- Bunga Rafflesia dapat mekar sepanjang musim, tidak hanya musim hujan. Ini dikarenakan, Rafflesia merupakan bunga parasit sehingga pembungaannya tidak terikat musim.
- Pertumbuhan Rafflesia tergantung pada diameter inangnya, biasanya sekitar 20 sentimeter, barulah dapat mekar tanpa terikat musim.
- Rafflesia unik dikarenakan jenis ini hanya berupa kuncup atau bunga mekar, tidak ada batang, daun, dan akar. Rafflesia hanya dilengkapi haustorium, jaringan yang mempunyai fungsi mirip akar, mengisap sari makanan hasil fotosintesa dari tumbuhan inang.
- Di Indonesia, 13 jenis Rafflesia yang ada, dilindungi pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, nomor 889-901.
Musim hujan tiba. Rafflesia, bunga unik dan dilindungi ini, banyak bermekaran di Bengkulu. Apakah Rafflesia hanya mekar musiman saja?
Agus Susatya, penulis Buku Rafflesia Pesona Bunga Terbesar di Dunia, mengatakan bunga ini bisa mekar sepanjang musim. Alasannya, ia merupakan bunga parasit sehingga pembungaannya tidak terikat musim.
“Pertumbuhannya tergantung diameter inangnya, biasanya sekitar 20 sentimeter, barulah mekar tanpa terikat musim,” kata Dosen Kehutanan Universitas Bengkulu kepada Mongabay Indonesia, Rabu [10/11/2021].
Rafflesia memang unik, menyimpan misteri bagi ilmu tumbuh-tumbuhan. Unik dikarenakan jenis ini hanya berupa kuncup atau bunga mekar, tidak ada batang, daun, dan akar. Rafflesia hanya dilengkapi haustorium, jaringan yang mempunyai fungsi mirip akar, mengisap sari makanan hasil fotosintesa dari tumbuhan inang.
“Kelangkaannya dia alam, sebagian besar karena sifat biologisnya yang unik itu, sedangkan pemahaman akan sifat-sifat tersebut masih sedikit,” lanjut Agus.
Inang adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupannya, sebab tak ada Rafflesia tanpa inang. Inang menjadi tempat tumbuh dan berkembang, sehingga kondisi sehat-tidaknya inang menentukan kehidupan Rafflesia.
Kehidupan inang dipengaruhi lingkungan sekitar, termasuk iklim mikro dan makro yang kompleks. “Hingga kini, Rafflesia hanya bisa disaksikan di habitat alaminya dan dikategorikan sebagai tumbuhan langka.”
Rafflesia digolongkan kelompok holoparasit, tumbuhan yang tidak bisa melakukan proses fotosintesis sendiri, seperti layaknya tumbuhan berbunga lainnya.
Tumbuhan inang sangat spesifik yaitu pada marga Tetrastigma saja. Meski begitu, tidak semua jenis Tetrastigma menjadi inang, hanya jenis-jenis tertentu dalam marga ini saja.
Baca: Bengkulu Memang Rumah Besar Rafflesia
Sebaran
Marga Rafflesia terdiri sekitar 25 jenis, tersebar di bagian barat Garis Wallacea mulai dari perbatasan Myanmar dan Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Filipina.
Agus Susatya menjelaskan, bagian ujung barat sebaran geografis terletak di Provinsi Aceh, ditempati jenis R. arnoldii, R. atjehensis, R. micropylora dan R. rochussenii. Keempat jenis ini ditemukan di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser, wilayah Aceh dan Sumatera Utara.
Ujung utara dan timur dari sebaran geografis ditempati jenis R. aurantia dan R. schadenbergiana yang ada di Mindanao, Filipina.
Bagian paling selatan berada di bagian selatan pantai Jawa Barat, yaitu di Cagar Alam Pangandaran, dan di Jawa Tengah berada di Nusakambangan. Di kedua tempat tersebut dijumpai jenis R. patma.
Sedangkan di pantai selatan Jawa Timur, tepatnya di Taman Nasional Meru Betiri, dijumpai R. zollingeriana. Jenis terakhir ini boleh jadi pernah dijumpai di Bali, dan sekarang dianggap sudah punah di lokasi terakhir ini.
Baca: Rafflesia Bermekaran, Ada yang Merekah di Luar Habitatnya
Di Pulau Sumatera dijumpai 10 jenis, yiatu R. arnoldii, R. atjehensis, R. rochussenii, R. micropylora, R. hasseltii, R. gadutensis, R. tuan-mudae, R. patma, jenis baru R. bengkuluensis dan R. lawangensis.
“Cagar Alam Batang Palupuh di Kabupaten Agam-Sumatera Barat sejak lama dikenal sebagai habitat R. Arnoldii. Akan tetapi, dari penampakan luar bunga mekar dan hasil perbandingan dengan spesimen R. arnoldii dari Bengkulu, diperkirakan kemungkinan besar bukan R. arnoldii, tetapi R. tuan-mudae.”
