- Kerusakan habitat dan perburuan jadi ancaman serius bagi keberlangsungan populasi macan dahan di Sumatera. Kulit macan dahan yang dulu paling tinggi Rp5 juta, sekarang melambung lebih Rp50 juta. Bahkan, ada tren jadikan jenis kucing liar ini binatang peliharaan.
- Macan dahan yang diperdagangkan ini kebanyakan berasal dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Pedagang dan pemburu macan dahan punya jaringan sama dengan harimau Sumatera.
- Macan dahan memiliki peran penting dalam ekosistem hutan di Sumatera. Sebagai predator, keberlangsungan hidup mereka makin penting untuk mengendalikan populasi satwa mangsa, terlebih saat harimau makin berkurang. Dengan begitu, keseimbangan ekosistem dalam kawasan tetap terjaga.
- Hasil penelitian di Taman Nasional Kerinci Seblat menunjukkan, terdapat rata-rata 220 macan dahan dewasa yang menghuni beberapa daerah itu. Ini adalah penelitian pertama yang mengungkap perkiraan populasi macan dahan di kawasan konservasi itu.
Macan dahan, satu satwa yang kerap jadi target buruan. Pada Februari lalu di Jambi, tim gabungan dari petugas Taman Nasional Bukit Seblat (TNBKS), Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Kepolisian Daerah (Polda) Jambi menggagalkan upaya perdagangan kulit macan dahan dan tulang. Kulit macan dahan ini hendak dijual Rp35 juta dan tulang seberat satu kilogram, dihargai Rp3 juta. Dua pelaku terima vonis Pengadilan Negeri Jambi Juli lalu, masing-masing dua tahun dan 1,6 tahun.
Kerusakan habitat dan perburuan jadi ancaman serius bagi keberlangsungan populasi macan dahan di Sumatera. Kulit macan dahan yang dulu paling tinggi Rp5 juta, sekarang melambung lebih Rp50 juta. Bahkan, ada tren jadikan jenis kucing liar ini binatang peliharaan.
Berdasarkan pengamatan Yayasan Terbang Indonesia, selama dua tahun terakhir ada empat kasus perdagangan macan dahan. “Dua kasus perdagangan kulit dan dua kasus perdagangan macan dahan hidup,” kata Marison Guciano, Direktur Yayasan Terbang Indonesia.
Macan dahan hidup, katanya, jadi incaran para penggemar satwa eksotis untuk jadi peliharaan.
Pada 2015, Polda Metro Jaya pernah menggagalkan upaya perdagangan macan dahan yang akan dibawa keluar negeri. Macan dahan ini dibeli oleh warga Libya untuk jadi hewan peliharaan di Timur Tengah. Ia dihargai Rp85 juta.
“Di dalam negeri macan dahan hidup dijual berkisar Rp30-Rp35 juta,” katanya.
Macan dahan yang diperdagangkan ini kebanyakan berasal dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Pedagang dan pemburu macan dahan punya jaringan sama dengan harimau Sumatera.
Marison mengidentifikasi, ada dua kelompok pedagang macan dahan yaitu pedagang konvensional dan yang “melek teknologi”. Dari pengamatan ini, pedagang konvensional adalah yang menjual kulit dan tulang macan dahan. Polanya sama seperti pedagang kulit harimau, sangat tertutup, harus melalui perantara dalam jaringan mereka.
Pedagang “melek teknologi” biasa menawarkan macan dahan melalui forum jual beli di media sosial seperti Facebook. Para pedagang ini menyasar para pecinta binatang peliharaan eksotis. Mereka menawarkan macan dahan hidup untuk jadi peliharaan.
Keserakahan manusia ini, katanya, makin mengancam keberlangsungan hidup macan dahan. Padahal, predator ini masuk satwa dilindungi, seperti dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. Macan dahan juga masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Macan dahan memiliki peran penting dalam ekosistem hutan di Sumatera. Sebagai predator, keberlangsungan hidup mereka makin penting untuk mengendalikan populasi satwa mangsa, terlebih saat harimau makin berkurang. Dengan begitu, katanya, keseimbangan ekosistem dalam kawasan tetap terjaga.
Macan dahan (Neofelis nebulosa) adalah jenis kucing liar yang mendiami hutan-hutan yang terbentang dari dataran tinggi Himalaya hingga Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 60 cm sampai satu meter. Ekor macan dahan berfungsi menjaga keseimbangan tubuh ketika bergerak di dahan pohon.
Iding Hadir, peneliti macan dahan dan praktisi konservasi satwa liar, mengidentifikasi, kawasan yang memiliki populasi suatu spesies adalah faktor penting dalam membuat perencanaan pengelolaan kawasan konservasi.
“Untuk membuat perencanaan pengelolaan kawasan lindung yang efektif sangat perlu pemahaman mendalam mengenai lokasi habitat inti suatu spesies,” katanya.
