- Seekor hiu paus terdampar di area pelabuhan nelayan di Desa Paloh, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis (09/09/2021).
- Kondisi satwa laut yang mempunyai nama latin Rhincodon typus tersebut sudah sangat lemas, pergerakannya pun terbatas karena terkurung oleh perahu-perahu nelayan yang bersandar.
- Nelayan setempat sempat kewalahan melakukan evakuasi. Pasalnya, lokasi mamalia laut penikmat plankton itu terdampar merupakan perairan pasang surut.
- Hiu paus termasuk jenis ikan yang dilindungi penuh secara nasional, artinya pemanfaatan secara langsung tidak diperbolehkan. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 18 tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus.
Kabar seekor hiu paus terdampar di area pelabuhan nelayan di Desa Paloh, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sontak menggemparkan warga setempat. Kondisi satwa laut yang mempunyai nama latin Rhincodon typus tersebut sudah sangat lemas, pergerakannya pun terbatas karena terkurung oleh perahu-perahu nelayan yang bersandar.
Mendapati fenomena langka itu, warga pun ramai-ramai berdatangan melihat satwa yang dalam organisasi International Union for Conservation of Nature (IUCN) masuk dalam daftar merah untuk species terancam, dengan status rentan (vulnerable), artinya populasinya diperkirakan sudah mengalami penurunan sebanyak 20-50% dalam kurun waktu 10 tahun atau tiga generasi tersebut.
Beberapa warga berusaha mengabadikan momen yang jarang terjadi di pesisir pantai utara kabupaten berjuluk kota soto itu dengan merekam di ponselnya. Beragam ekspresi juga disampaikan warga,
Ada yang simpati, ada juga yang melemparinya dengan menggunakan batu. Namun, beberapa mencegahnya. “Ojo diantemi, sakno engko lak loro (jangan dilempari, kasihan nanti kesakitan),” teriak Azhari (40), salah satu warga, Kamis (09/09/2021).
Pria bertubuh kurus itu lalu mencopot bajunya, dengan dibantu dua kawannya, Sukron (33) dan Abdul Rohim (48) ia kemudian merosot ke air laut yang kondisinya dangkal itu. Sebelum melakukan penyelamatan, mereka bertiga terlebih dahulu membersihkan sampah-sampah yang ada disekeliling hiu paus tersebut terdampar.
baca : Hiu Paus Kembali Terkena Jaring Nelayan di Flotim. Bagaimana Penanganannya?
Berpacu Dengan Surutnya Air Laut
Ketiga warga yang berprofesi sebagai nelayan itu sempat kewalahan melakukan evakuasi. Pasalnya, lokasi mamalia laut penikmat plankton itu terdampar merupakan perairan pasang surut. Sehingga, saat melakukan penyelamatan pada sore hari itu mereka seolah berpacu dengan air laut yang makin surut. Selain itu, kondisi dermaga yang mengalami pendangkalan menambah ketiga nelayan ini nampak keteteran.
“Ketika ditarik keluar dari sela-sela perahu juga tidak mau, akhirnya perahunya yang kami tarik. Tujuannya untuk memberi ruang gerak ikan cucutnya,” ujar Abdul Rohim usai melakukan evakuasi, dalam bahasa lokal hiu paus ini dikenal dengan sebutan ikan cucut.
Begitu sudah bisa bergerak, hiu paus itu kemudian digiring menuju perairan yang lebih dalam. Bapak tiga anak ini merasa lega saat melihat hiu paus yang digiring bersama dua rekannya itu sudah bisa berenang sendiri. Karena kondisinya yang lemas, tidak berselang lama satwa laut terbesar di dunia yang masih ada sampai sekarang ini pun kembali terdampar lagi.
“Dia ini seolah mabuk, padahal sudah berada di air yang agak dalam malah kembali lagi, kami akhirnya memutuskan untuk mengevakuasi lagi. Kasihan kalau tidak ditolong, mati nanti,” kata pria berkumis tebal ini.
baca juga : Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong
Apalagi, lanjut dia, konon hiu paus juga pernah menolong nelayan yang meninggal di laut. Mayatnya kemudian diantarkan sampai ke dermaga. Saat proses penyelamatan yang kedua inilah hiu paus akhirnya berhasil kembali ke laut lepas.
