- Spesies paus abu-abu yang diyakini telah punah di bagian Samudra Atlantik selama lebih dari 200 tahun, muncul kembali di perairan pantai New England, Amerika Serikat.
- Tim survei udara dari Akuarium New England di Boston mengamati paus abu-abu yang dikenal karena tubuhnya yang berwarna abu-abu belang-belang dan ukurannya bisa mencapai 15 meter dengan bobot rata-rata 41 ton.
- Para ahli belum mengetahui secara pasti mengapa paus abu-abu melakukan perjalanan sejauh itu ke utara, namun mereka menduga bahwa perubahan iklim kemungkinan besar menjadi penyebabnya.
- Para ahli percaya bahwa paus abu-abu menghilang dari lautan setidaknya pada abad ke-19. Kemudian paus abu-abu secara efektif tidak ada dalam catatan sejarah di Amerika pasca masa Perang Revolusi.
Pada peralihan musim tahun ini, para peneliti mendapat ‘kado’ istimewa dari penampakan paus langka ketika berlayar di perairan pantai New England, Amerika Serikat. Paus itu adalah paus abu-abu atau Eschrichtius robustus diyakini telah punah di bagian Samudra Atlantik
Menurut data tim survei udara dari Akuarium New England di Boston, Amerika Serikat, paus abu-abu tidak pernah terlihat lagi selama lebih 200 tahun. Mereka mengamati pergerakan paus abu-abu yang dikenal karena tubuhnya berwarna abu-abu belang-belang dan ukuran bisa 15 meter dengan bobot rata-rata 41 ton.
“Saya tidak ingin mengatakan dengan lantang karena itu tampak gila,” kata Orla O’Brien, ilmuwan peneliti di Anderson Cabot Center for Ocean Life di Akuarium New England.
O’Brien merasa kebingungan. Dia serius mengamati setiap foto yang menunjukkan penampakan paus abu-abu. Saking tidak percaya atas hasilnya, dia berikan dokumentasi itu kepada rekannya, Kate Laemmle, Teknisi Riset New England Aquarium, yang juga berada di dalam pesawat.
“Otak saya mencoba memproses apa yang saya lihat, karena hewan ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak ada di perairan ini,” kata Laemmle. “Kami tertawa karena betapa liar dan menariknya hal ini dengan melihat satwa yang telah menghilang dari Atlantik ratusan tahun yang lalu!”
Mereka mengitari area paus tersebut selama sekitar 45 menit dan sepakat mengkonfirmasi bahwa paus tersebut adalah paus abu-abu yang langka berdasarkan ketiadaan sirip di punggungnya.
Baca : Populasi Paus Abu-Abu Terus Mengalami Penurunan
Spesies ini menghilang dari Samudra Atlantik pada abad ke-18, tetapi dalam 15 tahun terakhir, ada lima pengamatan paus abu-abu di perairan Atlantik dan Mediterania, termasuk di lepas pantai Florida, Amerika Serikat pada Desember 2023. Mereka meyakini bahwa paus abu-abu di lepas pantai New England bulan ini adalah paus yang sama ketika ditemukan di Florida akhir tahun lalu.
Para ahli belum mengetahui secara pasti mengapa paus abu-abu melakukan perjalanan sejauh itu ke utara, namun mereka menduga perubahan iklim kemungkinan besar menjadi penyebabnya. Dugaan itu akibat Northwest Passage, jalur laut di Kanada yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik, mengalami perubahan suhu cenderung lebih panas sehingga mengalami fenomena ice-free yakni bebasnya es saat musim panas.
Menurut para ahli, luasnya es laut biasa membatasi jangkauan jelajah spesies paus abu-abu. Karena paus tidak dapat menembus es musim dingin yang tebal sebagai batas menghalangi Northwest Passage ini. Kini, paus abu-abu berpotensi melintasi Northwest Passage pada musim panas, sesuatu yang tidak mungkin terjadi pada abad sebelumnya.
“Penampakan ini menyoroti betapa pentingnya setiap survei. Meskipun kami berharap dapat melihat paus bungkuk, paus sikat, dan paus sirip di laut. Karena lautan adalah ekosistem yang dinamis. Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan Anda temukan,” kata O’Brien.
