- Bali jadi tuan rumah The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 selama satu pekan sejak 23 Mei.
- Peserta konferensi untuk mewujudkan platform global pengurangan risiko bencana dari berbagai negara ini menghelat beragam diskusi. Pemerintah menyampaikan Deklarasi Bali untuk penguatan mitigasi.
- Pengurangan risiko bencana dinilai perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan
- Ada juga Rumah Resiliensi Indonesia yang memamerkan paket informasi, produk penyintas bencana, dan teknologi membantu penanganan pasca bencana.
Sejumlah produk makanan dari penyintas bencana dipamerkan dan dijual di arena Rumah Resiliensi Indonesia. Di antaranya kacang mete dari kelompok Bunga Mekar, Desa Sambik Elen, Lombok Utara yang terdampak gempa bumi magnitude 6.9 pada 5 Agustus 2019. Kelompok ini disebut terdiri dari 15 warga perempuan.
Ada juga Kelompok Simpan Pinjam Sangurara, penyintas bencana gempa, likuifaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 2018. Mereka membuat bawang goreng sebagai sumber penghasilan pasca bencana. Kedua kelompok penyintas itu didukung sejumlah lembaga untuk mengembangkan dan memasarkan produknya.
Rumah Resiliensi ini bagian dari perhelatan The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) selama satu pekan sejak 23 Mei 2022. Dalam ruang pameran ini ada sejumlah stan lain termasuk perusahaan yang mengembangkan dan menjual perlengkapan darurat seperti tenda, drone, dan material hunian sementara tahan gempa.
Ada juga kelompok filantropis seperti Badan Amil Zakat Nasional. Pada Sabtu (27/05/2022) mereka mempresentasikan board game Siaga yang dibuat 2019 pasca bencana Lombok dan Sulteng. Organisasi yang memiliki perhatian pada kondisi anak-anak dalam situasi bencana juga menunjukkan paket informasi dan programnya. Misalnya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Save The Children. Selain itu ada sejumlah aplikasi dan inisiatif untuk mitigasi. Di antaranya penghitung curah hujan dan Consortium Integrated Mangrove Sowing System untuk memantau situasi mangrove.
baca : BNPB: Puncak Bencana Alam pada Maret, Perbaiki Daerah Resapan Air
Di luar ruang pameran, di arena terbuka, ada juga diskusi-diskusi dan pameran yang dihelat sejumlah lembaga. Misalnya ada diskusi Yayasan IDEP Selaras Alam tentang peliputan ramah anak saat bencana. Kementerian Perindustrian memperlihatkan mobil dengan alat penjernih air yang mampu mengolah air baku menjadi layak minum sekitar 600 ml/jam.
Ada juga hotel yang menunjukkan pengalamannya mengolah dan memanfaatkan air hujan dan lembaga sosial yang membantu penyediaan alat bantu seperti kaki palsu untuk penyandang disabilitas.
Presiden Joko Widodo meninjau Rumah Resiliensi Indonesia di Pameran Solusi Kebencanaan Adexco 2022 ini pada Rabu, 25 Mei 2022. Sebelumnya, Rumah Resiliensi Indonesia diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada Selasa (24/5). Menurutnya, Rumah Resiliensi Indonesia dapat dijadikan tempat untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman baik dalam penanganan risiko bencana.
baca juga : Kala Presiden Ingatkan Pembangunan Jangan Picu Bencana
Presiden Jokowi telah membuka secara resmi GPDRR ke-7 di Bali Nusa Dua Convention Centre, pada Rabu (25/5). Tema besar Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 adalah From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a COVID-19 Transformed World. Dalam konteks Indonesia, tema yang diusung yaitu “Memperkuat Kemitraan Menuju Ketangguhan Berkelanjutan.”
Dalam siaran pers BNPB disebutkan, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, Indonesia yakin resiliensi atau ketangguhan hanya dapat diwujudkan apabila upaya tersebut melibatkan seluruh pemangku kepentingan kebencanaan secara berkelanjutan dan inklusif.
“Mewujudkan resiliensi berkelanjutan ini, Indonesia telah memiliki Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2044 sebagai komitmen jangka panjang Indonesia dalam menerapkan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030. “Harapannya, Indonesia dapat menjadi bangsa yang tangguh di 2045,” ujar Muhadjir.
baca juga : Cuaca Ekstrem Kembali Datangkan Bencana, Dampak Perubahan Iklim?
Indonesia menyampaikan tujuh rekomendasi Agenda Bali untuk Resiliensi Berkelanjutan pada penutupan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7. Rekomendasi tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto di Bali Nusa Dua Convention Centre pada Jumat (27/05/2022).
Pertama, pengurangan risiko bencana perlu diintegrasikan pada kebijakan-kebijakan utama pembangunan dan pembiayaan, legislasi, dan rencana pencapaian Agenda 2030. Suharyanto mengatakan, Platform Global menyerukan transformasi mekanisme tata kelola risiko untuk memastikan pengelolaan risiko merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor, sistem, skala, dan batas.
Kedua, hanya dengan perubahan sistemik masyarakat dunia dapat memperhitungkan kerugian yang sesungguhnya dari bencana dan kerugian dari ketiadaan aksi, serta membandingkannya dengan investasi dalam pengurangan risiko bencana. Ia mencontohkan mekanisme pelacakan untuk pengurangan risiko bencana. Strategi pembiayaan pengurangan risiko bencana dapat mengarahkan dan memprioritaskan investasi dan harus dimasukkan dalam kerangka pembiayaan nasional yang terintegrasi.
Ketiga, Platform Global diselenggarakan di antara COP 26 dan COP 27 mencermati tingkat emisi saat ini jauh melebihi upaya mitigasinya. Mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian bencana, dan mengancam pencapaian Agenda 2030.
Keempat, bencana memberikan dampak berbeda kepada setiap orang. Ini menyerukan pendekatan partisipatif dan berbasis HAM untuk memasukkan semua sesuai prinsip “Tidak ada apa-apa tentang kita tanpa kita” dalam perencanaan pengurangan risiko bencana dan implementasinya pada masyarakat yang berisiko. Investasi pada generasi muda dan profesional muda harus ditingkatkan untuk merangsang inovasi dan solusi kreatif.
baca juga : Kala Indonesia ‘Banjir’ Bencana Dampak Iklim
Kelima, Platform Global memberikan rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan seruan Sekretaris Jenderal PBB untuk memastikan setiap orang di muka bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
Ketersediaan dan kualitas data yang lebih baik, sumber daya keuangan, tata kelola yang efektif dan mekanisme koordinasi yang lebih baik antara para pemangku kepentingan diyakini akan memperkuat sistem peringatan dini multi bahaya, khususnya di negara-negara tertinggal (LDC), negara berkembang pulau kecil (SIDS) dan Afrika.
Keenam yaitu potensi pembelajaran transformatif dari pandemi Covid-19 harus diterapkan sebelum jendela peluang tersebut tertutup. Terakhir, pelaporan yang komprehensif dan sistematis, termasuk tinjauan kemajuan yang mendalam terhadap semua target Kerangka Sendai.
Indonesia disebut mengalami bencana alam 13.172 peristiwa bencana alam sejak 1815-2014 dengan ratusan ribu fatalitas. Paling terdampak adalah gempa dan tsunami Aceh pada 2004.