- Olympus Mons, gunung berbentuk perisai yang terletak di Mars, merupakan gunung berapi terbesar di tata surya kita.
- Sebagai bayangan, dasar area gunung Olympus Mons membentang dari ujung ke ujung sejauh 600 kilometer, yakni total kurang lebih 295 ribu km persegi.
- Jika Olympus Mons muncul di Bumi, misalnya saja di Pulau Kalimantan, konsekuensinya akan sangat dahsyat, memengaruhi lingkungan lokal, regional, dan bahkan global.
- Secara regional, kehadiran Olympus Mons juga akan mengganggu pola cuaca di Asia Tenggara. Gunung berapi raksasa ini akan mengubah sirkulasi atmosfer, menyebabkan perubahan distribusi hujan secara signifikan.
Olympus Mons, gunung berbentuk perisai yang terletak di Mars, merupakan gunung berapi terbesar di tata surya kita. Mencapai ketinggian 25 kilometer di atas dataran Mars, gunung ini jauh melebihi gunung tertinggi di Bumi, Gunung Everest, yang memiliki ketinggian 8,8 kilometer.
Sebagai bayangan, dasar area gunung Olympus Mons membentang dari ujung ke ujung sejauh 600 kilometer, yakni total kurang lebih 295 ribu km persegi. Atau, kira-kira melingkupi seluruh wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Dikutip dari Space.com, terletak di Tharsis Montes, wilayah vulkanik terbesar di Mars, Olympus Mons hanyalah satu dari dua belas gunung berapi signifikan dalam area yang membentang lebih dari 4.000 km.
Olympus Mons pertama kali diamati pada 1862 oleh Giovanni Schiaparelli, seorang astronom Italia. Ia menamai gunung itu “Nix Olympica”, yang berarti “Salju Olympus”. Namun, baru pada 1958, dengan bantuan radar, para ilmuwan di Mariner 9 mengkonfirmasi bahwa Olympus Mons adalah gunung berapi raksasa. Sejak itu, gunung tersebut telah dipelajari secara ekstensif oleh berbagai misi robotik, termasuk Viking 1 dan Mars Global Surveyor.
Kedahsyatan ukuran gunung raksasa ini dapat dikaitkan dengan kondisi unik di Planet Merah. Mars, dengan gravitasi yang lebih rendah dan tanpa lempeng tektonik, memungkinkan akumulasi lava sampai ketinggian yang luar biasa seperti sekarang ini.
Berbeda dengan Bumi, aktivitas gunung berapi terus bergerak akibat lempeng tektonik, sementara lanskap Mars tetap statis, memungkinkan Olympus Mons membangun struktur besar selama periode mengesankan dua miliar tahun. Jauh melebihi umur gunung berapi di Bumi.
Bagaimana jika Olympus Mons muncul di Bumi?
Dalam skenario hipotetis, jika Olympus Mons muncul di Bumi, misalnya saja di Pulau Kalimantan, konsekuensinya akan sangat dahsyat, memengaruhi lingkungan lokal, regional, dan bahkan global.
Secara lokal, ukuran Olympus Mons yang begitu besar akan secara dramatis mengubah lanskap Pulau Kalimantan. Dengan tinggi 25 kilometer [puncaknya menembus stratosfer] dan membentang 600 kilometer, gunung berapi ini akan mendominasi lanskap pulau tersebut.
Aliran lava dari gunung akan membanjiri dataran rendah di sekitarnya, menelan hutan hujan Kalimantan, dan menggantikan seluruh ekosistem dan potensial memicu tsunami masif jika mencapai pantai. Flora dan fauna Kalimantan juga akan musnah tersapu lava dan awan panas. Habitat orangutan, bekantan, dan spesies endemik lainnya akan hilang, memicu kepunahan massal dan krisis keanekaragaman hayati.
Secara regional, kehadiran Olympus Mons juga akan mengganggu pola cuaca di Asia Tenggara. Gunung berapi raksasa ini akan mengubah sirkulasi atmosfer, menyebabkan perubahan distribusi hujan secara signifikan.
Wilayah yang terbiasa dengan hujan deras mungkin berubah menjadi zona kering, sementara yang lain bisa menghadapi musim hujan tak berujung. Pergeseran semacam ini akan memiliki dampak serius pada pertanian dan ketahanan pangan di wilayah yang lebih luas.
Dalam skala global, dampak Olympus Mons akan terasa jauh melampaui batas lokal dan regional. Letusan gunung berapi ini berpotensi memicu musim dingin vulkanik, menyebarkan abu dan sulfur dioksida ke stratosfer, menghalangi sinar matahari, dan memicu penurunan suhu global. Efek penyejukan ini bisa menyebabkan kelangkaan pangan secara luas dan destabilisasi sosial.
Selain itu, massa besar Olympus Mons akan menciptakan tonjolan yang terasa pada kerak Bumi, yang berpotensi memengaruhi rotasi planet ini dan mengubah durasi siang dan malam. Selain itu, emisi gas rumah kaca dari gunung berapi ini akan memperparah pemanasan global, mempercepat kenaikan suhu Bumi dan membawa berbagai konsekuensi. [Berbagai sumber]