Di Jawa terdapat tiga jenis, yaitu R. rochussenii di sekitar Taman Nasional Gede Pangrango, R. patma di Cagar Alam Pangandaran dan Nusa Kambangan, serta R. zollingeriana di Taman Nasional Meru Betiri.
Di Kalimantan dijumpai R. tuan-mudae di Cagar Alam Gunung Raya dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan Tengah. Kemungkinan besar, jenis ini dapat dijumpai di sepanjang Pegunungan Muller, yaitu di sekitar perbatasan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat dan Timur.
Kemungkinan lainnya, jenis ini dapat dijumpai di sebelah selatan pegunungan yang membatasi antara Serawak dan Kalimantan.
“Jenis ini juga ditemukan di Serawak,” jelas Agus dalam bukunya.
Baca: Perlindungan Rafflesia dan Habitatnya Perlu Aturan Tegas
Disamping 25 jenis di atas, ada tiga jenis dari Kalimantan yang dikenal sebagai jenis tidak komplit untuk diakui sebagai jenis tersendiri.
Hal ini disebabkan, jenis tersebut dideskripsikan berdasarkan spesimen herbarium yang tidak lengkap. Jenis tersebut adalah R. witkampii, R. ciliata, dan R. borneensis yang ditemukan di sekitar Gunung Sekerat, Kutai, Kalimantan Timur.
“Jenis-jenis di atas diduga sebagai R. arnoldii atau R. keithii.”
Agus memperkirakan, tiga jenis ini sebagai sinomin dari R. tuan-mudae, mengingat jenis terakhir, mempunyai sebaran geografis yang paling luas di Kalimantan.
Kini, sebaran terbanyak Rafflesia ada di Sumatera yang umumnya ditemukan di sisi barat Pegunungan Bukit Barisan. Hanya R. hasseltii yang ditemukan di luar kawasan Bukit Barisan, yaitu di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan Jambi.
Baca: Hidup Mati Agus Susatya untuk Rafflesia
Dari buku Biologi Konservasi Rafflesia karya Sofi Mursidawati dan Irawati diketahui Rafflesia hanya tumbuh dengan proses regenerasi di alam secara alami. Biji adalah bagian organ yang berperan sangat penting kehidupannya. Hal ini menjadi awal interaksi Rafflesia dengan inang, sehingga nantinya menetap menjadi parasit.
“Sebagai endoparasit, Rafflesia tumbuh dalam batang atau akar pohon inang dengan organ yang disebut haustoria dan juga berfungsi sebagai pengisap nutrisi,” tulis peneliti BRIN tersebut.
Sofi Mursidawati dan Irawati menjelaskan, Rafflesia berkembang biak dengan biji yang penyebarannya dibantu binatang. Beberapa referensi menyebutkan serangga, angin, air, atau binatang mamalia lainnya, seperti landak, tupai, babi hutan, hingga gajah.
“Namun, semuanya masih bersifat perkiraan dan perlu diteliti lebih lanjut.”
Baca: Hanya Rafflesia di Hati Sofi Mursidawati
Sejarah penemuan
Dalam Buku Rafflesia Pesona Bunga Terbesar di Dunia, dijelaskan bahwa Joseph Arnold, seorang dokter, pencinta alam, dan penjelajah abad ke-19 menyaksikan Rafflesia mekar di pedalaman Manna, Bengkulu Selatan, tahun 1818. Bunga tersebut mekar mencapai 110 cm, sehingga ia sangat takjub.
Sayang Arnold, yang namanya diabadikan pada salah satu jenis Rafflesia, meninggal karena malaria selama expedisi di daerah tersebut.
Lokasi Arnold pertama kali melihat Rafflesia bernama Pulo Lebbar, lokasi yang dicapai pada zaman itu sekitar dua hari perjalanan menyusuri Sungai Manna. Sekarang, tempat ini berupa desa dengan nama yang sama di Kecamatan Pino Raya, sekitar 30 km dari Kota Manna. Sementara Sungai Manna, sudah sejak lama tidak digunakan sebagai jalur transportasi.
Baca juga: Sudah Saatnya, Bengkulu Mendirikan Pusat Informasi Rafflesia
Di Indonesia, 13 jenis Rafflesia yang ada, dilindungi pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, nomor 889-901.
Jenis itu adalah rafflesia raksasa [Rafflesia arnoldii], rafflesia bengkulu [Rafflesia bengkuluensis], rafflesia gadut [Rafflesia gadutensis], tindawan biring [Rafflesia hasseltii], rafflesia lawang [Rafflesia lawangensis], rafflesia Meyer [Rafflesia meijeri], rafflesia mulut kecil [Rafflesia micropylora], rafflesia Prise [Rafflesia pricei], perud kibarera [Rafflesia rochussenii], bunga patma [Rafflesia tuan-mudae], patma/kembang banyu [Rafflesia zollingeriana], patma sari [Rafflesia patma], dan rafflesia kemumu [Rafflesia kemumu].