- Pasca erupsi Gunung Semeru, warganet berkali-kali dihebohkan dengan adanya berbagai peristiwa yang terjadi. Kali ini diramaikan dengan terekamnya satwa berwarna hitam yang berkeliaran di Dusun Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jatim.
- Berdasarkan informasi yang beredar, dugaan awal hewan tersebut merupakan macan kumbang. Namun, setelah dilakukan penyelidikan oleh tim BBTNBTS dan beberapa relawan di lokasi, satwa yang muncul itu adalah seekor kucing domestik berwarna hitam.
- Meski begitu, keberadaan macan kumbang di kawasan hutan TNBTS itu memang ada, bahkan populasinya meningkat, ada sekitar 24 individu yang sudah teridentifikasi.
- Data IUCN menunjukkan status konservasi macan kumbang yang awalnya critically endangered (kritis) pada tahun 2018, berubah menjadi endangered di tahun 2021. Sementara, di Indonesia populasinya diperkirakan sekitar 319 individu.
Pasca erupsi Gunung Semeru, warganet berkali-kali dihebohkan dengan adanya berbagai peristiwa yang terjadi di kawasan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, seperti viralnya syuting sinetron di lokasi pengungsian, kemunculan monyet di kawasan perbukitan Piket Nol, dan seorang pria yang menendang sesajen.
Baru-baru ini netizen juga diramaikan dengan terekamnya satwa berwarna hitam yang berkeliaran di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Aktivitas satwa berekor panjang itu terekam kamera Closed Circuit Television (CCTV) Early Warning System (EWS) petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS). Alat itu dipasang untuk memantau aktivitas lahar dingin Gunung Semeru.
Seolah mencari sesuatu, satwa berkaki empat yang tengah berjalan di malam hari itu sesekali terlihat berhenti dan mengendus-endus tanah, sebelum kemudian berjalan kembali di jalanan yang kondisinya nampak sepi.
Berdasarkan informasi yang beredar, dugaan awal hewan tersebut merupakan macan kumbang. Namun, setelah dilakukan penyelidikan oleh tim BBTNBTS dan beberapa relawan di lokasi, satwa yang muncul itu adalah seekor kucing domestik berwarna hitam.
baca : Macan Tutul Jawa Terekam Kamera Jebak di TNBTS
Untuk meluruskan informasi yang sudah beredar tersebut pihak BBTNBTS kemudian melakukan klarifikasi lewat akun sosial medianya.
“Dugaan itu beralasan, sebab jarak CCTV EWS ke objek memang cukup jauh, sekitar 25 meter. Sehingga ada kesalahan mengidentifikasi diawal,” ujar Sarif Hidayat, Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan BBTNBTS, Rabu (09/02/2022).
Menghindari Perburuan Liar
Selain itu, hasil informasi yang didapatkan di lapangan, kucing yang mempunyai warna hitam pekat tersebut ternyata sering tidur di rumah warga yang berada di seberang pos pantau. Dalam video yang diunggah, seekor kucing hitam itu tengah asyik berkeliaran, dan berjalan dengan santai seperti di rekaman video sebelumnya.
Meski begitu, Sarif menjelaskan di TNBTS keberadaan macan kumbang itu memang ada, bahkan populasinya meningkat, ada sekitar 24 individu yang sudah teridentifikasi.
Untuk memantau kondisi dan keberadaan satwa dengan nama latin Panthera pardus melas ini, setiap tahun pihaknya juga telah memasang sejumlah kamera trap. Berdasarkan data pemantauan terakhir tahun 2021, satwa yang dikenal dengan macan tutul itu terekam di sisi timur Gunung Semeru.
Keberadaan macan kumbang itu juga pernah dipublikasikan ke masyarakat secara luas. Hanya untuk titik lokasinya, pihak BBTNBTS tidak berani menyampaikan secara rinci, dikhawatirkan keberadaan jenis hewan yang dilindungi ini nantinya diketahui oleh orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga rawan menjadi tujuan perburuan liar.
Untuk itu, lanjut Sarif, pihaknya juga seringkali melakukan edukasi ke masyarakat di sekitar hutan.
baca juga : Nasib Hewan Ternak Penyintas Erupsi Gunung Semeru
Dalam forum baik itu resmi maupun tidak resmi seringkali juga disampaikan bahwa selain burung elang jawa (Nisaetus bartelsi), macan kumbang merupakan salah satu spesies kunci (keystone species) di dalam ekosistem hutan TNBTS.
“Untuk itu keberadaanya mari kita jaga dan lestarikan, karena satwa ini merupakan bagian dari kekayaan keanekaragaman hayati,” tutur dia. Tentunya bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terlebih macan kumbang sudah menjadi salah satu indikator penting dan langka.
