asal usul namanya.
- Ditempat terpisah, seekor dugong ditemukan terdampar di Pulau Bawean tepatnya di Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur pada Senin (17/5/2021) pekan lalu
Sejumlah warga bekerja dalam gelap malam untuk menyelamatkan belasan lumba-lumba spinner yang terdampar di antara dua pantai di pesisir Kabupaten Klungkung, Bali, pada Kamis malam (27/05/2021). Lumba-lumba ini terkenal lihai akrobat, memelintir (spin) tubuhnya di udara, karena itu dinamakan spinner.
Dalam sejumlah video yang didokumentasikan warga, beberapa lumba-lumba ini nampak tak berdaya berenang melewati gelombang tinggi yang menghantam pesisir. Tubuhnya tergeletak, tak punya tenaga berenang menghadang gelombang tinggi. Sehari sebelumnya adalah fenomena gerhana bulan total yang mempengaruh pasang tinggi air laut.
Dalam video yang beredar, dua warga nampak mengangkat satu ekor dolphin dengan tangan, setengah berlari menuju gelombang untuk mempermudah lumba-lumba mencapai laut dalam. Namun, gelombang malah mendorong mereka kembali ke pesisir. Nampak dalam video, tiga ekor lumba-lumba luka di tubuhnya. Satu individu terlihat paling parah, terlihat satu luka besar di sisi kanan dekat moncongnya dan flipper.
Dengan penerangan senter, suara warga terlihat berusaha mengecek luka dolphin. Pantai terlihat berbatu. Warga terdengar takut mendorong ke tengah laut agar tak makin menambah luka.
baca : Refleksi Hasil Investigasi Kasus Terdampar Massal Paus Pilot
Putu Widiada dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klungkung mengatakan, pihaknya mendapat laporan di posko induk call center 23000 dari warga terkait terdamparnya 13 ekor lumba-lumba.
Laporan masyarakat ini diterima sekitar jam 17.30 WITA. Pihaknya bersama bersama komunitas radio amatir, TNI dan Polri di lokasi yang saat itu sudah dipadati belasan warga. Selain diangkat, ada juga yang menarik ekornya agar bisa melewati titik pasang. Ia mengatakan ada tiga ekor terlihat terluka di badan, bibir, dan sirip. Ketiganya juga berusaha didorong sampai ke lautan. Namun ada yang terdampar lagi. Selanjutnya ada relawan dari Yayasan Bali Bersih dan JAAN yang bergabung membantu evakuasi sampai semua lumba-lumba berhasil dilepaskan ke lautan kembali.
Sekitar jam 23.00 WITA, kelompok ini membagi diri, untuk cek agar tak terdampar lagi. “Setelah yakin (semua lumba-lumba) masuk ke laut, kami pulang, namun masih ada orang yang memantau,” ingat Widiada.
Pada Jumat (28/05/2021) pagi, ditemukan satu individu mati terdampar di pinggir pantai, dekat dengan lokasi awal terdampar pada malam harinya.
Lokasi terdampar ini antara Pantai Batu Tumpeng dan Pantai Jumpai. Widiada menyebut tidak ada tambatan perahu nelayan, namun di pantai Batu Tumpeng cukup banyak turis surfing.
Saat kejadian terdampar, ada upacara agama di Pura sekitar Pantai Jumpai. Warga sekitar disebut teringat kejadian beberapa tahun sebelumnya, dimana ada 9 ekor lumba-lumbayang juga terdampar.
baca juga : Pertama Kalinya, Paus Orca Terdampar di Perairan Selat Bali
Sedangkan Deny Rahmadani, tim medis Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengatakan berencana melakukan nekropsi bersama dokter hewan lain terhadap satu ekor lumba-lumba yang mati yang di sekujur tubuhnya terlihat sejumlah luka. Tim penanganan menitipkan bangkai itu di lemari pendingin di kantor Kedonganan Flying Veteriner sambil menunggu waktu nekropsi.
“(Satu ekor lumba-lumba itu) terdampar dengan kondisi luka. Kami belum penyebab kematian atau cause of death. Harus melakukan pemeriksaan mikro dan makrokospis serta potensi penyebab seperti cuaca dll,” ujarnya. Bekas luka pada bangkai itu mirip akibat gigitan hiu cookie cutter, namun ada juga bekas luka yang mau sembuh. Sejumlah luka itu kemungkinan kombinasi luka baru dan lama.
Namun perlu pemeriksaan lebih lanjut apakah luka itu terjadi sebelum atau sesudah kematian. Deny mengatakan hiu cookie cutter bisa melakukan agresi ke satwa yang kondisinya lemah atau sudah mati.
baca juga : Lumba-lumba Mati Terdampar di Pariaman, Ini Foto dan Videonya
Kondisi cuaca yang menyertai saat peristiwa 13 lumba-lumba terdampar itu adalah gerhana bulan total dan gelombang tinggi. Namun penyebab terdampar biasanya dianalisis dari sejumlah faktor, tak hanya satu.
