- Sekitar 80 organisasi dan komunitas yang tersebar di 279 titik di Indonesia, menggelar gerakan serentak dengan nama Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI), Sabtu (29/10/2022). Di Tangerang Mangrove Center, contohnya, sekitar 303 peserta melakukan penanaman 2.000 bibit mangrove.
- AMJI merupakan gerakan kolaborasi yang telah masuk tahun kedua. Pada 2021, kegiatan ini berlangsung di 142 lokasi di Indonesia, dengan mengusung semangat kemerdekaan.
- Aksi ini diharapkan dapat menjadi gerakan kolaborasi yang berkelanjutan untuk penyelamatan bumi, serta menularkan gaya hidup ramah lingkungan kepada pemuda-pemudi di Indonesia.
- Komunitas Penjaga Laut menginisiasi gerakan ini karena kekhawatiran akan dampak krisis iklim di masa depan.
Kolaborasi pemuda dalam gerakan menjaga iklim makin meluas. Sekitar 80 organisasi dan komunitas yang tersebar di 279 titik di Indonesia, menggelar gerakan serentak dengan nama Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI), Sabtu (29/10/2022).
Pada tahun ini, AMJI memang diselenggarakan bersamaan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Tujuannya, mengajak pemuda-pemudi Indonesia memaknai peringatan tersebut dalam aksi nyata untuk perbaikan lingkungan hidup. Sebab, dampak krisis iklim disebut semakin terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Di berbagai lokasi, banyak pemuda dilibatkan dalam sejumlah kegiatan, misalnya penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, cabut paku, pentas seni, eco-fashion dan lain sebagainya. Di Tangerang Mangrove Center, contohnya, sekitar 303 peserta melakukan penanaman 2000 bibit mangrove.
Bustar Maitar, CEO Yayasan EcoNusa mengatakan, aksi bersama ini dilakukan selain untuk memberikan kesadaran terhadap dampak krisis iklim juga membantu pemerintah dalam merehabilitasi wilayah mangrove. “Orang muda harus berkolaborasi bersama semua pihak, salah satunya pemerintah, untuk mengurangi dampak krisis iklim” ujarnya, Sabtu (29/10/2022).
Pina Ekalipta, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum Ciliwung mengapresiasi semangat kolaborasi pemuda-pemudi tersebut. Menurutnya, gerakan menanam sudah selayaknya disemarakkan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Dia berharap, AMJI 2022 dapat menindaklanjuti kegiatan tanam mangrove dengan aksi-aksi perlindungan ekosistem ini.
“Saya tidak ingin hanya seremoni. Menanam itu gampang, tapi yang susah memeliharanya. Ke depannya harus bisa mengawal apa yang sudah kita taman. Itu harapan kami,” ujar Pina, dalam Media Briefing Aksi Muda Jaga Iklim, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
baca : Sumpah Pemuda, Bersuara Perubahan Iklim
Dia turut menekankan pentingnya pelibatan masyarakat pesisir sebagai subjek terdekat dalam upaya-upaya perlindungan mangrove. Untuk itu, edukasi lingkungan hidup perlu lebih digencarkan. Salah satunya dengan membalik konsep berpikir tentang menebang untuk dapat uang.
“Dengan menanam, mereka bisa dapat kepiting atau apapun. Kemudian dengan carbon trade, kita bisa dapat duit tanpa harus menebang mangrove,” jelas Pina.
Dian Banjar Agung, Kepala Seksi II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta menambahkan, pelibatan masyarakat terutama generasi muda dapat dilakukan dengan mengajak karang taruna di tiap desa. Kemampuan berorganisasi dan ide yang mereka miliki merupakan bekal yang positif untuk gerakan perlindungan ekosistem.
“Jangan sampai mereka terlupakan. Jadikan mereka subyek, karena mereka ada di situ dan mereka yang merasakan dampak langsungnya. Harapan kami, ini jadi titik awal. Banyak yang bisa dipulihkan, dirawat. Ini sumbangsih yang bagus untuk mengurangi karbon,” jelas Dian.
Kegiatan penanaman mangrove di Tangerang Mangrove Center itu diselenggarakan oleh Penjaga Laut, dan mendapat dukungan dari BPDAS Citarum Ciliwung, BKSDA Jakarta, Pemerintah Kabupaten Tangerang, Perhutani, Pramuka dan Yayasan EcoNusa.
baca juga : Anak dan Pemuda Suarakan Dampak Krisis Iklim. Apa Alasannya?