Terpisah, Muhammad Kholil (57), petani asal Dusun Wonoagung, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, menceritakan, ketika hendak pergi ke ladang dirinya juga pernah menjumpai macan kumbang. Kebetulan ladang yang dia garap itu berada di kawasan hutan Perhutani, yang posisinya berbatasan langsung dengan hutan TNBTS.
Dusun Wonoagung bisa dibilang termasuk kampung terakhir sebelum puncak Gunung Semeru yang dikenal dengan kawah jonggring saloka itu. Dibandingkan dengan kampung-kampung yang terdampak erupsi pada akhir tahun 2021 lalu, letak dusun Wonoagung lebih tinggi.
“Dulu macan kumbang juga pernah turun ke dusun kami dan memakan kambing warga,” kisah pria berjenggot itu saat ditemui Mongabay Indonesia, Kamis (16/12/2021).
baca juga : Macan Tutul Jawa, Sang “Penjaga” Hutan yang Semakin Terdesak Hidupnya
Macan tutul atau macan kumbang dalam Conventional on International Trade in Engandered Species of Wild Fauna and Flora atau CITES juga telah dikategorikan ke dalam Appendix 1, yang artinya tidak boleh diperdagangkan.
Sementara, berdasarkan assessment International Union for Conservation of Nature atau IUCN tahun 2021, status konservasi macan kumbang menjadi endangered, dari sebelumnya yang critically endangered (kritis) pada tahun 2018. Untuk populasinya di Indonesia diperkirakan sekitar 319 individu.
Status Konservasi Berubah
Erwin Wilianto, pendiri Yayasan Save the Indonesian Nature and Threatened Species (SINTAS) menjelaskan, meskipun status konservasi macan kumbang berubah bukan berarti populasinya membaik, atau ancaman yang terjadi pada satwa ini menjadi berkurang.
Adanya perubahan status tersebut lebih disebabkan oleh ketersediaan informasi yang semakin meningkat dan akurat dibandingkan sebelumnya.
Lebih lanjut Erwin menjelaskan, untuk karakter macan kumbang sendiri tidak berbeda dengan macan tutul. Hanya sebagai bentuk adaptasi atas habitat hutan yang lebat dan gelap kulitnya berubah menjadi hitam, karena disebabkan oleh pigmen melanistik.
Meski begitu, macan kumbang masih memiliki pola tutul rosette walaupun tersamar oleh warna bulu hitam yang gelap. Tutul rosette-nya akan terlihat ketika berada di bawah sinar cahaya yang kuat.
Secara kasat mata, kata Erwin, tubuh macan kumbang juga sama seperti macan pada umumnya. Dari caranya berjalan, macan kumbang memang cenderung mirip sekali dengan kucing domestik. Namun, hewan yang memiliki indra penglihatan dan penciuman yang tajam ini preferensi makanannya cukup beragam, seperti kijang (Muntiacus), tikus (Muridae) dan juga satwa jenis primata.
“Untuk itu, kecil kemungkinan macan kumbang mengais sisa-sisa makanan di jalanan, karena itu juga beresiko. Apalagi dia juga merupakan hewan predator,” jelas Erwin, Rabu (09/02/2022), saat menanggapi video kucing dikira macan kumbang yang sudah beredar itu.
baca juga : Konflik Manusia dengan Macan Tutul Jawa Belum Berakhir
Walaupun demikian, ada kemungkinan macan kumbang bisa masuk ke permukiman penduduk, karena perkampungan yang terdampak Erupsi Gunung Semeru itu dekat dengan kawasan TNBTS. Apalagi macan kumbang juga termasuk satwa yang mempunyai daya jelajah cukup jauh, sekitar 8-16 Kilometer.
Di beberapa wilayah di Pulau Jawa, kasus satwa yang dikenal aktif berburu mangsa di malam hari ini seringkali dijumpai di permukiman atau di ladang warga yang tinggal di tepian hutan, bahkan tidak sedikit juga yang berujung konflik.
Erwin menyayangkan atas peristiwa yang terjadi itu, karena menurut dia sebetulnya satwa yang menjadi identitas fauna provinsi Jawa Barat ini ketika ketemu manusia akan selalu berusaha untuk menghindar.
Meski sering dianggap binatang buas, namun sejatinya macan kumbang merupakan satwa yang ramah. Selain itu, karena ketersediaan ruang hidup yang semakin menipis memaksa dia harus berusaha hidup berdampingan dengan manusia, dan manusia sebagai makhluk yang berakal tentunya bisa lebih bijak.
“Ketika macan kumbang merasa terancam, kecenderungannya akan menghindar. Namun, jika tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan nyawannya, dia pasti akan menyerang atau offensif,” kata Erwin, yang saat dihubungi sedang berada di Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Jatim, untuk membantu mendata keberadaan macan tutul jawa ini.