Sementara itu, terkait nekropsi pada satwa terdampar mati sebelumnya, paus berparuh yang ditemukan di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada Jumat (21/05/2021), tim medis sudah mengirimkan sampel untuk hispatologi dan kultur bakteri. Dokter hewan menemukan tali pancing di lambungnya saat pembedahan di pantai.
Setelah hasil pemeriksaan laboratorium, rencananya akan dibahas ke tim ahli. Untuk saling beri masukan penyebab kematian dan secara keseluruhan.
Sementara Rodney Wasterlaken dari Yayasan Bali Bersih yang datang ke lokasi mengatakan informasi terdampar ia ketahui dari media sosial. Pada awalnya disebutkan 4 ekor lumba-lumba terdampar, lalu jadi 13 ekor. “Kami kaget mendengar ada sejumlah lumba-lumba terdampar karena jarang ada (lumba-lumba spinner) terdampar massal., seingat saya 6 tahun lalu di Padanggalak, Sanur, terdampar massal melonheaded whale,” ingatnya.
Setelah konfirmasi konten di medsos, ia berangkat dari rumahnya di Umalas, Kerobokan, Badung sekitar jam 21.00 malam, dan sudah ada kelompok warga lokal yang menangani. Warga semangat menolong lumba-lumba, walau belum dilatih penanganan. Karena itu sebagian besar lumba-lumba itu selamat bisa berenang kembali ke lautan.
Keesokan hari, tim JAAN yang memantau di pantai menemukan satu ekor yang mati. Hasil morfometrinya adalah panjang 187cm, lingkar badan 84 cm, dengan luka sekitar 16 cm.
perlu dibaca : Paus Berparuh Terdampar Mati dengan Tali Pancing di Lambung
Dikuti dari NOAA Amerika Serikat, lumba-lumba spinner disebut cetacea yang paling sering ditemui di perairan dekat pantai di Kawasan Kepulauan Pasifik. Lumba-lumba ini dinamakan spinner karena kebiasaan melompat dari permukaan laut dan berputar bisa sampai tujuh kali di udara, sehingga dianggap sebagai salah satu lumba-lumba yang paling akrobatik.
Lumba-lumba spinner bernama latin Stenella longirostris, dimana longirostris dalam bahasa Latin untuk “paruh panjang”, mengacu pada paruh mereka yang berbentuk ramping memanjang.
Para ahli percaya bahwa lumba-lumba menggunakan perilaku ini terutama untuk pensinyalan atau komunikasi akustik, tetapi aktivitas tersebut juga dapat menjadi cara untuk menghilangkan ektoparasit, seperti remoras.
Dugong terdampar di Bawean
Ditempat terpisah, seekor dugong ditemukan terdampar di Pulau Bawean tepatnya di Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur pada Senin (17/5/2021) pekan lalu.
Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, yang wilayah kerjanya melingkupi Jatim mendapatkan informasi tersebut dari Perkumpulan Peduli Konservasi Pulau Bawean (Konservasi Bawean) dan POKMASWAS Hijau Daun Bawean.
BPSPL Denpasar mendapatkan laporan dari tentang kejadian seekor dugong terdampar mati. Dengan sigap Tim BPSPL Denpasar Wilayah Kerja (Wilker) Jawa Timur berkoordinasi dengan pihak terkait untuk penanganannya.
Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso kepada Mongabay Indonesia, Selasa (18/5/2021) menjelaskan perkumpulan Konservasi Bawean dan Pokmaswas Hijau Daun kemudian hari Senin (17/5/2021) pagi menuju ke lokasi terdampar yaitu di Pantai Bayangkara, Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat, Dugong tersebut telah terdampar dalam keadaan mati pada tanggal Hari Minggu 16 Mei 2021 jam 13.00.
“Sesuai hasil pemeriksaan dan pengukuran morfologi, dugong dengan panjang sekitar 2,5 meter berjenis kelamin jantan. Kondisinya telah membusuk (kode 4),” kata Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso kepada Mongabay Indonesia, Selasa (18/5/2021).
Bangkai dugong selanjutnya dikubur dilokasi sekitar area pantai Bayangkara, Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Gresik secara manual dibantu oleh masyarakat sekitar, bersama petugas hadir, yaitu dari Perkumpulan Konservasi Bawean, Pokmaswas Hijau Daun, Kepala Desa Kepuh Teluk, BKSDA Sektor Bawean, UPT Perikanan Bawean Diskan Kab Gresik, IPPP (Instalasi Pelabuhan Perikanan Pantai) Bawean DKP Jatim, Satwas PSDKP Bawean Ditjen PSDKP, Polair Bawean, Pokmas Bayangkara, Sekdes Kepuh Teluk, dan Kepada Dusun Telukmor.
Yudi menerangkan berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar dugong masih sering terlihat di perairan Bawean dikarenakan banyak habitat lamun di perairan Bawean. Kejadian dugong terdampar mati ini merupakan kejadian yang pertama kali yang dilaporkan atau diketahui.