- Seekor paus terdampar di kampung Tunas Gain, Fak-Fak Timur, Papua Barat. Sempat dijadikan objek foto oleh warga setempat, baik anak-anak maupun dewasa, dan disebarkan ke media sosial sebelum akhirnya unggahan itu dihapus.
- Jika dilihat dari foto yang sudah tersebar di media sosial, paus tersebut memiliki tiga ridge dan itu berarti jenis paus bryde (Balaenoptera brydei).
- Sempat dilakukan upaya penyelamatan yang memakan waktu dua jam, namun paus itu tidak berhasil diselamatkan.
- Selama tahun 2021 di Papua Barat, ada enam kejadian mamalia laut yang terdampar, yang terdiri dari tiga paus dan tiga dugong. Dari ketiga paus itu ada dua yang terdampar hidup, namun satu yang mati di kampung Tunas Gain, Fak-Fak.
Pagi di kampung pesisir Tunas Gain tidak seperti pagi yang biasa. Hari itu, Selasa, 16 November 2021, warga kampung yang berada di Distrik Fak-Fak Timur, Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat, dikejutkan dengan kehadiran seekor paus terdampar di pasir putih tepat di depan kampung. Satu per satu warga datang melihat paus yang terdampar. Pada awalnya, banyak yang menduga satwa laut itu dengan jenis hiu paus (Rhincodon typus).
Gain Abdul Rahim seorang warga Kampung Tunas Gain ketika dihubungi Mongabay, Kamis (18/11/2021) mengatakan, paus itu berada di kampung awalnya tidak diketahui oleh masyarakat setempat. Warga menduga paus terdampar sejak pukul 03.00 WIT dini hari, dan baru diketahui pukul 07.00 WIT pagi saat air laut sedang surut. Mereka mengetahui kalau mamalia laut itu belum mati dan dalam kondisi yang lemas. Tidak lama kemudian ada warga yang menghubungi pihak yang berwajib.
“Kami lihat paus itu masih hidup, tapi kondisinya sudah lemah. Sehingga warga melapor ke Polsek Fak-Fak Timur dan Kepala Distrik,” kata Abdul Rahim.
baca : Ghost Fishing, Penyebab Paus Bryde Mati di Mimika Papua
Meski demikian, paus yang sudah tidak berdaya itu sempat dijadikan sebagai objek foto-foto, baik anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan mereka menaiki punggung paus. Aksi mereka sempat dibagikan ke media sosial dan tersebar begitu cepat. Namun tidak berapa lama, unggahan itu sudah dihapus.
Raden Roro Sekar Mira, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, jika dilihat dari foto yang sudah tersebar di media sosial, paus tersebut memiliki tiga ridge dan itu berarti jenis paus bryde (Balaenoptera brydei). Statusnya dalam IUCN red list adalah least concern atau resiko rendah, karena meski populasinya belum diketahui persis namun sudah termasuk target perburuan, sehingga tidak diletakkan pada status data deficient atau kekurangan data.
“Jangkauan distribusinya sangat global mencakup (lautan) area tropis dan sub tropis. Sudah tercatat juga di (lautan) Indonesia, jadi wajar ketemu di Fak-Fak,” ungkap Sekar.
baca juga : Ketika Warga Membakar Paus Biru yang Terdampar di Banggai Laut
Santoso Budi Widiarto, Kepala Loka Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong menjelaskan, paus merupakan biota yang dilindungi undang-undang, sehingga untuk interaksi dengan biota juga ada tata caranya, sehingga menaiki punggung paus seperti yang dilakukan oleh warga tentu tidak dibenarkan, mengingat dekat bagian kepala ada lubang sembur yang prinsip kerjanya mirip dengan hidung manusia untuk bernapas.
“Masyarakat mungkin sangat gembira bisa ketemu paus yang besar tersebut, hanya saja caranya salah. Setelah ada tim penanganan di lapangan barulah masyarakat mau lebih menghormati paus,” ungkap Santoso.
Wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Fak-Fak merupakan bagian dari wilayah kerja LPSPL Sorong. Untuk penanganan yang terpencil seperti kampung pesisir Tunas Gain, mereka ikut membantu melakukan penanganan paus dari jarak jauh sambil berkoordinasi dengan pihak terkait di lapangan. Setelah itu langsung ditindaklanjuti oleh Satuan Polisi Air Udara (Sat Polairud) Polres Fak-Fak, bersama dengan instansi terkait lainnya, mereka bertindak cepat turun lapangan menuju kampung Tunas Gain pada Selasa (16/11/2021).
perlu dibaca : Paus Biru Ditangkap dan Dikonsumsi Warga Lamakera. Kenapa Masih Terjadi?
