- Pada Mei, tepatnya tanggal 18, 20 dan 21, dua warga mengaku bertemu dengan satwa liar yang diklaim sebagai harimau
- Penampakan satwa liar tersebut berada di areal perkebunan milik warga dan pematang sawah
- Tim BKSDA Jawa Tengah turun ke lapangan untuk mencari fakta, di antaranya dengan wawancara saksi dan observasi lapangan
- Berdasarkan bukti jejak kaki di lapangan, dipastikan satwa liar yang dilihat warga bukanlah harimau atau macan
Selama dua hari, 18 Mei dan 20 Mei 2022 lalu, Ruswanto (65) warga Desa Sawangan, Kecamatan Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah melihat sesuatu yang berbeda dari waktu-waktu sebelumnya. Ruswanto mengaku telah melihat harimau. Bahkan, tidak hanya seekor, melainkan empat ekor. Warga setempat menyebutnya sebagai Harimau ngiring atau kemunculan kawanan harimau.
Ruswanto mengaku melihat dua kali, yang pertama 18 Mei 2022 sekira jam 12.30 WIB, kemudian berikutnya pada 20 Mei 2022 sekitar jam 16.00 WIB. Dia melihat pada saat mencari rumput untuk pakan ternak kambing.
Ruswanto bahkan secara rinci menyampaikan ada satu ekor dewasa atau indukan dan tiga ekor anakan. Empat ekor penampakan satwa yang menyerupai harimau itu dilihat di lahan perkebunan masyarakat. Warga menyebutnya sebagai hutan Pangawaren.
Ternyata tidak hanya Ruswanto, namun juga Khanan. Warga tersebut mengaku kepada Kepala Desa (Kades) Sawangan, April, kalau dirinya melihat satwa yang diduga harimau.
Dengan adanya dua orang yang melihat harimau tersebut, maka salah satu kerabat yakni anak Ruswanto, Asep Suwito, warga Desa Kecepit, Kecamatan Punggelan, berinisiatif untuk melaporkan warga yang melihat penampakan satwa seperti harimau.
baca : Viral Penampakan Harimau Jawa di Media Sosial, Mengapa Masih Percaya Ada Meski Dinyatakan Punah?
Setelah ada laporan, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jateng mulai bergerak. Pada awalnya, kami bertemu dengan perangkat Desa Sawangan dan mencari dua warga yang mengaku melihat empat ekor harimau, satu indukan dan tiga anakan. Namun, kami bersama perangkat tidak bertemu dengan mereka. Sehingga, kami memutuskan untuk berangkat ke lokasi di mana kedua warga mengaku melihat satwa liar itu,” jelas Pelaksana tugas (Plt) Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Pemalang BKSDA Jateng Heru Sunarko.
Menurut Heru, pada Selasa (24/5) lalu, Tim BKSDA Jateng bersama dengan perangkat Desa Sawangan, Desa Tribuana, Desa Kecepit serta Polsek dan Koramil Punggelan, melakukan verifikasi di lapangan dan menemui orang yang mengaku melihat harimau tersebut.
Dari hasil klarifikasi, Ruswanto mengaku berjumpa dengan satwa sebanyak dua kali. Yakni pada Rabu (18/5) dan Jumat (20/5). Dia mengaku melihatnya ketika tengan mencari rumput. Dia bilang kalau ada empat ekor, rinciannya satu indukan dan tiga ekor anakan. Pada saat ketemu, keempat satwa berada di tegakan rumpun bambu dan areal persawahan.”
Kemudian, lanjut Heru, berdasarkan pengakuan dari saksi kedua yakni Khanan, dia mengaku bertemu satwa yang disebut sebagai harimau pada Sabtu (21/5). “Saudara Khanan menyampaikan bahwa melihat satwa seperti harimau. Dia melihat satwa tersebut berada di pinggir jalan. Ia mengaku bertemu pada waktu mau pulang saat naik sepeda motor,” katanya.
baca juga : Kisah Pawang yang Tewas Diterkam Harimau, Mengapa Bisa Terjadi?
Heru mengatakan pihaknya juga membawa foto-foto harimau yang ada di Indonesia. Koleksi foto yang dibawa di antaranya adalah harimau loreng atau harimau Sumatera, macan tutul, macan kumbang dan kucing hutan.
“Saudara Ruswanto menunjuk kalau satwa yang dilihatnya identik dengan macan tutul. Sedangkan saudara Khanan menyampaikan kalau yang dilihatnya identik dengan foto satwa jenis harimau loreng,” katanya.
Setelah mendapatkan informasi dari dua saksi tersebut, Tim BKSDA melakukan pemeriksaan di lokasi tempat berjumpanya para saksi dengan satwa yang disebutnya sebagai harimau.
“Tidak jauh dari lokasi kejadian di mana saksi melihat di pematang sawah, Tim BKSDA menemukan jejak kaki. Jejak tersebut identik dengan satwa jenis karnivora. Dari jejak tersebut, ukurannya 5-7 cm dan 3 cm. Kemudian, Tim menggunakan gypsum untuk identifikasi lebih lanjut. Namun demikian, tim tidak menemukan jejak lainnya seperti feses, bekas cakaran dan bulu,” katanya.
Selain itu, lokasi lainnya secara umum berupa lahan perkebunan masyarakat. Kondisi tutupan lahan sedikit rapat dengan berbagai jenis tanaman seperti pisang, kelapa, bambu, kapulaga, jabon, albasia, kopi, duku, nangka serta lahan garapan masyarakat.
“Kawasan hutan terdekat berupa hutan produksi terbatas yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Banyumas Timur, BKPH Karangkobar. Kawasan yang biasa disebut sebagai hutan Sikunang itu jaraknya 10 km dari lokasi tempat penampakan satwa yang disebut harimau tersebut,” kata dia.
baca juga : Jual Kulit Harimau, Mantan Bupati Bener Meriah Hanya Dikenai Wajib Lapor
“Dengan melihat bukti-bukti di lapangan, Tim BKSDA Jawa Tengah melakukan pendalaman untuk mengetahui jenis satwa yang disebut oleh masyarakat sebagai harimau. “Tim BKSDA juga diskusi dengan Direktur Peduli Karnivor Jawa (PKJ) Didik Raharyono dengan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan. Ternyata jenis tapak kaki yang diperoleh di lapangan tidak sama dengan tapak kaki keluarga harimau maupun macan tutul,” ujarnya.
Salah satu yang spesifik adalah, untuk jenis harimau, macan dan hewan kucing, jejak tapak kaki yang ditinggalkan tidak akan memunculkan bentuk kuku. Sebab, kalau berjalan kuku tersimpan dalam kantong kuku. Dan satwa yang memiliki kantong kuku adalah kaki harimau, macan dan kucing.
“Jika satwa karnivora lainnya seperti anjing hutan, ajag dan keluarga anjing lainnya, kuku tidak tersimpan ke dalam kantong kuku. Sehingga dipastikan ada jejak kuku. Itu juga terlihat dari cetakan jejak tapak kaki menggunakan gypsum. Jelas ada rekam jejak kuku,” kata dia.
“Meski demikian, BKSDA Jawa Tengah akan memasang kamera trap sebagai bagian dari monitoring satwa.