- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur melakukan pendataan satwa di Maharani Zoo dan Goa di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
- Pendataan dilakukan untuk memantau kondisi satwa-satwa koleksi, termasuk yang baru lahir dan mati. Karena selain satwa koleksi milik Kebun Binatang tersebut, juga ada satwa titipan yang berasal dari hasil penyerahan dan rampasan dari masyarakat.
- Idealnya setiap ada kelahiran dan kematian satwa itu langsung dilakukan BAP. Hanya karena saat ini masih dalam masa pandemi sehingga BAP dilakukan setiap bulan sekali. Selain itu, juga karena keterbatasan waktu dan kurangnya personil.
- Seperti halnya di kebun binatang lainnya, Maharani Zoo dan Goa juga merasakan dampak dari pandemi covid-19. Karena tidak ada pengunjung sehingga tidak ada pemasukan dari tiket.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur melakukan pendataan satwa-satwa koleksi di Maharani Zoo dan Goa di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) Gresik X BKSDA Jatim, Agus Ariyanto menjelaskan pendataan dilakukan agar satwa-satwa di Kebun Binatang bisa terpantau keadaan dan kondisinya.
Selain itu, setiap kelahiran dan kematian satwa-satwa koleksi juga didata dan dicatat resmi dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Hal itu merujuk pada Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.P.14/IV-Set/2014 tentang Format Laporan Bulanan dan Berita Acara Pemeriksaan Kegiatan Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar.
Idealnya, kata Agus, setiap ada kelahiran dan kematian satwa di Kebun Binatang itu langsung dilakukan BAP. Hanya karena saat ini masih dalam masa pandemi sehingga BAP dilakukan setiap bulan sekali. Selain itu, juga karena keterbatasan waktu dan kurangnya personil.
“Sudah bagian tugas dari kami untuk membina Lembaga Konservasi (LK) baik itu di LK penangkaran atau LK Taman Satwa,” ujarnya, saat ditemui Kamis (28/10/2021).
Karena selain satwa-satwa koleksi milik Kebun Binatang, juga terdapat satwa titipan yang berasal dari hasil penyerahan masyarakat, dan ada juga satwa yang berasal dari barang bukti rampasan dari warga. Satwa-satwa titipan di Maharani Zoo dan Goa adalah burung kakaktua jambul kuning (Cacatua sulphurea), ada juga burung merak (Pavo muticus) yang dievakuasi dari alun-alun Lamongan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.106/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi burung kakaktua jambul kuning dan burung merak merupakan jenis burung dilindungi.
“Dari pihak LK ini mereka membuat laporan kondisi satwa, pada prinsipnya satwa yang dilindungi adalah milik negara. Jadi itu merupakan kewajiban kami untuk memantau,” kata pria kelahiran Blora, Jawa Tengah ini.
baca : BBKSDA Jatim Evakuasi Merak Hijau di Alun-Alun Lamongan
Kelahiran Satwa
Adapun di bulan Juli 2021 ada tiga satwa yang lahir di Maharani Zoo dan Goa, diantaranya adalah burung paruh bengkok sunconure (Aratinga solstitialis) berjumlah dua anak, Antelop Afrika Sitatunga (Tragelaphus spekii) satu anak, kemudian Landak Jawa (Hystrix javanicus), dengan jumlah dua anak.
Landak Jawa merupakan mamalia endemik yang mempunyai manfaat nutrisi yang baik dalam durinya, biasa digunakan untuk menyembuhkan sakit gigi. Dia yang bersarang di dalam tanah dengan membuat lubang-lubang yang kedalamannya bisa sampai 5 meter. Indra penglihatan landak lemah, meski begitu landak mempunyai indra penciuman yang tajam.