Kepala Satuan Polairud Polres Fak-Fak, Iptu Arif Usman Rumra, yang memimpin langsung penanganan mengatakan, timnya tiba di lokasi pada pukul 15.00 WIT. Tim gabungan yang terdiri dari instansi terkait langsung mengambil tindakan. Mereka melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk melihat kondisi paus, kemudian mengukur ukuran tubuhnya.
“Tubuh paus itu memiliki ukuran panjang kurang lebih 12,20 meter dan lebar kurang lebih 1,20 meter,” kata Arif Usman.
Setelah mengecek kondisi dan mengukur tubuh mamalia laut itu, tim segera melaksanakan evakuasi dengan menggunakan tali yang diikat pada bagian sirip, selanjutnya ditarik dengan menggunakan Kapal Polisi C3 KP–1014 dengan mesin 200 PK dua unit yang memiliki kecepatan maksimal 30 knot per jam. Berbagai upaya telah dikerahkan oleh tim tersebut untuk menyelamatkan paus, namun tidak juga berhasil. Bahkan evakuasi itu berlangsung sekitar dua jam, tetap juga gagal karena terkendala oleh kondisi air laut yang sedang surut.
Melihat kondisi air yang tidak menunjang untuk proses evakuasi tersebut, Kasat Polairud melalui koordinasi dengan instansi terkait yang ikut dalam tim memutuskan untuk menghentikan proses evakuasi sementara. Hingga akhirnya tim tersebut kembali bertolak menuju Markas Komando Sat Polairud Polres Fak-Fak pada Selasa petang.
baca juga : Melihat Aksi Nelayan Selamatkan Hiu Paus Terdampar
Keesokan harinya, terdengar kabar mamalia laut itu akhirnya mati pada Rabu (17/11/2021). “Paus itu sudah mati. Tapi karena ukurannya yang sangat besar dan warga tidak bisa angkat, jadi kami hubungi operator alat berat. Kebetulan ada perusahaan tidak jauh dari kampung yang punya alat berat. Paus itu dikubur pada malam hari,” ungkap Gain Abdul Rahim.
Santoso Budi Widiarto menjelaskan, kejadian terdamparnya paus bukan hanya karena mamalia laut itu hilang orientasi atau kehilangan grupnya, namun juga karena sakit dan sudah waktunya mati. Ia memberikan contoh ketika pengalaman mereka pada tahun 2018 lalu dalam upaya penyelamatan paus terdampar di kampung Siboru, Fak-Fak. Segala upaya sudah dilakukan oleh tim untuk mendorong dan mengarahkan paus ke arah laut yang lebih dalam.
baca juga : Seekor Paus Bryde Terdampar di Raja Ampat, Ada Apa?
Namun ternyata paus tidak mau berenang keluar. Ketika ditarik menggunakan tali yang ada di kapal, ternyata talinya putus dan kapal hampir saja terbalik. Bahkan tim sudah mencoba berbagai cara, misalkan dengan menggunakan bunyi-bunyian untuk menarik perhatian biota agar mau berenang keluar, tapi tetap tidak mau juga. Paus tetap berupaya ke arah perairan dangkal. Biota laut itu seperti punya insting bahwa sudah waktunya ia akan mati.
“Jadi meskipun dia biota laut, namun paus bukanlah ikan. Dia mamalia yang bernafas dengan paru-paru dan pada saat nanti akan mati dia akan berenang di perairan yang dangkal, sehingga kebanyakan akhirnya terdampar,” ujar Santoso.
Wilayah kerja LPSPL Sorong meliputi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Untuk tahun 2021 ini, kata Santoso, total ada 16 kejadian terdampar. Sementara khusus untuk Papua Barat, ada enam kejadian mamalia laut yang terdampar, yang terdiri dari tiga ekor paus dan tiga ekor dugong. Dari ketiga paus itu ada dua ekor yang terdampar hidup, namun satu yang mati adalah di kampung Tunas Gain, Fak-Fak, yang sempat diupayakan untuk diselamatkan namun pada akhirnya mati juga.