- Terong belanda [Solanum betaceum] berasal dari keluarga terong-terongan [Solanaceae]. Tidak seperti nama belakangnya, terong ini bukan berasal dari Belanda, tapi Amerika Selatan.
- Pemberian nama terong belanda karena pada zaman kolonial, orang dari negeri kincir angin itu membawa terong untuk dibudidayakan di Pertama kali pembudidayaan dilakukan di Bogor.
- Populasi asli terong belanda diperkirakan dari Bolivia dan Argentina dan kawasan Amerika Selatan.
- Di Indonesia, terong belanda makin populer setelah buah ini dijadikan minuman jus. Buah ini bisa dimanfaatkan dengan mengkonsumsi secara rutin. Namun, usahakan memakannya tanpa gula agar kadar gula darah tidak tiba-tiba melonjak.
Terong belanda [Solanum betaceum] berasal dari keluarga terong-terongan [Solanaceae]. Tidak seperti nama belakangnya, terong ini bukan berasal dari Belanda, tapi Amerika Selatan.
Pemberian nama terong belanda karena pada zaman kolonial, orang dari negeri kincir angin itu membawa terong untuk dibudidayakan di Indonesia. Pertama kali pembudidayaan dilakukan di Bogor.
Penelitian Fernando Ramirez dan Jose Kallarackal di Jurnal Scientia Horticulturae, 5 April 2019, berjudul “Tree tomato (Solanum betaceum Cav.) reproductive physiology: A review” menjelaskan, populasi asli [liar] terong belanda diperkirakan dari Bolivia dan Argentina.
“Namun diyakini juga berasal dari Kolombia, Peru, Chile, Ekuador, dan Brazil,” tulis peneliti.
Para peneliti memaparkan terong belanda merupakan tumbuhan dataran tinggi, pada 1.500 hingga 3.000 meter. Di Ekuador, tumbuh subur antara 1.525–3.050 meter; di Puerto Rico tumbuh dari 305 hingga 915 meter; di India pada ketinggian 305–2.288 meter.
“Kini Solanum betaceum telah diperkenalkan dan menyebar ke beberapa lokasi di seluruh dunia seperti Selandia Baru, Australia, Asia Tenggara, Eropa Selatan hingga Afrika Timur.”
Baca: Tomat, Buah yang Sering Dianggap Sayur
Terong belanda pertama kali dinamai Solanum betaceum oleh ahli botani Spanyol bernama Cavanilles. Namun, dipindahkan ke genus Cyphomandra oleh Sendtner dan diberi nama Cyphomandra betacea. Tak berselang lama, para ahli sepakat memindahkan kembali ke Solanum betaceum seperti awal mulanya.
Secara morfologi, terong belanda memiliki batang pohon setinggi 2-4 meter, tumbuh cepat dan berakar dangkal.
Daunnya besar, panjang hingga 30-40 cm dan lebar 20–35 cm, berbentuk hati dengan ujung daun runcing. Hijau sepanjang tahun.
Terong ini memiliki buah berwarna merah marun, kuning hingga jingga, yang bentuknya seperti oval telur. Daging buahnya banyak mengandung air.
Masih dari penelitian Fernando Ramirez dan Jose Kallarackal, buah ini sensitif dengan perubahan iklim. Terbukti dari pengamatan di La Mana, Cundinamarca, Kolombia, selama November 2017, ketika itu terjadi hujan deras dan es. Akibatnya, kulit atas dan daunnya rusak juga rontok.
“Perubahan iklim telah menyebabkan pohon memodifikasi aktivitas fenologi dan penyerbuknya, sebagai akibat peningkatan suhu atau curah hujan,” jelas peneliti.
Baca: Alpukat, Apakah Buah atau Sayur?
Jus buah terong
Di Indonesia, terong belanda makin populer setelah buah ini dijadikan minuman jus. Bahkan, sebagai welcome drink di Tana Toraja dan Toraja Utara. Bahkan, minuman ini banyak disenangi oleh turis mancanegara serta domestik, karena banyak mengandung vitamin.
Dari artikel Novita Joseph yang sudah ditinjau dr. Patricia Lukas Goentoro pada portal hellosehat.com, dijelaskan bahwa terong belanda memiliki sejumlah manfaat. Sebut saja, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah obesitas, mengurangi risiko sakit jantung, mencegah tekanan darah, menjaga kesehatan mata hingga menurunkan risiko kanker.
Ini dikarenakan terong belanda kaya Vitamin A, B dan C, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, serta fosfor.
“Buah ini bisa dimanfaatkan dengan mengkonsumsi secara rutin. Namun, usahakan memakannya tanpa gula agar kadar gula darah tidak tiba-tiba melonjak,” jelas tulisan tersebut.
Sejauh ini, penelitian tentang terong belanda masih minim. Lembaga Konservasi Dunia IUCN, memasukkan statusnya Data Deficient [DD atau Kurang Data].
“Jumlah dan persebaran asli pohon ini belum banyak diketahui.”