- Menyaksikan matahari tenggelam di pantai Pengkolan, Desa Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, bisa menjadi pilihan.
- Pantai yang terletak di pesisir pantai utara kabupaten berjuluk kota soto ini tidak jauh dari Wisata Bahari Lamongan (WBL), jika ditempuh dengan kendaraan berkecepatan normal sekitar 10-15 menit.
- Jika air laut sedang surut, pengunjung bisa leluasa menikmati keindahan alam dengan berjalan kaki menyusuri batu karang yang sudah mati. Selain itu juga bisa melihat kawanan burung kuntul kecil (Egretta garzetta)
- Untuk pengembangan pantai Pengkolan banyak kendala yang dirasakan. Misalnya, terkait dengan akses jalan masuknya yang sempit. Selain itu pendanaan yang terbatas dan juga masih dalam kondisi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Matahari tenggelam merupakan satu diantara waktu yang sering ditunggu banyak orang, termasuk Nabila Dwi Febriyanti (17) salah satunya. Sembari menunggu momen matahari turun ke peraduan, gadis belia ini terlihat asik berswafoto diatas batu karang di pantai Pengkolan, Desa Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Puas berswafoto diatas batu, bersama seorang teman, siswi Madrasah Aliyah Mazra’atul Ulum di kecamatan yang sama ini kemudian pindah ke sudut yang mempunyai latar belakang lebih bagus, rimbunan mangrove misalnya, atau perahu-perahu nelayan yang sedang bersandar.
“Disini asyik. Banyak spot foto yang alami. Selain itu juga bisa menyaksikan secara langsung proses tenggelamnya matahari dengan pelan-pelan,” kesan Nabila.
baca : Nyamannya Berkemah di Pantai Putri Klayar Lamongan
Remaja berkulit kuning langsat ini mengaku sudah empat kali berkunjung ke pantai yang tidak jauh dari Wisata Bahari Lamongan (WBL), jika ditempuh dengan kendaraan berkecepatan normal sekitar 10-15 menit.
Awalnya, Nabila mengetahui pantai ini melalui sosial media (sosmed). Dia melihat postingan-postingan teman-temannya, ia pun penasaran ingin datang. Begitu ke lokasi, Nabila merasa ketagihan. Karena lokasinya juga tidak jauh dari kampungnya, dia seringkali datang hanya sekedar berfoto atau nelepas penat bersama temannya. Selain sore hari, di pantai Pengkolan ini juga bisa dijadikan tempat untuk melihat matahari terbit (sunrise).
Sensasi Berjalan Diatas Batu
Sore itu, air laut sedang surut, dan ombak pun kecil. Sehingga pengunjung bisa leluasa menikmati keindahan alam dengan berjalan kaki menyusuri batu karang yang sudah mati di pantai yang berada di pesisir kabupaten berjuluk kota soto ini. Dalam penyisiran itu, pengunjung bisa melihat kawanan burung kuntul kecil (Egretta garzetta), yang pada sore hari terbang dengan formasi seperti membentuk huruf “V” menuju ke pohon mangrove, tempat dimana mereka beristirahat. Ada pula yang terlihat mengejar mangsanya di tepian pantai di tempat yang dangkal.
Ukuran burung ini kisaran 55-65 cm. Kuntul kecil seringkali mengunjungi sawah, tepian sungai, beting pasir dan lumpur, dan juga sungai-sungai kecil di pesisir pantai. Dalam mencari makan, burung kuntul kecil ini berkoloni yang terpencar-pencar.
Selain itu, suara burung cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) juga tidak luput dari pendengaran, menambah kealamian pantai Pengkolan. Berbeda dengan ketika air laut naik, batu-batu karang tersebut tidak terlihat. Ombaknya juga besar. Sehingga pengunjung tidak bisa menikmatinya dengan bebas.
baca juga : Berwisata Bersama Penyu di Pantai Lowita
Dwinta Nuha Afifah (16), pengunjung lain berharap kealamian pantai Pengkolan masih bisa tetap terjaga.
Karena dia merasa ada banyak hal unik di pantai ini. Tidak seperti pantai pada umumnya, di pantai Pengkolan ini tidak berpasir, melainkan dipenuhi serpihan karang dan bebatuan, karangnya merupakan karang yang sudah mati. Bahkan ada yang seolah membentuk pulau mini yang dalamnya pihak desa mendirikan gazebo untuk istirahat para pengunjung.
Agar serpihan batu kecil yang membentuk pulau mini itu tidak tergerus arus, pihak desa juga membentenginya dengan menanam pohon bakau disekelilingnya. Adanya batu-batu besar, perahu bekas yang kandas dan beberapa spot selfie yang terbuat dari kayu membuat pantai ini makin sering didatangi wisatawan.
“Dengan adanya burung-burung, bagus juga untuk dijadikan laboratorium terbuka. Biar banyak yang melakukan studi. Agar tidak kotor, kebersihannya juga perlu dijaga,” tutur siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah 01 Karangasem, Paciran ini.
perlu dibaca : Menikmati Pasir Putih Pantai Remen Tuban, Tumpuan Warga Menimba Mata Pencaharian
Pengembangan Terhambat
Untuk berkunjung ke pantai Pengkolan ini, dari jalan raya Daendels Pantai Utara Lamongan, pengunjung harus melewati gang kecil menuju pelabuhan pendaratan ikan Desa Kandang Semangkon, lebarnya kurang lebih 3-4 Meter.
Melihat potensi yang ada di pantai Pengkolan, Agus Mulyono, Kepala Desa Kandang Semangkon mengatakan, pihaknya akan terus berupaya untuk mengembangkan menjadi lebih baik, dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat untuk mengelola.
Selain menambahkan beberapa fasilitas, pihaknya juga melakukan penanaman bibit pohon bakau disepanjang bibir pantai Pengkolan. Penanaman ini dilakukan untuk mengurangi laju abrasi yang terjadi, dan supaya kelestarian pantai akan terlindungi secara alami. Selain itu, agar kawasan ini kedepannya semakin teduh. Burung-burung dan makhluk hidup lainnya bisa lebih betah.
“Sambil berjalan, rencana kedepannya juga akan kami tambah fasilitas jembatan yang terbuat dari kayu. Sebagai ikon, akan kami bangun patung-patung burung kuntul. Sebab burung ini paling mendominasi di pantai ini,” tuturnya pada Minggu (29/08/2021).
baca juga : Mengenal Burung Cerek Jawa, Si Mungil Penghuni Pesisir Pantai
Saat ini keberadaan burung kuntul di pantai Pengkolan juga aman. Jika ada orang yang membawa senapan, oleh warga langsung dihadang, lalu disuruh putar balik. Apalagi akses masuknya hanya satu pintu, sehingga sangat mudah mengawasi pemburu masuk. Kesadaran warga dalam menjaga hutan mangrove yang tersisa dan juga burung yang ada di kawasan itu meningkat.
Pria yang juga Ketua Himpunan Nelayan Lamongan ini mengaku, untuk pengembangannya banyak kendala yang dirasakan. Misalnya, terkait dengan akses jalan masuknya yang sempit. Selain itu juga pendanaan yang terbatas, dan masih dalam kondisi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Lahan dikanan-kirinya itu sudah milik investor. Sehingga jalan dan kawasan ini sulit untuk dilebarkan,” ujar Agus. Berkunjung di pantai Pengkolan untuk saat ini masih belum dikenai retribusi.