- Dua bunga bangkai muncul di pekarangan warga Dusun Krajan 1, Desa Sukobendu, Kecamatan Mantub, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
- Umbi salah satu bunga bangkai yang muncul itu dimakan oleh beberapa warga. Sementara yang satunya lagi dibiarkan mekar lalu menjadi viral.
- Santernya kemunculan tumbuhan asli Asia Tenggara ini seringkali menyedot perhatian publik. Tumbuhan ini seringkali dikelirukan orang awam dengan bunga Rafflesia sp.
- Kedua bunga ini merupakan dua hal yang berbeda, baik itu secara suku, siklus hidup, sifat biologis dan bentuk keduanya berbeda jauh.
Kholis Farida (50) tidak menyangka bunga bangkai yang mekar dipekarangan samping rumahnya itu bakal viral dijagat maya. Pasalnya, kemunculan bunga dengan nama latin Amorphophallus paeoniifolius yang belum pernah terjadi di pekarangan berukuran 15×4 meter persegi miliknya di Dusun Krajan 1, Desa Sukobendu, Kecamatan Mantub, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, itu dianggapnya biasa.
Namun, lain cerita ketika dia memberitahukan kemunculan bunga bangkai itu ke anaknya bernama Farikhatul Hijriyah, dengan menggunakan smartphone remaja 20 tahun tersebut kemudian memotret bunga yang dikenal juga dengan suweg ini lalu disebarkan di sosial media dan menjadi viral
“Akhirnya banyak anak-anak yang berdatangan. Apalagi pekarangan ini juga berdekatan dengan sendang, saban hari ada yang datang melihat,” kata Kholis, Sabtu (09/10/2021).
Awalnya, ibu empat anak ini bercerita pagi itu dia melakukan rutinitas biasa membersihkan pekarangan rumahnya. Karena belum mekar sempurna, Kholis mengira tanaman itu merupakan jantung pisang yang jatuh.
Tetapi begitu diamati berhari-hari tanaman tersebut semakin lama semakin membesar, kemudian muncul bunganya, dari situ dia baru sadar jika tanaman yang muncul itu adalah bunga bangkai. Lanjut perempuan yang berprofesi sebagai guru ini, kemunculan bunga tidak hanya satu, namun terdapat dua bunga bangkai yang tumbuh di pekarangan rumahnya.
baca : Bunga Bangkai Ini Tumbuh di Pinggir Jalan

Dimakan Bersama Tetangga
Kedua bunga bangkai tersebut mekar di bawah tegakan tanaman buah pisang (Musa) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), salah satu bunga sudah mekar dengan diameter kurang lebih 15 centimeter. Sementara satunya lagi masih berukuran kecil. Selain itu, disamping bunganya juga muncul batang tanaman yang menyerupai akar napas.
Kholis bilang, sekitar 15 hari bunga bangkai yang sudah mekar itu layu. Untuk mengambil umbinya dia kemudian mencabut dan menggali dengan menggunakan tangan kosong. Setelah mendapati umbinya tersebut Kholis kemudian tertarik untuk memasaknya.
Sebelum dimasak, kata dia, umbi terlebih dahulu dibersihkan, setelah itu dipotong-potong, kemudian direndam dalam air dan dicampuri garam secukupnya. Umbi bunga bangkai itu lalu direbus, begitu masak dia bagikan ke tetangganya.
“Kalau dikukus rasanya enak, agak kenyal-kenyal,” kesan Sariatun, yang juga merasakan umbi bunga bangkai. Perempuan paruh baya itu mengatakan, dulu bunga bangkai banyak dijumpai di sawah dan ladang petani.
Sehingga kala itu orang-orang setempat juga banyak yang mengkonsumsi umbi bunga bangkai tersebut. Konon, lanjut perempuan kelahiran 1963 ini umbi bunga bangkai berkhasiat mencegah penyakit liver dan sakit kuning.
Namun, seiring berjalannya waktu bunga bangkai atau dikenal juga dengan suweg ini sudah susah dijumpai.
baca juga : Bunga Bangkai Ternyata Bisa Dijadikan Diversifikasi Pangan. Seperti Apa?

