- Harimau sering muncul di desa-desa yang berdekatan dengan Taman Nasional Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Harimau terlihat bermain di kebun, dengan anak-anaknya, atau pun sedang mengejar mangsa. Mengapa harimau banyak keluar hutan?
- Para petugas seperti polisi, Balai Taman Nasional Batang Gadis maupun BBKSDA Sumut akan terus sosialisasi dan penyadartahuan. Begitu juga soal pemasangan jerat, balai terus operasi lapangan.
- Vivien Noviansyah, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumatera Utara mengatakan, kemunculan harimau ke kebun maupun pemukiman warga bukan karena ketidaksengajaan tetapi memang area itu wilayah jelajah mereka yang sudah berubah jadi pertanian dan pemukiman.
- Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) pasang pemberitahuan larangan masuk ke dalam kawasan hutan dan mengambil apapun di sana. Pemberitahuan dipasang di lokasi-lokasi yang gampang terbaca masyarakat. Di dalam pemberitahuan itu, juga mencantumkan hukuman bagi pelanggarnya.
Harimau sering muncul di desa-desa yang berdekatan dengan Taman Nasional Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Harimau terlihat bermain di kebun, dengan anak-anaknya, atau pun sedang mengejar mangsa. Mengapa harimau banyak keluar hutan?
Halim Rangkuti dan Darmansyah Nasution, guru mengaji dan guru sekolah dasar ini, berharap, harimau tak keluar dari hutan Batang Gadis.
Darmansyah berangkat ke desa lain untuk mengajar pagi hari sedang Rangkuti sore sekitar pukul 15.00 sampai jelang petang. Keduanya naik sepeda melintas jalan-jalan sepi sekitar hutan, perkebunan maupun perladangan.
Rangkuti mengenang, sekitar 2017-2018 ada warga kena terkam harimau, begitu juga kejadian serupa beberapa tahun sebelum itu. “Di Batang Gadis ini ada beberapa orang diterkam harimau,” katanya, seraya menduga habitat dan mangsa buruan mereka terganggu.
Dia berharap, pemerintah menangani harimau agar tak keluar dari hutan dan bikin mereka was-was.
Selain warga khawatir, harimau muncul juga bisa mengancam hidup satwa langka itu. Pada 20 Mei lalu, di Desa Pastap Julu, sekitar Batang Gadis, harimau terkena jerat dan mati.
Muhammad Raja Lubis, Plt Kepala Desa Pastap, Kecamatan Tambangan menceritakan pertemuan harimau dengan warga.
Pada 3 Juni lalu, warga melihat harimau berkeliaran di sekitar perkampungan. Pada 4 Juni pun, Bahrim melihat harimau tengah menghampiri ayam dalam kandang, berjarak hanya 50 meter dari rumah.
Melihat itu, Bahrim panik langsung menyelamatkan diri dengan memanjat pohon karet di dekat kandang ayam. Dari atas pohon dia menjerit dan mengusir harimau yang kemudian menjauh di antara semak-semak kebun.
Dia bersama warga berembuk. Sekitar 30 orang menyisir sekitar tempat harimau muncul. Sekitar satu kilometer dari kandang ayam Bahrim, harimau sedang berkeliaran.
Warga masih ketakutan ke kebun bahkan anak-anak sekolah juga diliburkan dan tak boleh aktivitas di sekitar lokasi. Warga desa berharap, kandang jebak bisa memancing harimau.
“Harimau masih berkeliaran, warga masih ketakutan pergi ke ladang dan kebun.”
Pada 4 Juni, harimau muncul itu, warga juga lapor ke petugas kepolisian dan petugas kehutanan dari Balai Taman Nasional Batang Gadis.
Kapolsek Kotanopan Iptu P. Ritonga mengatakan, begitu dapat laporan langsung turunkan personil untuk mengumpulkan keterangan. Di lokasi banyak jejak harimau.
Predator puncak ini juga masuk ke gubuk tempat peristirahatan warga kemudian mengoyak-ngoyak pakaian dan menginjak-injak ember sampai ringsek.
Bersama petugas BTNBG, mereka sosialisasi dan penyadartahuan tentang harimau Sumatera termasuk agar tak menangkap dan membunuh karena merupakan tindakan pidana.
Mereka juga mengimbau masyarakat hati-hati dan terus waspada serta tidak pergi ke ladang sendirian juga tidak di ladang sampai sore atau petang.
Personil kepolisian turut ronda di desa-desa yang berdekatan dengan kemunculan harimau. Bersama warga juga membuat dentuman-dentuman keras ketika ronda untuk mengusir harimau menjauh dari sekitar desa. Harapannya, harimau kembali ke Batang Gadis.
