- Duo Musisi Grey Filastine dan Nova Ruth berlayar keliling dunia dengan kapal Arka Kinari untuk menyampaikan pesan krisis iklim lewat musik.
- Kapal Arka Kinari menggunakan energi bersih. Sekitar 90 persen perjalanan menggunakan layar dan hanya 10 persen menggunakan mesin diesel.
- Arka Kinari mengarungi samudera sebagai “penebusan dosa” atas jejak karbon yang ditinggalkan Filastine dan Nova.
- Album Filastine berjudul loot diluncurkan 10 tahun lalu. Dalam album tersebut, keduanya membayangkan krisis iklim menyebabkan es di kutub selatan dan kutub utara mencair.
Ratusan orang berkumpul di Dermaga Dadaprejo, Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Jumat malam (10/6/2022). Bersandar kapal Arka Kinari yang tengah berlayar dari Rotterdam, Belanda sejak Agustus 2019.
Arka Kinari merupakan proyek musik yang dikerjakan pasangan suami istri Grey Filastine (Barcelona-Spanyol) dan Nova Ruth (Malang-Indonesia). Berkelana keliling dunia, menyampaikan pesan krisis iklim dan budaya maritim lewat seni. Setiap berlabuh mereka berinteraksi dengan budaya dan menggelar petunjukan.
Warga Sendangbiru turut larut dengan pertunjukan Story Telling Concert Sendang Biru. Lampu sorot menyinari layar kapal Arka Kinari, sebuah proyector memutar video. Di atas kapal, Grey Filastine memainkan musik elektronik kontemporer, disusul Nova Ruth bernyanyi menyapa dengan lagu berjudul Sibila. Lagu ini terinspirasi ramalan kuno “Sibyl” tentang kehancuran dunia akibat ulah manusia.
Penampilan Filastine dan Nova membetot perhatian penonton. Perpaduan alunan musik dengan pertunjukan multimedia di layar kapal Arka Kinari. Menampilkan 13 lagu, Nova mengajak penonton untuk merefleksikan fenomena perubahan iklim dan usaha beradaptasi.
baca : Climate Strike Seniman dan Warga di Celukan Bawang
Diakhiri dengan lagu berjudul “Tulak Balak.” Pertunjukan berkisah tentang perjalanan Arka Kinari mengarungi samudera. Bertemu badai sebuah metafora dari krisis iklim yang datang tiba-tiba. Disusul fase manusia yang terpuruk akibat perubahan iklim, kemudian bersama-sama beradaptasi.
“Ada percakapan warga, semua tahu Arka Kinari mengusung misi lingkungan. Pesannya sampai, bahkan sebelum pertunjukan,” kata Nova Ruth.
Berlabuh di Sendangbiru, Nova pulang kampung. Bertemu keluarga dan menyapa warga Malang. “Pemandangan di selatan Jawa indah pol (sekali), jangan dieksploitasi. Terlihat bukit dan hutan belantara. Mata dimanjakan, laut bertemu bukit. Jawa Selatan ini luar biasa,” ujar putri dari gitaris grup rock lawas Elpamas, Totok Tewel itu.
Sebelumnya, pertunjukan dibuka dengan seniman setempat. Diawali dengan genggongan menampilkan Junas, Ari Artwork, Art Join, dan Abdul Khafidz Fadli. Seorang pemuda berpakaian serba putih, sarung, kemeja dan ikat kepala putih, kedua tangan menggenggam dua potongan ekor tuna. Sembari merapal doa.
Tetiba seorang pemuda mengenakan jaket, bersepatu bot menenteng tas. Ia mengeluarkan botol berisi spiritus, percikan bunga api dari pemantik langsung membakar spiritus. Seluruh bagian dermaga disiram api spiritus. Tak puas, ia mengeluarkan senjata yang menyemburkan api. Lantas ia membungkus kepala dengan kain hitam berlapis isolasi. Ia melilit tubuh hingga kepala dengan kembang api. Sebuah pemantik menyulut kembang api. Dar…dar…dar….ia berputar-putar menggelilingi dermaga.
baca juga : Begini Mandiri Energi Ala Kampung Nelayan Kondangmerak
Lantas seorang pemuda lain membawa instrumen eksperimental bernama genggongan. Resonansi suara genggongan menggema di pantai Sendangbiru. “Terjadi krisis kesadaran saat menghadapi perubahan iklim. Mudah-mudahan genggongan ini terus memberikan pikiran positif,” kata Abdul Khafidz Fadli.
Disusul Bejo Sandy, memainkan rinding atau harpa mulut. Suara khas alat musik pengusir hama, bergema di antara lautan dan daratan di pesisir selatan. Bejo mengajak warga Sendangbiru menyanyikan lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut, bersama-sama. “Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudra. Menerjang ombak tiada takut….”
Sembari bermonolog. “..dermaga ini menjadi saksi antara lautan dan daratan. Banyak konflik di tanah yang kita injak, saat energi fosil sudah habis….,” ucap Bejo.
