- Burung cabak kota adalah salah satu jenis burung pemakan serangga yang bisa dijumpai di kawasan perkotaan. Umumnya bisa dijumpai di dataran rendah pada tempat kering dan terbuka, di dekat pantai.
- Dalam bahasa Inggris burung cabak kota disebut dengan Savannah Nightjar, memiliki panjang tubuh sekitar 22 cm dari paruh ke ekor.
- Ciri khas dari burung cabak kota yaitu gemar terbang berputar-putar sembari mengeluarkan suara yang keras dan berulang-ulang “cwuirp” saat senja atau dini hari.
- Di Indonesia kurang lebih ada 13 spesies burung cabak yang sudah teridentifikasi. Adapun status konservasinya berdasarkan IUCN secara umum beresiko rendah.
Warna bulunya yang hampir mirip dengan tanah kering saat singgah di kawasan tambak garam membuat burung yang mempunyai panjang tubuh sekitar 22 cm dari paruh ke ekor ini terlihat samar. Saking samarnya sekilas tidak bisa dikenali.
Selain di tanah, burung yang mempunyai karakter aktif pada malam hari (nokturnal) ini juga seringkali berlabuh di atas genteng rumah.
Dialah burung cabak kota, salah satu jenis burung pemakan serangga yang bisa dijumpai di kawasan perkotaan, dikenal juga dengan cabak maling kota, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Savannah Nightjar.
Warna bulu burung cabak kota juga hampir seragam, antara jantan dan betina itu hanya memiliki sedikit perbedaan saja, yang jantan ekor terluar berwarna putih yang khas, garis putih di tenggorokan digantikan dengan dua bercak putih di samping, begitu juga dengan sayapnya.
Sementara yang betina warnanya lebih kemerahan, tanpa tanda putih di ekor. Iris coklat, paruh berwarna tanduk, dan kaki berwarna merah buram.
baca : Cerita Anak Muda Melawan Kepunahan Burung

Burung cabak kota merupakan jenis burung yang sensitif, sehingga dengan cepat ia akan terbang begitu ada pergerakan, yang menjadi ciri khas dari burung ini adalah gemar terbang berputar-putar sembari mengeluarkan suara yang keras dan berulang-ulang “cwuirp” saat senja atau dini hari.
Ketika malam hari ia seringkali berterbangan di bawah lampu-lampu penerangan jalan kota maupun desa untuk menyambar serangga, siang harinya ia cenderung diam.
Bikin Takjub
Ketika berbiak burung cabak mempunyai musim-musim tertentu, sehingga tidak setiap bulan mampu untuk berkembangbiak, tercatat hanya pada bulan Mei hingga Desember saja. Sedangkan jumlah telur yang dihasilkan juga tergolong sedikit, antara satu hingga dua butir berwarna kuning tua dengan bintik-bintik noda dan garis coklat.
Sementara, tempat bertelur burung cabak sekedar diletakkan pada lekukan tanah kering tanpa bahan sarang apapun, lekukan tersebut digaruk sendiri menggunakan kakinya. Karena perilaku bertelurnya yang unik itu, Nurdi Kristianto (35), penghobi foto burung liar asal Sidoarjo, Jawa Timur, mengaku takjub.
Karena berdasarkan pengalamannya selama memotret burung di alam liar, rata-rata anggota kelompok hewan bertulang belakang yang mempunyai bulu dan sayap itu bersarangnya di atas pohon atau bangunan-bangunan.
baca juga : Mengenal 10 Burung Terbesar, Tertinggi, dan Sayap Terlebar di Dunia

Menariknya lagi, kata Ian Chris, sapaan akrabnya, burung ini ketika siang hari tidak bisa terbang jauh dari tempat singgahnya. Untuk itu, bagi dia burung cabak merupakan salah satu burung yang mudah difoto.
“Awalnya saya berniat memotret ular, tapi nggak taunya ada burung yang tiba-tiba terbang dari tanah. Ndak berselang lama dia turun lagi dengan jarak yang tidak terlalu jauh,” kenang Ian saat mendapati momen burung cabak terbang di area pertambakan di Sidorajo.
Karena ketika itu baru pertama kali memotret satwa liar, sehingga dia merasa sangat kagum dan juga beruntung. Kekagumannya itu sama halnya ketika pertama kali melihat burung elang jawa (Nisaetus bartelsi).
Agar keberadaan burung cabak ini bisa terus berkembangbiak Ian berharap kepada para fotografer satwa liar agar lebih hati-hati saat memotret di kawasan pertambakan, karena jika tidak hati-hati yang menjadi kekhawatirannya adalah telur burung tersebut bisa keinjak.
“Salam lestari untuk para fotografer satwa liar, mari kita sama-sama menjaga keanekaragaman hayati yang ada di negara kita,” seru pria yang juga hobi membuat tanaman bonsai ini.
baca juga : Wallacea, Surganya Burung Unik dan Endemik

Menghindari Predator
Burung cabak kota memiliki persebaran yang cukup luas, seperti Benua India, Tiongkok Selatan, hingga Filipina. Sedangkan di Indonesia tersebar di Sunda Besar, Nusa Tenggara, Sulawesi, Jawa, Kalimantan. Umumnya bisa dijumpai di dataran rendah pada tempat kering dan terbuka, di dekat pantai.
Termasuk juga ada di perkotaan besar seperti Surabaya dan Jakarta. Di kawasan Wallacea, cabak kota tercatat sebagai burung penetap umum. Di Sulawesi burung cabak mampu hidup pada ketinggian hingga 1.100 mdpl, sedangkan di Flores di ketinggian 1.500 mdpl.
Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Officer Burung Indonesia menjelaskan, di Indonesia jumlah spesies burung cabak kurang lebih ada 13 spesies yang sudah teridentifikasi. Secara umum, status konservasi burung cabak berdasarkan Uni Konservasi Alam Internasional (IUCN) masuk kategori beresiko rendah.
Meski begitu, kata Ridha, panggilan akrabnya, ada dua jenis burung cabak di Indonesia yang berstatus terancam punah, diantaranya yaitu Bonaparter’s nightjar dan Diabolical nightjar. Sedangkan jumlah spesies burung cabak di dunia kurang lebihnya ada 97.
baca juga : Burung Laut Ternyata Punya Jalur Migrasi

“Secara biologis burung cabak rata-rata aktifnya pada malam hari, atau berkarakter nocturnal. Sehingga saat siang hari mereka cenderung berdiam diri di atas tanah terbuka,” terang pria berkacamata itu, Sabtu (29/04/2022).
Hal itu juga, lanjut Ridha, merupakan cara burung cabak kota berkamuflase untuk menghindari predator alaminya seperti ular (Serpentes) dan burung elang di siang hari. Semakin dia tenang dan tidak banyak bergerak maka semakin sulit dideteksi oleh mangsanya.
Burung cabak kota merupakan jenis burung yang adaptif sehingga faktor keterancamannya tidak terlalu masif. Selain itu, populasinya juga masih melimpah.