- Seekor pesut mahakam (Orcaella brevirostris), ditemukan mati di perairan Sungai Pela, Desa Sangkuliman, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), Jumat (28/5/2021) pukul 23.00 WITA
- Yayasan RASI mengidentifikasi pesut tersebut bernama Jay, mamalia jantan yang sudah berusia tua dan telah teridentifikasi selama 20 tahun terakhir hidup di Sungai Kedang Rantau dan Sungai Pela
- Sungai Pela adalah habitat yang paling mudah untuk menemukan pesut Mahakam, sehingga dijadikan kawasan wisata yang instagramabel. Sepanjang Sungai Pela, mayoritas dihuni masyarakat bersuku Kutai yang sudah akrab dengan Pesut Mahakam karena dianggap legenda nenek moyang mereka.
- Telah ada peraturan desa (Perdes) yang mengatur penangkapan ikan untuk perlindungan pesut di Sungai Pela. Selama tahun 2021 ini, tercatat ada tiga bayi pesut yang lahir di Sungai Pela
Seekor pesut mahakam (Orcaella brevirostris), ditemukan mati di perairan Sungai Pela, Desa Sangkuliman, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim). Kejadian itu lantas viral di media sosial dan mengundang banyak respon dari masyarakat Kaltim.
Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) mengidentifikasi pesut tersebut bernama Jay, mamalia jantan yang sudah berusia tua. Peneliti RASI, Danielle Kreb mengatakan, Jay pertama kali ditemukan mengapung di bawah dermaga Desa Sangkuliman, Sungai Pela, Jumat (28/5/2021) pukul 23.00 Wita. Namun karena terkendala belum ada doktor hewan di sana, bangkai Jay hanya dibungkus dengan terpal yang berisi es batu dengan jumlah banyak.
“Di lokasi belum tersedia dokter hewan, di sana juga tidak ada freezer besar. Jadi hanya dibungkus dalam terpal dengan es yang banyak. Vet baru bisa tiba di lokasi pada Minggu (30/5/2021),” kata danielle.
Menurut dia, Jay adalah jantan dewasa dengan panjang 2,23 meter. Usianya diperkirakan minimal 20 tahun, terlihat dari katalog foto-id sirip, yang sudah ada sejak 20 tahun lalu. Danielle menyebut, Jay adalah mamalia penjelajah dan telah memasuki seluruh bagian dari rentang distribusi Pesut. “Dugaan dia mati karena usianya yang sudah tua. Sungai favoritnya adalah Sungai Kedang Rantau, sungai rawa air hitam dan lebih akhir-akhir ini sungai Pela tempat populasi pesut terbesar berada,” jelasnya.
baca : Sepanjang 2019, Sudah 4 Pesut Mati di Sungai Mahakam
Perdes Nelayan untuk Menjaga Habitat Pesut
Sungai Pela adalah habitat yang paling mudah untuk menemukan pesut Mahakam. Sepanjang Sungai Pela, mayoritas dihuni masyarakat bersuku Kutai. Suku ini sudah akrab dengan Pesut Mahakam, yang merupakan legenda nenek moyang mereka.
Sungai Pela ternyata juga dikenal sebagai kawasan wisata yang instagramabel. Disepanjang Sungai Pela, Desa Pela maupun Desa Sangkuliman, menjadi tempat wisatawan dalam dan luar negeri untuk melihat aktivitas pesut dari dekat. Wisatawan dapat menyewa perahu panjang bermesin diesel untuk mengikuti pesut berenang lambat di aliran sungai Pela menuju danau Semayang. Kehadiran wisatawan tersebut sekaligus memberikan pemasukan ekonomi bagi warga sekitar dan nelayan pemilik kapal.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pela, M Alimin Azarbaijan mengatakan, warga Kecamatan Kota Bangun yang tinggal di sepanjang Sungai Pela sepakat menjaga habitat pesut bersama. Warga yang bekerja sebagai nelayan, diwajibkan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan dan mengikuti arahan menjaring ikan tanpa mengganggu aktivitas pesut di sungai.