Masyarakat dari Desa Pastap, Pastap Julu dan Padang Sanggar sudah menyiapkan bunyi-bunyian atau dentuman guna mengusir harimau dari pemukiman warga.
Mahnafruzar, Kepala Seksi PTN II Kotanopan BTNBG menjelaskan, mereka pasang kamera pengintai untuk mendapatkan foto atau gambar harimau yang berkeliaran di sejumlah desa di Kecamatan Tambangan.
Selanjutnya, pemasangan kandang jebak untuk proses penyelamatan harimau yang berkeliaran keluar dari hutan sekaligus mencegah konflik dengan manusia.
Untuk memancing harimau masuk kandang jebak, petugas pakai kambing.
Dia mengimbau, masyarakat tak memasang jerat dan memburu mangsa harimau karena akan memancing satwa ini keluar hutan.
“Kami berharap masyarakat lebih berhati-hati. Kalau melihat harimau berkeliaran segera sampaikan kepada petugas supaya bisa tindakan,” kata Mahnafruzar.
Vivien Noviansyah, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut mengatakan, dari kasus di Desa Pastap, mereka menemukan beberapa jejak harimau namun ada juga jejak- lain seperti tapir.
Balai, katanya, akan terus sosialisasi dan penyadartahuan. Begitu juga soal pemasangan jerat, balai terus operasi lapangan. Mereka sudah menemukan lebih 10 jerat dari sling baja sampai tali nilon, dan berhasil dibongkar.
Habitat rusak?
Kemunculan harimau itu, kata Vivien, bukan karena ketidaksengajaan tetapi memang area itu wilayah jelajah mereka yang sudah berubah jadi pertanian dan pemukiman.
Karena masih wilayah jelajah, katanya, harimau akan terus datang di daerah-daerah itu. Kalau sudah begini, perjumpaan antara harimau dan manusia mungkin terjadi.
Untuk itu, BBKSDA pun berupaya menghalau harimau masuk hutan dengan suara-suara dan dentuman keras.
Masyarakat, katanya, juga harus memberikan ruang agar interaksi negatif dengan harimau tidak terjadi. Salah satunya dengan ramah terhadap satwa seperti tak melukai apalagi sampai membunuh, tetapi dengan mengusir agar masuk hutan.
Upaya konservasi satwa ini, katanya, bukan hanya tugas BBKSDA Sumut tetapi semua pihak termasuk masyarakat.
BBKSDA juga pasang pemberitahuan larangan masuk ke dalam kawasan hutan dan mengambil apapun di sana. Pemberitahuan dipasang di lokasi-lokasi yang gampang terbaca masyarakat. Di dalam pemberitahuan itu, juga mencantumkan hukuman bagi pelanggarnya.
“Jadi, sosialisasi dan penyadartahuan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan konservasi akan terus dilakukan. Harapannya semua pihak bisa menjaga harimau ini karena status sangat terancam punah. Perlu perlindungan ekstra. Itu membutuhkan bantuan masyarakat.”
Ritonga pun mengatakan, ada beberapa faktor penyebab harimau keluar dari hutan, antara lain, habitat rusak dan perburuan kancil, rusa dan babi hutan yang merupakan pakan satwa itu.
Harimau muncul di kebun atau sekitar pemukiman, katanya, karena habitat rusak. Manusia, katanya, masuk hutan dan merusak rantai makanan harimau bahkan ada yang menjeratnya.
Kalau rantai makanan harimau di hutan rusak, katanya, satwa ini akan turun ke pemukiman untuk cari makan, seperti memangsa ternak.
“Manusia tak boleh merusak rantai makanan harimau dan satwa lain. Semua harus saling berbagi.”
Dia bilang, bertemu harimau pun bukan lantas otomatis terjadi konflik. Kalau ketemu harimau, katanya, jangan lari tatap matanya mundur perlahan dia pasti akan pergi.
“Terpenting kita harus menjaga habitatnya agar mereka tidak keluar dari hutan,” katanya.
Tak jauh beda dikatakan Erwin Efendi Lubis, Ketua DPRD Mandailing Natal. Dia bilang, faktor utama harimau keluar dari hutan karena habitat hancur oleh pembalakan liar.
“Perlu ada tindakan hukum dan pengusutan kepada para pembalap liar di dalam kawasan hutan. Sampai sekarang penebangan terus terjadi.”
Masyarakat lokal di sekitar hutan, katanya, tidak akan tebang pohon kalau tidak ada back–ing dari pihak-pihak tertentu.
Cukong-cukong penampung kayu ilegal ini, katanya, tidak pernah tersentuh hukum. Mereka memberikan modal kepada warga untuk tebang hutan.
Dia meminta, petugas lebih meningkatkan operasi sapu jerat yang dipasang pemburu, meski alasan untuk mendapatkan babi hutan.
*******