Penebusan Dosa atas Jejak Karbon
Nova Ruth menuturkan komitmen mengarungi samudera dengan energi bersih dimulai 2016, sebagai “penebusan dosa.” Setelah menyadari jejak karbon yang ditinggalkan selama ini. “Dosa iklim semakin menumpuk. Meninggalkan karma buruk. Perubahan iklim berat, manusia tidak siap,” katanya.
Ia mengenang album berjudul loot yang diluncurkan 10 tahun lalu. Dalam album tersebut, keduanya membayangkan krisis iklim menyebabkan es di kutub selatan dan kutub utara mencair. Sehingga daratan berubah. Lantas Filastine dan Nova berimajinasi membuat peta bumi yang berubah akibat mencairnya es di kedua kutub.
“Kalau daratan tertutup air laut, manusia hidup di mana? Hidup di kapal. Digambar kapal seperti apartemen bertingkat. Kapal menggunakan layar karena kehabisan bensin. Ini bayangan kita. Fiksi,” katanya.
baca juga : Lawan Krisis Iklim dari Kehidupan Sehari-Hari, Caranya?
Ternyata, perubahan bumi lebih cepat daripada cerita yang dibuatnya. Cerita dimulai saat Arka Kinari mendarat di Pulau Sandblast, Panama. Permukaan laut naik, pulau tertutup air laut. “Tiba-tiba ada kapal kecil datang. Membawa jeriken, meminta air. Karena mereka tak ada air bersih. Habis hati saya. Ini nyata,” katanya.
Saat masuki perairan Papua, Arka Kinari disambut pulau plastik. Tumpukan sampah plastik mengambang menjadi satu, menjadi “pulau”. Mengawali ekspedisi Jalur Rempah bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai dari Sorong-Banda Naira-Selayar-Makassar-Benoa dan Surabaya.
Nova mengaku tak bisa melupakan perayaan dan pertemuan antar budaya di setiap persinggahan. Di Banda Neira, ia disambut dengan kapal kora-kora. Di Makassar, kapal diberkati oleh bissu, tokoh spiritual masyarakat Bugis. Ritual seserahan kepada laut, dan tarian.
“Tak kuasa menahan tangis. Kenangan yang membekas. Wajah bissu mirip mendiang nenek yang berdarah bugis,” ujarnya.
Tak hanya hubungan manusia dan alam yang jauh, kata Nova, tapi budaya maritim juga semakin menjauh. Nenek moyangku seorang pelaut hanya menjadi cerita belaka. Generasi sekarang, ujarnya, memunggungi laut. “Ingin mendekatkan lagi dengan budaya maritim. Aku orang gunung nyatanya bisa,” katanya.
Batal Menggunakan Kapal Pinisi
Duo Filastine & Nova awalnya merencanakan berlayar dengan kapal pinisi, kapal tradisional Bugis sejak abad ke-14. Namun batal, lantaran perajin pinisi enggan menyebutkan asal-usul kayu. Selain itu, sulit menemukan kayu untuk tiang layar. Alasan ekologis, menjadi pertimbangan utama tidak menggunakan kapal pinisi. Selain itu, biaya kapal pinisi terlalu mahal, antara Rp4 – 6 miliar.
Sehingga Nova memutuskan berburu kapal dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Pilihan dijatuhkan pada kapal Neptune I yang diluncurkan 1947. Diberi nama Arka Kinari. Arka dari bahasa latin yang artinya menahan atau memertahankan, dan Kinari bahasa Sansekerta artinya musisi penjaga kehidupan.
“Tabungan sepanjang berkolaborasi sejak 2012, habis. Lebih murah dibandingkan membeli pinisi,” katanya.
menarik dibaca : Ada Kapal Energi Surya untuk Susur Sungai Kahayan
Lantas kapal dimodifikasi dengan tambahan panel surya yang menghasilkan listrik sebesar 1.500 watt. Untuk menyalakan lampu, navigasi, studio musik, dan pertunjukan. Selain itu, kapal didesain nyaman untuk tinggal, studio rekaman dan menjadi panggung pertunjukan. Arka Kinari menggunakan energi bersih. Selama perjalanan, Arka Kinari menggunakan 90 persen layar dan 10 persen dengan mesin diesel.
Arka Kinari kembali berlayar Juli 2022 mendatang ke Jakarta dalam program Panggilan Melaut. Bersama 11 perempuan pekerja seni. Mulai seni tari, sineas, musik, dan underwater photography. Secara bergiliran mereka akan tampil di lima titik. Merasakan budaya maritim dan mengeskpresikannya melalui kesenian masing-masing.
Sedangkan 2024, Arka Kinari diundang tampil di Spanyol. Dilanjutkan pameran di museum maritim Barcelona. Arka Kinari, targetnya berlayar antara tujuh sampai 10 tahun mendatang.
Aksinya juga telah memicu pedagang es kelapa di Denpasar mengganti sedotan plastik dengan sedotan berbahan logam. “Tak muluk-muluk meninggikan kesadaran warga atas lingkungan,” ujarnya.
Malam semakin larut, pertunjukan Story Telling Concert Sendang Biru berakhir. Namun, aktivitas nelayan dimulai. Suara deru mesin diesel kapal meraung-raung di laut lepas. Para nelayan mengarahkan kapal ke tengah samudera. Berburu ikan tuna, dan cakalang.