- Harimau Sumatera bermunculkan di Jambi, dari telan korban ternak sampai manusia kala hutan sebagai rumah mereka terus terkikis jadi beragam peruntukan.
- Kejadian terbaru konflik harimau dan manusia pada 19 April lalu. Bima Mubarak, warga Kelurahan Tanjung Raden, Kecamatan Danau Teluk, Jambi Kota Seberang, Jambi, ditemukan tewas di pinggir kanal dengan kepala tercabik-cabik binatang buas diduga harimau.
- Warga Desa Lopak Aur, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari geger menemukan sapi mati dengan leher berlubang dan ekor tak utuh bekas gigitan. Empat hari harimau berkeliaran di seberangan Sungai Batanghari mencari mangsa.
- Warga Desa Nalo Gedang, Kecamatan Nalo Tantan, Kabupaten Merangin, Jambi, hampir dua bulan ini diteror harimau. Sebelas kambing dan dua sapi mati jadi mangsa. Kemunculan harimau di Nalo Gedang telah dilaporkan sejak 2021.
Bima Mubarak, warga Kelurahan Tanjung Raden, Kecamatan Danau Teluk, Jambi Kota Seberang, Jambi, ditemukan tewas di pinggir kanal 19 April lalu, sekitar pukul 08.25 malam. Kepalanya tercabik-cabik binatang buas.
Lelaki 19 tahun itu bekerja di perusahaan PT Pratama Orbit Centuriraya (POC), kontraktor alat berat yang tengah membersihkan kanal di konsesi PT Putraduta Indah Wood (PDIW) di Desa Puding, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi.
Pagi sebelum kejadian, kamera trap yang dipasang tak jauh dari basecamp POC memotret satu harimau Sumatera dewasa.
“Kira-kira umur 15 tahun,” kata Didik Bangkit Kurniawan, Plt Kasi Wilayah II Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jambi.
Petugas BKSDA yang dikirim ke lokasi menemukan banyak jejak harimau. Didik menduga hutan yang tersisa di PDIW merupakan habitat harimau Sumatera.
Dugaan Didik makin kuat setelah dari Balai Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS) mengakui kucing besar yang tertangkap kamera pengintai itu bukan dari wilayahnya.
“Berarti ada harimau lokal di situ,” kata Didik.
Kuat dugaan, Bima tewas diserang harimau Sumatera. Kematiannya jadi yang kedua di kawasan PDIW.
Sebelumnya, Firdaus, warga Desa Perawang Barat, Kecamatan Tualang, juga ditemukan tewas di konsesi PDIW, 25 Maret 2022, pukul 10.00 pagi. Didik bilang, lokasi Firdaus tewas tak jauh dari tempat Bima.
“Jarak lokasi pertama sama yang kedua sekitar 5-8 kilometer,” kata Didik.
Jasad pria 42 tahun itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Banyak luka bekas gigitan dan cakaran diduga serangan harimau. Bahkan beberapa bagian tubuh tak utuh lagi.
Berdasarkan keterangan Kapolres Muaro Jambi, AKBP Yuyan Priatmaja pada media, saat kejadian korban bersama tiga rekannya—Ariyanto, Ilham dan Putra—tengah beristirahat usai membersihkan besi tua bekas rel di area konsesi PDIW.
Korban waktu itu bersama Ariyanto, dua rekan lain, Ilham dan Putra berada di atas eksavator. Saat beristirahat, Ilham dan Putra melihat satu harimau pelan-pelan berjalan mendekati Ariyanto dan Firdaus.
“Di depan ada harimau, awas!” kata Yuyan, menirukan keterangan rekan korban.
Ariyanto kaget mendengar teriakan itu bergegas lari menuju eksavator. Firdaus lari ke hutan dikejar harimau.
“Terdengar suara tolong, habis itu tidak ada suaranya lagi.”
Muncul di banyak tempat
Warga Desa Lopak Aur, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari geger menemukan sapi mati dengan leher berlubang dan ekor tak utuh bekas gigitan. Empat hari harimau berkeliaran di seberangan Sungai Batanghari mencari mangsa.
Sapi milik Muhammad Anas warga Dusun II, Desa Mekarsari Ness, Kecamatan Bajubang ikut jadi korban. Sapi umur sembilan bulan itu mati tecabik-cabik di bagian ekor.
Jejak raja hutan juga ditemukan di Desa Kubu Kandang, sekitar 14 km dari Lopak Aur.
Sejak Februari hingga Maret, harimau dikabarkan muncul di banyak tempat termasuk Tanjab Timur, Sarolangun, Tebo hingga membuat warga panik dan ketakutan. Didik mendapat banyak laporan dari warga, tetapi tidak semua bisa dia verifikasi.
