- Deforestasi di Kalimantan telah memperburuk risiko kepunahan tiga spesies tumbuhan endemik di hutan hujan riparian dataran rendah di pulau tersebut.
- Selama beberapa dekade terakhir, Kalimantan telah kehilangan lebih dari sepertiga hutannya akibat kebakaran, penebangan, pertambangan dan perkebunan industri, khususnya sawit.
- Spesies Vatica rynchocarpa dinyatakan terancam punah setelah dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan hingga 70 persen. Sedangkan, spesies havilandii dan V. cauliflora statusnya kritis terancam punah.
- Para peneliti meminta perlindungan yang lebih ketat terhadap fragmen hutan sebagai strategi konservasi utama untuk ketiga spesies tumbuhan. Penelitian perlu dilakukan untuk lebih memahami status populasinya.
Deforestasi akibat penebangan hutan dan perkebunan monokultur di Kalimantan telah memperburuk risiko kepunahan tiga spesies tumbuhan endemik yang ada di hutan hujan dataran rendah pulau tersebut. Demikian sebuah studi baru-baru ini menyebutkan dalam laporan yang diterbitkan di Journal for Nature Conservation.
Sekelompok peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan bahwa tiga spesies Vatica rynchocarpa, V. havilandii dan V. cauliflora, yang ditemukan di fragmen hutan dataran rendah di wilayah riparian sungai Kapuas, Kalimantan Barat.
Habitat spesies ini terancam oleh pertanian skala kecil, perkebunan, hingga penebangan hutan. Hutan riparian ini berada di area dengan status Area Penggunaan Lain (APL) yang tidak terlindungi, dan kedepannya kemungkinan besar akan mengalami deforestasi lebih lanjut.
“Belum banyak perhatian dari sektor kehutanan terhadap konservasi tumbuhan dibandingkan dengan konservasi satwa. Penelitian dan informasinya masih sangat terbatas terutama untuk tumbuhan terancam punah,” jelas Enggal Primananda, penulis utama laporan ini dalam wawancaranya kepada Mongabay.
“Saya kira ini bukan penelitian pertama spesies tumbuhan di Kalimantan, tapi penelitian ini adalah penelitian pertama tentang tiga spesies terancam punah di habitat aslinya. Salah satunya endemik.”
Enggal mengatakan kajian populasi tiga spesies Vatica dari Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mendorong timnya melakukan studi lapangan. Spesies V. rynchocarpa dinyatakan terancam punah setelah dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan hingga 70 persen. Sedangkan, spesies V. havilandii dan V. cauliflora statusnya kritis terancam punah.
Enggal menyebut V. cauliflora hanya dapat ditemukan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dua spesies lain masih dapat dijumpai di Brunei dan wilayah Malaysia Borneo.
“Kami ingin mengetahui apakah spesies tersebut masih ada di alam. Ancaman apa yang menyebabkan potensi kepunahan paling tinggi, dan bagaimana status populasi di habitatnya,” kata Enggal.
Spesies V. cauliflora biasanya tumbuh di lahan kering yang disukai masyarakat untuk diubah menjadi perkebunan, seperti karet (Hevea brasiliensis) dan tanaman obat kratom (Mitragyna speciosa).
Dari penelitian yang dilakukan pada periode 4-18 Juli 2022, para peneliti menilai struktur populasi dari masing-masing spesies. Mereka menghitung jarak setiap individu tumbuhan dari sungai untuk menilai distribusi spesies. Sebanyak 13 lokasi yang disurvei selama penelitian dengan total jarak area 26 kilometer. Di lokasi dijumpai 179 pohon V. rynchocarpa, 317 V. rynchocarpa, dan 568 V. havilandii.
Sungai Kapuas mewakili salah satu formasi gambut tropis tertua yang berhulu di Kabupaten Kapuas Hulu. Wilayah ini memiliki iklim yang sangat basah dengan distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun.
Pada tahun 1973, tiga per empat pulau Kalimantan, -pulau terbesar ketiga di dunia, masih berupa hutan dan rumah bagi banyak spesies satwa liar tropis. Namun setelah melalui empat dekade, keberadaanya pun terus menyusut hingga sepertiganya karena penebangan, pertambangan dan perkebunan (khususnya sawit), hingga kebakaran.
Studi tentang model trend deforestasi memproyeksikan 74.419 km2 hutan akan hilang antara tahun 2018 dan 2032. Perkiraan tersebut berdarkan pada kehilangan hutan seluas 59.949 km2 dalam periode 2000 dan 2017 di seluruh Kalimantan.
Para peneliti telah menyerukan perlindungan yang lebih ketat terhadap fragmen hutan sebagai strategi konservasi utama untuk ketiga spesies tanaman. Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk lebih memahami status populasi spesies sehingga dapat meningkatkan pengelolaannya.
Tulisan asli: Deforestation in Borneo threatens three endangered, endemic plant species. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.
Referensi:
Primananda, E., Sunardi, Fefirenta, A. D., Rahmawati, K., Mira, F. R., Budi, S. W., & Robiansyah, I. (2023). Survey for threatened plants in riparian fragmented forests: A case study on three Vatica (Dipterocarpaceae) species in Kapuas Hulu, West Kalimantan. Journal for Nature Conservation, 72. doi: 10.1016/j.jnc.2023.126367
Voigt, M., Kühl, H. S., Ancrenaz, M., Gaveau, D., Meijaard, E., Santika, T., … Rosa, I. M. (2022). Deforestation projections imply range-wide population decline for critically endangered Bornean orangutan. Perspectives in Ecology and Conservation. doi:10.1016/j.pecon.2022.06.001
Voigt, M., Wich, S. A., Ancrenaz, M., Meijaard, E., Abram, N., Banes, G. L., … Kühl, H. S. (2018). Global demand for natural resources eliminated more than 100,000 Bornean orangutans. Current Biology, 28(5), 761-769.e5. doi:10.1016/j.cub.2018.01.053