Ketua Rukun Nelayan (RN) Desa Paloh, Zainul Maarif mengatakan, sebelum dievakuasi oleh tiga nelayan tersebut, beberapa nelayan lain sebelumnya juga sudah mengevakuasi hiu paus ini. Bahkan, jumlahnya lebih banyak, sekitar 10 orang. Hiu paus ini pertama kali diketahui terdampar sekitar pukul 12:00 WIB.
Meski jumlahnya lebih banyak, mereka kuatnya hanya sampai pintu keluar-masuknya perahu, dari bibir pantai jaraknya kurang lebih 500 meter. “Sempat bisa, tapi kembali lagi. Kita mau evakuasi lagi tapi kita kan mikir juga soalnya peralatannya tidak ada,” kata pria 50 tahun itu.
Selain itu, karena mengetahui jika hiu paus itu merupakan satwa yang dilindungi, ia pun akhirnya memutuskan untuk menghubungi pihak berwajib “Apalagi kami juga bukan ahlinya, sehingga khawatir nantinya malah mencederai,” pungkasnya.
perlu dibaca : Hari Hiu Paus Internasional: Membenahi Upaya Konservasi Ikan Terbesar di Dunia
Dugaan Penyebab Terdampar
Hiu paus termasuk jenis ikan yang dilindungi penuh secara nasional, artinya pemanfaatan secara langsung tidak diperbolehkan. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 18 tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus. Sejak tahun 2002, hiu paus juga masuk dalam Appendix II Convention on International Trade in Engangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Muhammad Dikyah Fadillah, staf Balai Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, menduga terdamparnya hiu paus tersebut karena sedang mencari perairan yang hangat. Bisa juga hiu paus ini menepi karena saat ini dikawasan perairan pantai utara sedang musim udang rebon.
“Diketahui juga makan dengan cara menyaring air laut. Selain udang, hiu paus juga diketahui memangsa ikan-ikan kecil atau vertebrata kecil lainnya,” ujarnya saat di lokasi.
Ukuran hiu paus yang terdampar tersebut menurut Dikyah antara 5-7 meter. Sementara, lebar antara sirip ke sirip kurang lebih 1,5 meter. Dia berharap masyarakat bisa menghubungi atau segera melaporkan kepada BPSPL apabila menemukan hiu paus atau satwa langka lainnya yang terdampar.
Hal ini dilakukan agar warga tidak melakukan penanganan secara sewenang-wenangnya, karena untuk penanganan mamalia laut terdampar itu ada prosedurnya. Jika hiu paus ditemukan mati, pihaknya melarang warga untuk mengkonsumsi dagingnya. Sebab, hiu paus ini merupakan pradator kategori tingkat trofik tinggi.
“Kemungkinan ada akumulasi dari logam berat, mikroplastik, dan makanan dari hewan-hewan lainnya. Jika itu semua terakumulasi pada satu individu, dikhawatirkan ada kandungan racun penyakit, tandasnya.
Sebelumnya, warga juga menjumpai kawanan satwa yang dikenal dengan sebutan hiu tutul itu diperairan utara Lamongan. Kawanan hiu tutul itu berhasil dabadikan dengan menggunakan kamera handphone berenang sekitar 500 meter dari garis pantai Desa Kemantren, Kecamatan Paciran.
Sementara itu, Dodit Ari Guntoro, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Surabaya, BBKSDA Jawa Timur mengatakan, faktor lain yang menjadikan kawanan hiu paus itu muncul. Diantaranya, peralihan musim yang mempengaruhi temperatur air laut. Sehingga menyebabkan hiu paus mencari makan dengan mengikuti perubahan temperatur air.
Selain itu bisa juga karena sistem navigasi pada hiu paus tersebut terganggu. “hiu ataupun paus itu kan mempunyai cara berkomunikasi dan navigasi dengan pantulan suara. Atau unsur lainnya seperti usia, bisa juga karena mengikuti pemimpin kelompok,” jelas Dodit.