- Laba-laba terbesar di dunia adalah Theraphosa blondi, yang biasa dikenal sebagai Goliath birdeater. Laba-laba ini dapat mencapai panjang hingga 30 cm dan beratnya 100 gram.
- Goliath birdeater adalah laba-laba berbisa, tetapi tidak cukup beracun bagi manusia. Jika seseorang tergigit, gigitannya seperti sengatan tawon dan hampir tidak pernah memerlukan perawatan medis.
- Tidak seperti laba-laba lain, Goliath birdeater tidak membuat jaring. Sebaliknya, ia menghasilkan dan menggunakan sutra untuk melapisi liang yang dihuni di tanah untuk memberikan struktur lebih stabil.
- Ada lebih 43.000 spesies laba-laba berkeliaran di Bumi, dengan berbagai bervariasi ukuran dan bentuk.
Ketika memasuki masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa, kita sering takut dengan laba-laba. Atau bahkan, hingga dewasa pun, banyak orang yang begitu takut dengan laba-laba karena beberapa faktor.
Pertama, laba-laba sering dikaitkan dengan kejadian buruk dan mitos yang tidak benar, seperti semua laba-laba beracun dan berbahaya bagi manusia.
Kedua, meskipun laba-laba tidak menggigit [kecuali jika merasa terancam], penampilan fisiknya yang tidak biasa, seperti kakinya yang berjumlah delapan dan lebih panjang dari tubuhnya, juga karena gerakannya yang cepat, bisa menimbulkan kengerian tersendiri. Dalam psikologi, ada istilah arachnophobia, yaitu rasa takut berlebihan terhadap laba-laba.
Ada lebih 43.000 spesies laba-laba berkeliaran di Bumi, dengan berbagai bervariasi ukuran dan bentuk, mulai laba-laba terkecil di dunia yang berasal dari keluarga Symphytognathidae. Laba-laba dari keluarga ini bisa berukuran hanya beberapa cm saja; laba-laba Patu di gua terkecil tercatat sepanjang 0.3556 millimeter, sementara laba-laba lumut Samoa hanya berukuran sekecil 0.2794 milimeter.
Namun bagaimana dengan laba-laba terbesar?
Baca: Begini Penampakan 10 Laba-laba Terbesar di Dunia
Hingga saat ini, pemegang rekor laba-laba terbesar di dunia adalah Theraphosa blondi, yang biasa dikenal sebagai Goliath birdeater. Laba-laba ini dapat mencapai panjang hingga 30 cm dan beratnya 100 gram. Bayangkan, seekor laba-laba yang ukuran tubuhnya bisa menutupi sebuah piring makan.
Menurut National Geographic, Goliath birdeater biasanya tidak memakan burung, tetapi ukuran mereka cukup besar untuk melakukannya. Julukan “Birdeater” berasal dari sebuah ukiran dari abad ke-18 yang menunjukkan jenis laba-laba lain yang sedang memakan burung kolibri, yang membuat seluruh genus Theraphosa diberi nama birdeater.
Goliath birdeater adalah laba-laba berbisa, tetapi tidak cukup beracun bagi manusia. Jika seseorang tergigit, gigitannya seperti sengatan tawon dan hampir tidak pernah memerlukan perawatan medis. Makanan utama laba-laba ini adalah serangga, tetapi katak dan tikus juga masuk dalam daftar menu mereka.
Satwa ini berkeliaran di hutan hujan Amazon di utara Amerika Selatan. Ketika seekor Goliath birdeater menyergap seekor tikus, misalnya, maka taringnya yang sepanjang satu inchi bertindak seperti jarum suntik, memompa neurotoksin ke tubuh sang tikus.
Kemudian, ia menyeret hewan yang sekarat itu kembali ke lubangnya dan memulai proses pencernaan. Laba-laba tidak dapat mencerna material padat, jadi pertama-tama mereka mencairkan isi tubuh mangsanya, lalu mengisapnya hingga kering.
Foto: 9 Laba-laba Paling Aneh yang Harus Anda Ketahui
Tidak membuat jaring
Tidak seperti laba-laba lain, Goliath birdeater tidak membuat jaring. Sebaliknya, ia menghasilkan dan menggunakan sutra untuk melapisi liang yang dihuni di tanah untuk memberikan struktur lebih stabil.
Jika misalnya seekor mamalia, misalnya Coati [mamalia diurnal dari Amerika Selatan] coba menggali liangnya, maka sang laba-laba memiliki senjata lebih berguna dari racun: rambut urtikaria di perutnya. Istilah teknisnya adalah bulu, karena hanya mamalia yang memiliki rambut, tetapi bahkan ilmuwan menggunakan istilah yang lebih populer.
Ini berbentuk seperti tombak kecil jika dilihat di mikroskop, yang memberikan kemampuan rambut tersebut untuk menancap di kulit,” kata Gustavo Hormiga, ahli laba-laba dari George Washington University.
“Laba-laba ini dengan sangat cepat menggosokkan keempat kakinya di perut untuk melepaskan rambut-rambut tajam tersebut, yang kemudian melesat ke arah predatornya. Rambut ini sangat gatal,” jelasnya dilansir dari National Geographic.
Para peneliti dan pemilik laba-laba peliharaan perlu menangani Goliath birdeaters menggunakan sarung tangan. Bagi manusia, rambut laba-laba ini hanya menyebabkan iritasi dan gatal, tetapi dapat mematikan bagi mamalia yang lebih kecil seperti tikus.
Goliath birdeater cukup populer sebagai hewan peliharaan eksotis dan memiliki masa hidup cukup panjang. Jantan dapat hidup antara tiga hingga enam tahun dalam penangkaran, sedangkan betina dapat hidup hingga 25 tahun.
Goliath birdeater adalah hewan asli dari wilayah hutan hujan dataran tinggi di Amerika Selatan bagian utara: Suriname, Guyana, Guyana Prancis, utara Brasil, dan selatan Venezuela. Mereka sangat mudah ditemukan di hutan hujan Amazon. Laba-laba ini bersifat terestrial dan hidup di liang yang dalam, biasanya ditemukan di daerah berawa atau rawa-rawa. Goliath birdeater merupakan spesies nokturnal. [Berbagai sumber]