Berakar dari Keresahan
AMJI merupakan gerakan kolaborasi yang telah masuk tahun kedua. Pada 2021, kegiatan ini berlangsung di 142 lokasi di Indonesia, dengan mengusung semangat kemerdekaan. Gerakan ini berakar dari keresahan pemuda akan krisis iklim.
Beberapa tahun belakangan, generasi muda cukup mudah memperoleh informasi soal musim dan cuaca yang kian tidak tentu, petani gagal panen dan nelayan sulit menangkap ikan. Tanpa aksi nyata, kondisi bumi dikhawatirkan akan semakin memburuk.
Perasaan cemas tentang situasi di masa depan itulah yang mendorong komunitas Penjaga Laut menyelenggarakan AMJI. Seperti dikatakan Yolanda Parede, Koordinator Nasional Penjaga Laut, kondisi bumi saat ini sedang tidak baik-baik saja dan dampaknya berpotensi dirasakan oleh seluruh umat manusia. Aksi nyata pemuda diharapkannya dapat memberi solusi bagi perbaikan di masa depan.
“Baru-baru ini saya baca, tahun 2045, kita akan masuk usia Indonesia ke-100. Disebut Indonesia emas karena populasi masyarakat dipenuhi anak-anak muda usia produktif. Tapi itu cuma narasi yang diperindah. Di tahun-tahun itu kita sudah mengalami darurat iklim,” ujar Yolanda.
“Kira-kira apa yang anak-anak muda bisa lakukan? Orang-orang muda itu agen perubahan. Harus bisa menularkan semangat dan kesadaran ke banyak orang. Karena nanti kita yang akan kena dampak krisis iklim,” lanjutnya.
AMJI diharapkan dapat menjadi gerakan kolaborasi yang berkelanjutan untuk penyelamatan bumi, serta menularkan gaya hidup ramah lingkungan kepada pemuda-pemudi di Indonesia.
Karena itu, kata Yolanda, aksi ini tidak akan berhenti pada kegiatan serentak di tanggal 29 Oktober 2022. Namun, akan terus diperluas lewat pelibatan masyarakat sehingga memberi dampak yang lebih besar di kemudian hari. Kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan juga akan terus dipantau dan dievaluasi.
“2 tahun ini kami berbangga hati bisa bikin sesuatu yang besar tapi juga dampaknya radikal. Orang harus lebih mengerti perannya menjaga iklim. Jadi, saya harus highlight kembali, aksi jaga iklim bukan hanya tanggal 29. Ini baru kick off untuk membuka aksi muda jaga iklim sepanjang tahun,” tambah Yolanda.
baca juga : Seruan Pemuda: Negara Maju Setop Danai Proyek Perusak Iklim
Nina Nur Aisyah, Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Anak Muda Yayasan EcoNusa membenarkan, gerakan memulihkan ekosistem yang dilakukan pemuda-pemudi Indonesia harus diikuti semangat menjaga keberlanjutannya.
EcoNusa sendiri, ujarnya, sepakat mendukung gerakan tersebut karena kesamaan visi. Misalnya, dalam penanaman mangrove perlu dipastikan keberlanjutan maupun pertumbuhannya. Sehingga, di kemudian hari, terdapat komitmen bersama untuk menjaga apa yang telah ditanam.
“Pertama saya tanyakan ke Yolanda, sama siapa, tanam di mana, hidup atau enggak? Yola cerita, di mangrove center, jadi itu pasti akan dirawat. Ok, kita bisa jalan bareng. Kita bosan lihat yang seremoni saja. Kalau di EcoNusa kami pastikan sustain atau enggak. Kami pastikan ke depannya ada yang merawatnya,” kata Nina.
Menurutnya, Penjaga Laut dan AMJI merupakan gerakan pemuda-pemudi yang berkomitmen menularkan semangat perbaikan iklim. Aksi-aksi yang dijalan secara serentak dianggapnya sebagai kesempatan belajar, berbuat dan mencari solusi bersama.
Selain dari peningkatan jumlah lokasi, dan varian kegiatannya, progres kegiatan yang diselenggarakan AMJI dinilai dari bertambahnya keterlibatan generasi muda dan pesan-pesan yang disebarkan. “Jadi semangat mengerjakan aksi bersama ini mulai ada. Sudah ketemu orang-orang yang satu frekuensi. Kalau kerja sendiri memang susah, sudah enggak zamannya lagi,” pungkas Nina.
