- Masyarakat Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau kembali menemukan dugong terdampar dalam keadaan mati.
- Penemuan ini sontak viral di media sosial. Tidak sampai satu hari, dugong itu dikabarkan sudah dipotong-potong dan dijual kepada pengepul ikan di kabupaten Lingga.
- Peneliti Mamalia Laut Pusat Riset Oseanografi BRIN Sekar Mira menyebutkan dugong terdampar meskipun dalam keadaan mati tidak boleh dimanfaatkan apalagi diperjual belikan.
- Dugong yang mati terdampar kemungkinan besar akibat keracunan atau terjangkit penyakit. Sehingga sangat tidak baik dikonsumsi oleh manusia.
Seekor dugong (Dugong dugon) ditemukan terdampar di pesisir laut Pantai Dungun, Desa Belungkur, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Selasa, 10 Januari 2023. Dugong ini ditemukan dalam keadaan mati, lalu dagingnya dijual oleh masyarakat setempat kepada pengepul ikan.
Awalnya dugong ditemukan Yanto, salah seorang warga Kampung Dungun saat berjalan di pesisir pantai Dungun. “Saya sempat kaget, karena tidak mengenali jenis hewan tersebut,” kata Yanto.
Yanto kemudian pergi ke perkampungan warga untuk mencari pertolongan. Setelah itu beberapa warga turun ke pantai untuk mengevakuasi hewan yang akrab disebut sebagai duyung itu. “Duyung ini terdampar karena kuatnya angin dan gelombang utara,” kata salah seorang tokoh masyarakat Desa Dungun, Hasbullah.
Desa Dungun terdapat di Pulau Daik, Kabupaten Lingga. Pesisir ini behadapan dengan laut China Selatan. Di sebelah barat berhadapan langsung dengan Pulau Kalimantan, sedangkan di sebelah utara Kepulauan Bangka Belitung.
baca : Seekor Dugong dan Seekor Paus Ditemukan Mati dalam Dua Hari di Morotai. Ada Apa?
Kejadian hewan laut terdampar bukan pertama kali di Kampung Dungun. Pada tahun 2005 lalu warga juga menemukan bangkai hewan laut di pesisir Dungun. Hewan itu hanya menyisakan kulit dan tulang yang mengapung, kala itu warga menduga hewan tersebut adalah Gajah Mina. Namun menurut peneliti hewan itu adalah Paus Balin.
Kemudian pada 2019 dua ekor ikan paus juga ditemukan dikawasan sama. Paus yang masih hidup dilepasliarkan.
Kepala Desa Belungkur Arif Rafandi mengatakan, saat kejadian dirinya tidak berada di lokasi. Ia mengetahui adanya duyung terdampar setelah tersebar di media sosial.
Setelah viral di media sosial para penampung ikan mendatangi warga yang menemukan dugong tersebut. “Informasi terakhir dugong tidak dikubur, tetapi sudah dijual dagingnya kepada penampung ikan,” katanya.
Penampung ikan berani membeli daging dugong ini karena belum dalam keadaan busuk. Menurut mereka dagingnya masih segar. “Kalau sudah busuk, pasti warga menguburnya,” ujarnya.
Arif juga menduga penyebab dugong ini terdampar karena cuaca buruk beberapa bulan belakangan di Kabupaten Lingga. Cuaca ekstrem tersebut membuat dugong dihantam ombak sampai ke darat.
baca juga : Air Mata Dugong Hanya Mitos, Hentikan Perburuan
Lokasi dugong ini tepat berada di pantai yang memang memiliki garis pantai cukup panjang. Bahkan Arif mengatakan, garis pantai ini nomor dua terpanjang setelah pantai di Bali. Pantai yang panjang ini membuat hewan laut beberapa kali terdampar di atas pasir.
Arif mengaku tidak mengetahui aturan seharusnya ketika mendapatkan kasus hewan mamalia laut terdampar. “Mungkin harganya mahal, warga butuh uang, ya dijual saja,” katanya.
Minim Sosialisasi, Dugong Diperjualbelikan
Peneliti Mamalia Laut Pusat Riset Oseanografi Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN) Sekar Mira sangat menyayangkan tindakan masyarakat di Kabupaten Lingga yang menjual daging dugong terdampar.
Hal itu jelas melanggar Undang-Undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Bahkan seluruh mamalia laut, dilindungi penuh oleh undang-undang. “Jadi pemanfaatan sebagian atau menyeluruh diperdagangkan tidak boleh,” kata Sekar saat dihubungi Mongabay Indonesia, 13 Januari 2022 lalu.
Meskipun dugong ditemukan dalam keadaan mati. Tetap saja tidak boleh diperjualbelikan hingga dikonsumsi. “Yang hidup saja tidak boleh, apalagi yang sudah mati,” ujarnya.
Sekar menjelaskan, hewan mati lebih berbahaya dimakan daripada hewan hidup. Pasalnya ada indikasi terjadi sesuatu yang tidak baik kepada hewan sehingga ia mati. Apakah mati karena keracunan, penyakit atau hal lainnya.
“Bisa saja hewan itu keracunan, ketika dikonsumsi manusia bisa menyebabkan penyakit kepada orang yang mengkonsumsi, bisa saja diare, gatal-gatal atau penyakit jangka panjang lainnya,” katanya.
Sekar mengatakan, dugong diperjualbelikan masyarakat karena minim sosialisasi. Apalagi Kabupaten Lingga yang terletak cukup jauh. “Informasi yang saya dapat, di daerah ini (Lingga) sudah umum masyarakat mengkonsumsi dugong,” ujarnya.
baca juga : Tidak Terlihat Selama 2 Dekade, Dugong Dinyatakan Punah di China
Ia melanjutkan, pemerintah harus segera mengatasi persoalan ini, terutama dengan cara sosialisasi. Apalagi sampai saat ini keberadaan dugong sudah sangat jarang ditemukan di Indonesia. “Data IUCN menunjukan dugong berstatus vunerable (rentan). Selain langka dugong adalah satu-satunya jenis ordo sirenia yang tersisa di Indonesia,” katanya.
Selain itu, penindakan hukum juga harus ditegakkan kepada orang yang melanggar undang-undang tersebut. Menurut Sekar, selama ini banyak tumpang tindih kewenangan soal perlindungan mamalia laut. Lembaga bagian pendataan tidak bisa melakukan penindakan, sedangkan bagian penindakan tidak punya data.
Tumpang tindih ini mengakibatkan tidak adanya perlindungan yang adil terhadap hewan mamalia laut, salah satunya dugong. “Kemarin sempat ada rencana perlindungan mamalia laut kewenangannya diserahkan kepada KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), kalau itu terealisasi perlindungan akan lebih gercep,” katanya
Data Dugong Terdampar di Indonesia
Sebuah penelitian berjudul ‘Kajian awal sebaran temporal dan spasial kejadian dugong terdampar di Indonesia’ oleh Widia Adnyana menemukan setidaknya hampir 31 kasus dugong terdampar di Indonesia sejak 2009 hingga awal tahun 2016. Data tersebut diperoleh first responder, relawan yang tergabung dalam jejaring mamalia laut terdampar di Indonesia, masyarakat lokal. Dan juga menggunakan metode pencarian di internet dengan kata kunci “dugong terdampar”.
Infografis dugong terdampar di Indonesia 2019-2016. Infografis Yogi Eka S
Setelah dilakukan analisis pada data tersebut diketahui dugong yang terdampar lebih banyak terjadi pada musim angin barat (Oktober-April). Dalam penelitian tersebut disebutkan kemungkinan penyebab dugong terdampar adalah cuaca ekstrem.