“Warga yang bekerja sebagai nelayan, dilarang untuk membentangkan jaring penangkap ikan di badan sungai. Dikhawatirkan, jika jaring dibentangkan sembarangan, maka akan mengganggu aktivitas pesut. Jangan sampai, pesut ikut terjaring,” ujarnya.
Dijelaskan dia, perangkat desa bahkan telah membuat peraturan desa (Perdes) terkait arahan mencari ikan. Perangkat desa bahkan tidak segan mengadakan pemeriksaan pada alat tangkap milik warga jika dirasa ada yang salah.
“Kami sudah membuat Perdes yang mengatur nelayan agar tidak menghalangi lalu lintas pesut. Untuk nelayan, ada titik-titik kawasan yang tidak boleh diganggu. Untuk alat tangkap, kami juga ada aturannya. Kalau tidak sesuai akan dirazia,” sebutnya.
baca juga : Ditetapkan, Kawasan Konservasi Pesut Mahakam Seluas 43 Hektar di Kutai Kartanegara
Sebenarnya, lanjut dia, hidup berdampingan dengan pesut Mahakam di sungai Pela sudah menjadi kearifan lokal bagi warga Desa Pela dan Sangkuliman. Warga menyadari, selain karena legenda nenek moyang, pesut juga menandakan adanya keberadaan ikan yang banyak di habitatnya. Untuk itu, warga bersyukur, Sungai Pela dihuni pesut-pesut Mahakam.
“Kami membuat pos jaga di sekitar sungai untuk memantau aktivitas di Sungai Pela. Sejauh ini, tidak ada nelayan yang menggunakan setrum dan racun untuk menangkap ikan. Kami juga membangun museum inovasi digital. Museum ini menampilkan beragam jenis alat tangkap nelayan yang ramah lingkungan. Cara mengetahuinya dengan menggunakan barcode, jadi betul-betul digital,” sebutnya.
Tiga kelahiran Pesut di tahun 2021
Kematian Pesut Jay adalah kabar duka bagi warga Kalimantan Timur. Namun sebelum itu, ternyata ada tiga kelahiran pesut di sungai pela yang menjadi kabar gembira. “Selama tahun 2021 ini, ada tiga bayi pesut yang lahir di Sungai Pela. Pertama lahir di Bulan Februari, satu bayi. Lalu di Bulan Maret ada dua bayi yang lahir. Lalu di Bulan Mei ini, ada jantan dewasa yang mati,” kata Alimin.
Kematian Jay kali ini, lanjut dia, masih belum diketahui penyebab pastinya. Namun Alimin memastikan, kondisi bangkai Jay tidak ditemukan adanya luka karena jaring atau benda tajam. “Waktu pertama ditemukan warga, kami langsung cek kondisinya. Tidak ada tanda-tanda bekas jaring di tubuhnya. Untuk pemeriksaannya langsung ditangani dokter dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kaltim,” katanya.
Saat ini, jumlah pesut di Sungai Pela berjumlah 17 ekor. Jumlah itu diharapkan terus bertambah dengan kelahiran bayi-bayi pesut yang lain. Alimin berharap, kehidupan pesut dan warga di sepanjang sungai pela dapat berdampingan dengan baik.
baca juga : Pesut Mahakam, Sang Legenda yang Kian Langka
Kedepan, pihaknya akan terus mengupayakan habitat pesut yang aman. Selain itu, pihaknya juga terus bekerjasama dengan dinas terkait untuk suplai bibit ikan di Sungai Pela.
“Nah di sepanjang sungai, rumah-rumah warga yang tidak terpakai sudah dijadikan museum. Di tempat itu, kami memberi edukasi pada masyarakat tentang pesut dan nelayan. Saat ini Dinas perikanan Kukar juga membantu memberi bibit ikan yang disebar di Sungai Pela. Hal ini sangat membantu para nelayan dan pesut yang tinggal di sana,” pungkasnya.