“Ada foto harimau di kebun sawit, ternyata itu foto kejadian di Riau. Ada juga kejadian di Malaysia, tapi dibilang ada di Jambi.”
Dia menduga, konflik yang terjadi karena habitat harimau tergerus kaena masif pembukaan lahan dan alih fungsi hutan. Perburuan rusa, kijang hingga babi hutan yang tak terkontrol juga ikut menjadi penyebab.
“Sekarang itu yang terjadi seperti berebut makanan antara manusia dan harimau,” kata Didik.
Untuk menghindari serangan harimau, dia menyarankan, masyarakat tidak beraktivitas sendirian di habitat harimau. “Kalau berkerja usahakan jangan pagi sekali atau malam hari, baiknya sekitar pukul 10.00 pagi-04.00 sore.”
Didik menyarankan, memakai topeng di bagian belakang kepala saat bekerja. “Jadi kalau harimau melihatnya itu seolah-olah kita sedang memerhatikan. Harimau itu akan menyerang saat kita lengah.”
Penerangan saat malam sangat penting untuk menghindari serangan harimau. “Kalau bisa gunakan lampu yang kelip-kelip mirip pesawat. Itu akan membuat hewan tak mau mendekat.”
Konflik di Merangin
Di tempat lain, warga Desa Nalo Gedang, Kecamatan Nalo Tantan, Kabupaten Merangin, Jambi, hampir dua bulan ini diteror harimau. Sebelas kambing dan dua sapi mati jadi mangsa. Kemunculan harimau di Nalo Gedang telah dilaporkan sejak 2021.
Pada 22 April 2022, BKSDA Jambi mengkonfirmasi berhasil menangkap harimau yang meneror warga Nalo Gedang. Satu harimau dewasa seberat 110 kg dan panjang 2,17 meter. Umurnya diperkirakan 8-10 tahun.
Meski demikian warga Nalo Gedang masih belum tenang. Mereka melaporkan masih ada harimau lain yang berkeliaran dekat perkampungan.
Rahmad Saleh, Kepala BKSDA Jambi, mengatakan, konflik harimau dengan warga Nalo Gedang terjadi di perkebunan warga, sekitar satu kilometer dari hutan produksi dan 20 km dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Rahmad menduga, harimau itu keluar karena aktivitas tambang ilegal masuk kawasan hutan. Saat ini, populasi harimau di Jambi tersebar di Taman Nasional Berbak Sembilang ada 25, TNKS (150), Hutan Harapan (5) dan sebagian di Taman Nasional Bukit Tigapuluh.
Daerah rawan
Kematian Bima dan Firdaus di PDIW bukan tanpa sebab. Dwi Nanto, Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Jambi, menyebut, serangan harimau itu terjadi karena habitat mereka tergerus. Sepuluh tahun terakhir, aktivitas pembalakan liar begitu masif di kawasan izin HPH itu.
Kasus ini, katanya, menunjukkan aktivitas manusia jauh ke dalam hingga menggangu habitat harimau. “Hewan itu sebenarnya takut sama manusia, tidak akan menyerang kalau tidak terdesak.”
“Harimau itu juga punya batasan tertentu, kapan akan berdiam diri, kapan siap-siap, kapan akan melawan.”
Pada 24 Februari, Polda Jambi menemukan ratusan keping kayu tak bertuan di lokasi HPH yang berbatasan dengan wilayah Sumatera Selatan itu. Sebanyak 400 keping papan berbagai ukuran serta 200 batang kayu gelondongan diduga dari aktivitas ilegal diamankan polisi.
Kebakaran yang rutin terjadi juga menghancurkan habitat satwa dilindungi ini. Izin HPH perusahaan ini seluas 34.000 hektar merupakan lahan gambut dalam. Ratusan kanal dibangun perusahaan menyebabkan gambut kering dan rawan terbakar.
Walhi Jambi mencatat, kebakaran di konsesi PDIW terus berulang hampir setiap tahun. Pada 2015, luas kebakaran mencapai 4.392 hektar. Kebakaran kembali terjadi 2016, dan menghancurkan lebih 1.800 hektar lahan gambut.
Pada 2019, menjadi catatan paling buruk, kebakaran mencapai 20.850 hektar, hampir dua per tiga luas konsesi PDIW.
Berdasarkan data Ditjen Ahu Online, Yayasan Kartika Eka Paksi di Jalan Medan Merdeka Timur, disebut ikut menguasai 500 lembar sahan PDIW senilai Rp500 juta.
Dwi mendesak, pemerintah segera mengevaluasi izin PDIW dan menghentikan aktivitas ilegal yang mengancam habitat harimau.
“Itu sudah wilayah terakhir, dan—aktivitas manusia—harus berhenti di situ. Karena itu wilayah kekuasaan harimau.”