Untuk mendapat pemahaman yang mendalam mengenai suatu spesies dalam kawasan, katanya, perlu data komprehensif mengenai spesies di kawasan itu. Data penting itu antara lain, habitat inti dari spesies, wilayah jelajah yang menghubungkan antar-populasi dan risiko ancaman, seperti deforestasi. Data deforestasi perlu untuk mengetahui seberapa jauh kehilangan hutan mempengaruhi konektivitas populasi spesies yang terancam punah ini.
Sulit data akurat
Kucing liar ini agak sulit ditemui dan terkesan misterius hingga belum ada data akurat mengenai populasi spesies ini. Karena sulit terdeteksi, para peneliti menggunakan kamera perangkap (camera trap) untuk mengamati macan dahan. Mereka memasang kamera di 671 titik di TNKS yang total luas mencapai 16.000 km2.
Kamera dipasang selama 55.856 tangkapan malam. Data penampakan ini diintegrasikan dengan data deforestasi kawasan TNKS selama 17 tahun terakhir. Proses pengambilan data di lapangan berlangsung selama dua tahun.
Hasil penelitian di TNKS menunjukkan, terdapat rata-rata 220 macan dahan dewasa yang menghuni beberapa daerah itu. Ini adalah penelitian pertama yang mengungkap perkiraan populasi macan dahan di kawasan konservasi itu.
Data dari kamera perangkap ini juga memberikan informasi kalau macan dahan menyukai dataran dengan ketinggian sedang, memiliki tutupan hutan lebat, dan minim aktivitas manusia. “Jika dibandingkan dengan kucing emas, macan dahan sangat sensitif terhadap manusia,” kata Iding.
Dia memberikan contoh, kalau dalam kawasan terjadi aktivitas seperti pembalakan liar, efek dapat dirasakan macan dahan hingga radius 15 kilometer.
“Jika macan dahan memasuki pemukiman, diduga mengalami disorientasi akibat banyak gangguan di sekitar.”
“Dapat dibayangkan jika luas kawasan konservasi sedikit, sementara pemukiman terus menekan, akan ke mana populasi macan dahan tersisa?”
Spesies ini memiliki wilayah jelajah luas dan “fase merantau” (dispersal), yaitu fase saat individu mulai menjelajah keluar dari wilayah mereka untuk mencari habitat lebih baik, atau mencari pasangan (berkembang biak).
Nurhamidi, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I TNKS, benarkan, belum pernah mengadakan survei populasi macan dahan. Bukan berarti TNKS tidak memberikan perhatian pada macan dahan.
“Pemantauan tetap, khusus oleh tim Penyelamatan Harimau Sumatera Kerinci Seblat.”
Meskipun tugas utama tim PHSKS adalah pemantauan harimau, namun di lapangan saat pemantauan dengan kamera perangkap, juga terekam macan dahan. “Tidak ada kegiatan pengamanan khusus untuk macan dahan, seperti patroli umum saja,” jelas Nurhamidi.
Deforestasi
Sejak 2004, TNKS merupakan salah satu dari tiga taman nasional di Sumatera yang jadi bagian dari World Heritage Site United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (Unesco).
Kawasan ini dipilih karena memiliki hutan tropis sebagai penyumbang kehidupan, tidak hanya untuk satwa juga masyarakat sekitar. Kondisi TNKS tergerus perambahan dan usulan pembangunan jalan.
Dia bilang, kehilangan tutupan hutan dapat mengakibatkan habitat macan dahan terpecah-pecah dan berpotensi memutus konektivitas antarkelompok. Terputusnya, koneksi antarkelompok populasi ini bisa menyebabkan jumlah menurun dan terisolasi, hingga lungkang gen (gene pool) tidak bertambah dan beragam. Kalau kondisi ini terjadi, katanya, dapat dipastikan spesies ini akan mengalami kepunahan.
Untuk mengeluarkan TNKS dari daftar warisan dunia dalam bahaya itu, pemerintah Indonesia membuat rencana aksi. Pemerintah akan melaksanakan strategi asesmen ;ingkungan (strategic environmental assessment) pada setiap rencana pembangunan. Pemantauan keanekaragaman hayati menjadi salah satu bagian dari strategi ini.
Dia bilang, pemantauan keanekaragaman hayati dapat dilakukan lebih terfokus kalau habitat inti populasi spesies sudah diketahui.
Menurut Iding, modifikasi batas kawasan dapat dilakukan agar pemantauan habitat inti lebih fokus, hingga usaha pelestarian spesies lebih tepat sasaran.
Menurut dia, macan dahan bisa jadi spesies pengganti (surrogate species), kelompok spesies yang bisa mewakili berbagai spesies dalam suatu kawasan. Spesies pengganti ini adalah istilah yang lazim dalam perencanaan konservasi berbasis sistem dengan gunakan spesies sebagai indikator habitat lanskap dan kondisi sistem.
Spesies pengganti, katanya, untuk perencanaan konservasi komprehensif yang mendukung banyak spesies dan habitat dalam lanskap atau wilayah geografis tertentu.
Iding bilang, jadikan macan dahan sebagai spesies pengganti merupakan salah satu strategi kalau di kawasan itu ada kondisi tertentu.
*****
Foto utama: Sitaan macan dahan yang diawetkan di Jambi. Foto: istimewa