Secara alami tanaman suweg merupakan tanaman tahunan yang mempunyai aktivitas musiman. Kemunculan bunga ini dari dalam tanah pada awal musim penghujan, setelah bunga layu muncul batang semu dan daun.
Sedangkan pada waktu menjelang musim kemarau, daun suweg akan menguning, layu dan gugur bersama dengan tangkainya, dan umbi yang berada di dalam tanah akan mengalami dorman. Secara umum, suweg mempunyai kemampuan regenerasi generatif melalui bijinya dan secara vegetatif melalui organ vegetatifnya seperti umbi atau potongan umbi, bulbil, dan stek daun.
Sementara itu, bunga yang satunya lagi dibiarkan terus mekar. Setelah mekar sempurna dia lalu memberitahukan ke anaknya, dan diviralkan. Walaupun baunya tidak sedap, tetapi banyak warga yang datang berkunjung ke pekarangan miliknya hanya sekedar melihat bunga bangkai. Para pengunjung yang hadir itu juga tidak lupa untuk mengabadikannya.
menarik dibaca : Pencapaian Sempurna Holidin, Penangkar Hebat Bunga Bangkai Raksasa

Seringkali Salah Disebut
Santernya kemunculan tumbuhan asli Asia Tenggara ini seringkali menyedot perhatian publik. Tumbuhan ini seringkali dikelirukan awam dengan bunga Rafflesia sp. Bahkan hal itu juga muncul ditayangan televisi swasta.
Untuk mengklarifikasi informasi tersebut, Agus Ariyanto Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) Gresik X, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, saat dilokasi memastikan bahwa bunga yang muncul itu merupakan bunga suweg (Amarphopalus paeoniifolius) bukan jenis Rafflesia arnoldi sebagaimana dalam pemberitaan di media televisi swasta.
Dia menyebut, seringkali masyarakat memang banyak yang salah menyebut. Padahal kedua bunga ini merupakan dua hal yang berbeda, baik itu secara suku, siklus hidup, sifat biologis dan bentuk keduanya berbeda jauh.
“Persamaannya memang sama-sama mengeluarkan bau yang tidak sedap, untuk itu dikenal juga dengan bunga bangkai. Meskipun begitu secara karakteristik merupakan dua hal yang berbeda,” ujar pria kelahiran Blora, Jawa Tengah ini.
Bunga raflessia merupakan golongan tumbuhan parasit dari marga Rafflesiaceae. Tumbuhan ini menyerap nutrisi tanaman induk atau inangnya, yaitu Tetrastigma, sejenis tumbuhan pemanjat dari keluarga anggur-angguran. Sementara Amorpophallus atau bunga bangkai berasal dari keluarga talas-talasan.
baca juga : Titan Arum, Bunga Bangkai yang Bikin Penasaran

Lebih lanjut Agus menjelaskan, bunga yang muncul tersebut keadaanya sudah layu, berukuran tinggi sekitar 25 centimeter dari tanah. Sementara diameternya sekitar 20 centimeter. Secara undang-undang bunga bangkai juga tidak termasuk jenis tanaman yang dilindungi oleh pemerintah. Selain itu, menurut data International Union for Conservation of Nature (IUCN) status konservasi bunga yang tersebar luas di dunia ini yaitu least concern.
Adapun bunga bangkai yang dilindungi adalah bunga bangkai raksasa. Secara morfologi juga bisa dibedakan dari ukurannya, bunga dengan nama latin Amarphopalus titanium itu bisa tumbuh mencapai ukuran 5 meter.
Sementara itu, Dra. Yuzzami, M.Sc, Peneliti Madya di Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, meskipun suweg bukan termasuk jenis tanaman bunga bangkai yang dilindungi, tetapi alangkah lebih baik jika manusia bisa memelihara, membiarkan bunga bangkai tersebut bisa tetap hidup dan berkembang.
Jika warga melihat bunga suweg, perempuan alumni pascasarjana University of New South Wales, Australia ini berharap agar tidak membabat atau memusnahkannya. Karena keberadaan bunga ini juga menjadi penting sebagai salah satu kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia.