- Pohon beringin sangat dikenal di Indonesia. Selain sebagai pohon peneduh, beringin juga memiliki nilai budaya di masyarakat kita.
- Pohon beringin sangat disukai satwa endemik Sulawesi, seperti kangkareng sulawesi, julang sulawesi, dan juga macaca atau monyet s
- Pohon beringin kaya manfaat, daunnya dapat dijadikan sebagai bahan kuliner.
- Selain itu, daun beringin dapat dijadikan sebagai bahan obat tradisional dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Pohon beringin sangat populer di Indonesia. Bagi masyarakat kita, selain sebagai pohon peneduh, pohon beringin biasanya dikenal memiliki fungsi budaya hingga nilai sakral.
Di Pulau Sulawesi, pohon beringin merupakan kesukaan satwa endemik seperti julang sulawesi [Rhyticeros cassidix] dan kangkareng sulawesi [Penelopides exarhatus]. Ketika musim berbuah, burung-burung ini akan berkumpul pada kanopi pohon dan memakan buahnya. Selain burung, jenis macaca atau monyet sulawesi juga sangat menyukai daun dan buah beringin.
Pohon beringin [Ficus spp] sebenarnya memiliki banyak jenis. Dalam Jurnal Biologi Universitas Andalas, disebutkan bahwa Ficus terdiri dari hampir 800 jenis yang tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak didapatkan pada daerah tropis dan sebagian besar di Indo-Malesia. Selain itu, pohon ficus juga dapat ditemukan di hutan dataran rendah hingga dataran tinggi ataupun daerah terbuka.
Baca: Julang Sulawesi, Jenis Burung yang Selalu Setia pada Pasangannya
Selain menjadi kesukaan satwa-satwa endemik dan memiliki nilai budaya, pohon beringin juga kaya dengan manfaat. Di beberapa tempat di Indonesia ada yang memanfaatkan pohon beringin sebagai kuliner, seperti yang ditemukan di Sulawesi Selatan.
Secara turun temurun, warga Desa Samaenre, Kecamatan Mallawa, daerah penyangga Taman Nasional Bantimurung, memanfaatkan pucuk beringin atau dalam bahasa setempat disebut pucuk daun uruceng sebagai sayur.
“Rasanya gurih, seperti daun melinjo, hanya lebih lembut,” kata Amir, Polisi Kehutanan Resort Mallawa, seperti dikutip dari laman Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK.
Baca: Kenapa Harus Kenal Rangkong Sulawesi?
Menurut Hari Suroto, Peneliti Pusat Arkeologi Lingkungan BRIN, bagi masyarakat di Minahasa, Sulawesi Utara, pohon beringin pada masa lalu kulitnya dijadikan bahan membuat pakaian dan juga tali. Ini dikarenakan seratnya yang lembut dan halus namun ulet dan kuat.
Bagi masyarakat setempat, pohon beringin disebut languasei, mahangkusei, tambing-tambing, werenkusei, atau tulupow.
Baca: Kangkareng Sulawesi, Jenis Istimewa yang Hanya Ada di Indonesia
“Oleh kolonial Belanda, pohon beringin Minahasa dibawa ke Bogor dan menjadi salah satu koleksi Kebun Raya Bogor. Pada 1867, oleh ahli botani Belanda, Johannes Elias Teijsman, diberi nama latin Ficus minahassae Miq,” ungkap Hari kepada Mongabay, Sabtu [23/07/2022].
Dijelaskan dia lagi, persebaran beringin minahasa selain di Minahasa, dapat ditemui juga di Kepulauan Sangihe, Talaud, serta Filipina selatan. Oleh Suku Higaonon Rogongon, di Mindanau, akar beringin tersebut dimanfaatkan dengan cara direbus. Air rebusan diminum tiga kali sehari untuk meningkatkan produksi air susu ibu [ASI] juga untuk menghilangkan nyeri otot.
“Caranya, daun beringin minahasa dipanaskan di atas bara, kemudian ditumbuk dicampur minyak kelapa, dioleskan langsung untuk menyembuhkan bisul dan memar,” ujar Hari.
Baca juga: Inilah Primata Endemik Sulawesi dengan Jambul di Kepala
Berkhasiat sebagai obat
Salah satu khasiat yang paling terkenal dari daun beringin adalah mengobati serangan kejang pada anak- anak yang disebabkan panas, juga bermanfaat mengobati bronchitis, disentri atau infeksi pada usus.
Untuk mengobati bronchitis, dapat dilakukan dengan cara merebus 75 gram daun beringin yang masih segar dengan 3 gelas air yang dicampur dengan 18 gram kulit jeruk mandarin, hingga rebusannya hanya 1 gelas.
Kemudian, saringlah setelah air rebusan tersebut cukup dingin. Lalu minum tiap pagi dan sore masing-masing setengah gelas, dan lakukan kebiasaan ini hingga bronchitis benar-benar sembuh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suaibatul Aslamiah dan Haryadi dengan judul, “Identifikasi Kandungan Kimia Daun Pohon Beringin (ficus benyamina l.) Sebagai Obat Tradisional”, dijelaskan bahwa daun beringin mengandung golongan senyawa yang berguna bagi tubuh yaitu tanin, saponin dan alkaloid.
Tanin dapat memberikan perlindungan terhadap serangan mikroba, dan memiliki kegunaan untuk pengobatan diare, gusi berdarah, dan kulit yang luka. Saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan, salah satunya dapat meningkatkan aktivitas epitel yang bersilia, yaitu suatu peristiwa yang merangsang timbulnya batuk untuk mengeluarkan dahak.
Alkaloid banyak digunakan secara luas dalam bidang pengobatan, dikarenakan memiliki kegiatan fisiologi yang menonjol.
“Adanya kandungan senyawa alam seperti alkaloid, saponin, dan tanin membuat daun beringin dapat digunakan sebagai obat tradisional,” ungkap peneliti.