Dia merupakan satwa terestrial, nokturnal, hidup berpasangan atau dalam kelompok keluarga. Keunikan dari satwa ini adalah suka menggerogoti batu atau kayu yang keras.
baca juga : Nasib Landak Sumatera, Tidak Dilindungi Sebagaimana Landak Jawa
Pada Agustus 2021, ada empat jenis satwa yang melahiran, yaitu Sitatunga (Tragelaphus spekii), Sunconure (Aratinga solstitialis), Rusa tutul (Axis axis), dan Kakaktua goffin (Cacatua goffiana), keempat satwa itu melahiran dengan jumlah satu anak.
Pada bulan September 2021, hanya ada satu satwa saja yang melahirkan, yaitu Rusa Bawean, dengan jumlah anak satu ekor. Hewan dengan nama latin Axis kuhlii ini merupakan satwa titipan. Dia adalah satwa endemik pulau Bawean dan berstatus dilindungi berdasar Permen LHK No.106/2018 yang ada di Kabupaten Gresik.
Rusa bawean dikenal juga sebagai pelari ulung yang hidupnya berada di semak-semak hutan, dan aktifnya itu pada malam hari. Dia merupakan satwa yang sensitif dan sangat hati-hati terhadap kehadiran manusia.
Bagi Agus yang membanggakan di Maharani Zoo dan Goa ini adalah bisa dilakukan breeding harimau (Panthera tigris). Selain itu, ada juga gajah (Elephas maximus) dan jerapah (Giraffa). ”Sebelumnya kami juga kesini memeriksa satwa, karena khawatir ada yang tertular virus Covid-19, apalagi itu sudah terjadi di Taman Margasatwa Ragunan. Kita juga antisipasi agar tidak terjadi di Maharani Zoo, karyawannya juga dicek, terutama keeper,” ujar Agus.
baca juga : Viral, Harimau Kurus Jadi Catatan Untuk Perawatan Satwa Tua
Dampak Pandemi
Sementara untuk satwa yang mati rata-rata usia sudah tua. Solikin, Manajer operasional Maharani Zoo dan Goa mengatakan, diantara satwa yang lahir dari bulan Juli sampai Agustus 2021 ini yang membanggakan baginya adalah rusa bawean dan landak jawa, karena kedua satwa ini merupakan satwa endemik Indonesia. Landak jawa yang semula hanya ada satu pasang, sekarang ini sudah menjadi lima ekor.
Seperti halnya di kebun binatang lainnya, Maharani Zoo dan Goa juga merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Karena tidak ada pengunjung sehingga tidak ada pemasukan dari tiket. Sumber biaya perawatan akhirnya menjadi persoalan. Apalagi dua kali mengalami penutupan beberapa bulan, sehingga sangat terasa.
Memang sebelumnya juga ada bantuan dari BKSDA Jatim, Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), dan juga lembaga-lembaga non-profit seperti Rumah Zakat dan Vilantara. Hanya karena pandemi ini lama sehingga bantuan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan satwa-satwa yang ada.
perlu dibaca : Krisis Pakan Satwa di Kebun Binatang Dampak Pandemi Corona
“Kami juga sebelumnya melakukan open donasi seperti yang dilakukan kebun binatang lain. Memang yang paling besar kebutuhan kita itu pakan, karena kita juga tidak mungkin mengurangi atau memotong jatah makan satwa,” ungkap pria berkacamata ini.
Yang bisa dilakukan adalah, lanjut Solikin, mengganti bahan pakan yang lebih ekonomis dengan kualitas sama. Biasanya satwa yang diberi makan daging sapi, diganti dengan daging celeng.
Untuk bertahan hidup, solusi lain adalah melakukan subsidi silang dengan satu induk perusahaan, yaitu Wisata Bahari Lamongan (WBL).
“Alhamdulillah disini tidak ada satwa yang terjangkit virus Covid-19, karena sebelum kita kirim satwa ke kebun binatang lain dilakukan medical chek up,” pungkas Solikin.
***
Keterangan foto utama : Kindi, anak jerapah yang lahir pada 15 Juni 2020, merupakan satwa koleksi Maharani Zoo dan Goa, Lamongan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia