- Pada 14 Mei lalu, pembangkit panas bumi Sorik Marapi di Desa Sibanggor Julu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, terbakar.
- Januari lalu, di pembangkit kelolaan PT Sorik Marapi Geothermal Power ini, gas bocor menewaskan lima orang warga.
- Faisal Rizal, Ketua Kawali Sumut mengatakan, kasus kebocoran gas beracun yang menewaskan lima orang sampai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menghentikan seluruh kegiatan perusahaan dari Januari hingga akhir Februari seakan tak jadi pelajaran pahit bagi perusahaan, terbukti kebakaran terjadi.
- Haris Yahya, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan, Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (KESDM) mengatakan, kementerian masih investigasi penyebab kebakaran atau yang memicu kebakaran.
Setelah kasus kebocoran gas beracun yang menyebabkan lima warga tewas pada Januari lalu, kabar mengejutkan kembali terjadi Jumat (14/5/21) dari Geothermal Sorik Marapi. Pembangkit panas bumi di Desa Sibanggor Julu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara ini terbakar. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sedang investigasi penyebab kebakaran.
Asap hitam tebal mengepul ke langit Mandailing dari pembangkit yang dikelola PT Sorik Marapi Geothermal Power ini. Saat kejadian sebagian besar warga sedang shalat Jumat. Suasana panik begitu terlihat.
Para perempuan dan anak-anak berlarian menjauh dari lokasi kebakaran. Data dari Koalisi Kawali Indonesia Sumut, akibat kebakaran ini seorang ibu dilarikan ke rumah sakit.
“Masyarakat yang tinggal berdekatan dengan PLTP masih trauma dengan kebocoran gas beracun H2S pada Januari lalu, ” kata Faisal Rizal, Ketua Kawali Sumut.
Baca juga: Kebocoran Gas Beracun di Pembangkit Panas Bumi Sorik Marapi, 5 Orang Tewas
Dari data dan pengumpulan bukti lapangan, kebakaran itu berasal dari wallpad A Geothermal Panas Bumi Sorik Marapi. Kejadian ini, katanya, memperlihatkan perusahaan tak menjalankan standar operasi dengan baik hingga menyebabkan kebakaran di lokasi pengeboran.
Kejadian-kejadian ini membuktikan, katanya, perusahaan tak memperhatikan keselamatan masyarakat yang dekat pembangkit.
Menurut Faisal, kasus kebocoran gas beracun yang menewaskan lima orang, pemerintah lewat KESDM sempat menghentikan seluruh kegiatan perusahaan dari Januari hingga akhir Februari. Kejadian itu, katanya, seolah tidak jadi pelajaran pahit bagi perusahaan, terbukti kebakaran terjadi.
Atas rangkaian insiden pada wilayah operasional Sorik Marapi, Kawali Sumut mengambil kesimpulan, pertama, operasi Sorik Marapi tak mengutamakan keselamatan warga.
Kedua, dalam penyelesaian konflik Sorik Marapi mengutamakan kekuatan finansial. Perusahaan, katanya, tidak pernah melibatkan warga dalam kajian dan sosialisasi mengenai dampak lingkungan (amdal).
Ketiga, perusahaan tak pernah menginformasikan peta wilayah kerja kepada masyarakat. Keempat, sejak perusahaan diambil alih Sorik Marapi terkesan abai standar prosedur kerja. Kelima, diduga pipa penyaluran panas bumi tak sesuai dengan prosedur keamanan.
Baca juga: Temuan ESDM soal Gas Beracun Sorik Marapi
Usut kasus
KESDM menurunkan tim untuk menyelidiki kasus kebakaran ini. Haris Yahya, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan, Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (KESDM) mengatakan, kementerian masih mengusut penyebab kebakaran atau yang memicu kebakaran. Dari temuan awal yang terbakar fasilitas unit ORC. Di sekitar lokasi juga ada tumpukan pipa paralon. “Dugaan kuat terbakar karena itu, tetapi masih belum laporan tertulis dan masih temuan awal dan pandangan dari dokumentasi dan video yang mereka dapatkan,” katanya.
Temuan ini, katanya, belum resmi yang jadi faktor penyebab kebakaran di pembangkit panas bumi ini. “Kita belum bisa mengambil kesimpulan penyebab apa, belum bisa mengatakan apa tindakan berikutnya. Sementara masih investigasi, “ kata Haris kala dihubungi Mongabay.
Haris bilang, sebelum memberikan rekomendasi mereka investigasi secara menyeluruh dan mendalam. Dari investigasi, katanya, akan ada rekomendasi pemerintah agar, pertama, hal serupa tak terjadi lagi dan perusahaan harus memberikan kewajiban-kewajiban terhadap warga.
Kedua, menjaga dan melestarikan lingkungan harus ada perbaikan fasilitas dan dilengkapi. Ketiga, perbaikan sumberdaya manusia yang mumpuni dengan pelatihan.
“Kami memantau setiap kejadian di Sorik Marapi termasuk hampir setiap hari komunikasi apa yang terjadi dan hal-hal apa yang perlu dilakukan.”
Sorik Marapi, merupakan anak perusahaan dari OTP Geothermal. lni konsorsium dari Origin Energy dengan kepemilikan saham 47,5%, Tata Power 47,5% dan PT Supraco Indonesia 5%.