“Penampakan paus abu-abu di Atlantik ini menjadi pengingat betapa cepatnya spesies laut merespons perubahan iklim, jika ada kesempatan.”
Baca juga : Miris.. Gerombolan Paus Pilot Terdampar di Sabu Raijua, Malah Dikonsumsi Warga
Kepunahan Massal
Para ahli percaya bahwa paus abu-abu menghilang dari lautan setidaknya pada abad ke-19. Kemudian paus abu-abu secara efektif tidak ada dalam catatan sejarah di Amerika pasca masa Perang Revolusi.
Bagi, ahli ekologi kelautan Oregon State University, Leigh Torres, kemunculan kembali paus abu-abu menunjukan dua kemungkinan yaitu pertanda baik dan buruk. Hal baiknya, karena paus abu-abu dapat melakukan perjalanan dari Samudra Pasifik ke Atlantik dengan lebih leluasa. Jika paus abu-abu berkelana ke Samudra Atlantik untuk mencari makanan karena berkurangnya mangsa di Samudra Pasifik itu merupakan hal buruk.
“Ada bukti yang jelas bahwa mangsa paus abu-abu di Kutub Utara telah menurun secara substansial dalam dekade terakhir dan berkorelasi dengan kejadian kematian paus abu-abu yang tidak biasa di Pasifik timur,” kata Torres dikutip dari The Washington Post.
Berdasarkan hasil riset Badan Kelautan dan Atmosfir Nasional Amerika Serikat (NOAA), sejak Januari 2019, terjadi peningkatan jumlah paus abu-abu yang terdampar di pantai barat Amerika Utara. Paus-paus itu bermigrasi dari lautan Meksiko hingga Alaska.
Setidaknya tercatat, rata-rata 35 paus terdampar tiap satu tahun. Menurut NOAA, kematian paus ini terjadi setelah adanya perubahan besar pada kondisi lautan pada pertengahan tahun 1990-an, yang menunjukkan bahwa pola air yang lebih hangat mempengaruhi ketersediaan mangsa.
Diketahui, paus menghabiskan musim panas mereka untuk mencari makan di Arktik sebelum bermigrasi sejauh 10.000 mil atau setara 16.000 kilometer ke musim dingin di lepas pantai Meksiko. Meskipun mereka makan di sepanjang rute mereka, jumlah mereka biasanya menipis saat mereka kembali ke utara di sepanjang pantai barat.
NOAA mengidentifikasi temuan awal pada beberapa paus yang terdampar menunjukkan bukti kurusnya badan mereka. Meski begitu temuan tersebut perlu didukung lebih banyak penelitian.
baca juga : Lokasi Wisata Hiu Paus Ini Bertabur Sampah Plastik
Kematian paus abu-abu masih berlangsung terhitung pada pada 26 September 2023 sudah ada 688 ekor telah mati. Apa yang menyebabkan masing-masing peristiwa tersebut masih tidak jelas.
“Ini adalah perubahan populasi ekstrem yang tidak kami duga akan terjadi pada spesies besar dan berumur panjang seperti paus abu-abu,” ujar penulis utama studi ini, Joshua Stewart, asisten profesor di Institut Mamalia Laut Oregon State University, mengutip Live Science.
Akan tetapi, Torres punya pandangan lain. Dia menduga bukan hanya faktor ketersedian yang menyebabkan paus-paus itu terdampar. Katanya, bisa jadi hanya paus muda, remaja atau paus tersesat yang salah jalan sehingga berpotensi terdampar.
Namun, dia memperkirakan penampakan paus abu-abu akan meningkat di Atlantik. Itu karena berkurangnya lapisan es di Kutub Utara sehingga membuat perjalanan ke Samudra Atlantik dari Samudra Pasifik menjadi lebih mudah.
“Saya menganggap paus abu-abu sebagai ‘pengambil risiko’, yang berarti mereka muncul dan mencari makan di tempat-tempat yang sering kali tidak kita duga atau kita anggap ‘normal’,” ucap Torres.
Perilaku yang terbilang baru ini bisa jadi memberikan daya adaptasi yang baik terhadap perubahan kondisi. Semisal, menemukan habitat atau jenis makanan baru. Untuk itu, pengambilan risiko ini bisa menjadi cara yang bermanfaat bagi paus abu-abu untuk menjadi tangguh dalam menghadapi perubahan iklim. (***)