- Badai matahari merupakan fenomena yang terjadi di luar angkasa. Badai matahari yang disebut juga badai geomagnetik merupakan peristiwa ledakan di matahari yang berpusat di bintik yang muncul di piringan matahari.
- Badai matahari dapat menghasilkan energi besar berwujud jilatan api besar dan lontaran massa korona. Namun, tidak berpengaruh terhadap peningkatan suhu di Bumi. Hal ini dikarenakan sebagian besar energi tersebut dipantulkan kembali ke luar angkasa oleh medan magnet Bumi.
- Peningkatan aktivitas elektromagnetik akibat badai matahari dapat mengganggu jaringan listrik dan komunikasi radio. Penumpang jet komersial yang terbang dengan rute kutub mungkin terkena peningkatan radiasi elektromagnetik ini.
- Gangguan medan magnet akibat pengaruh badai matahari terhadap burung yang melakukan migrasi, telah dikonfirmasi melalui penelitian tahun 2023. Penelitian tersebut fokus pada burung-burung yang bergerak malam hari. Seperti burung kicau, jenis murai, dan burung gereja.
Badai matahari merupakan fenomena yang terjadi di luar angkasa. Badai matahari yang disebut juga badai geomagnetik merupakan peristiwa ledakan di matahari yang berpusat di bintik yang muncul di piringan matahari.
Dikutip dari situs NOAA [National Oceanic and Atmospheric Administration], badai matahari dapat menghasilkan energi besar berwujud jilatan api besar dan lontaran massa korona atau Coronal Mass Ejection [CME]. Namun, tidak berpengaruh terhadap peningkatan suhu di Bumi.
Hal ini dikarenakan sebagian besar energi tersebut dipantulkan kembali ke luar angkasa oleh medan magnet Bumi. Membuatnya tidak mencapai Bumi. Namun, jilatan matahari dapat memberi dampak lain. Termasuk aurora cantik, serta bahaya.
“Kondisi ini dapat menghujani radiasi ekstra pada satelit dan meningkatkan hambatan pada satelit di orbit rendah Bumi. Peningkatan aktivitas elektromagnetik akibat badai matahari juga dapat mengganggu jaringan listrik dan komunikasi radio. Penumpang jet komersial yang terbang dengan rute kutub mungkin terkena peningkatan radiasi elektromagnetik,” tulis artikel tersebut.
Jumat [10/5/2024], badai matahari dahsyat, memicu terjadinya aurora cantik yang terlihat dari Tasmania hingga Inggris. Peristiwa ini terjadi tanpa ada laporan mengenai gangguan listrik dan komunikasi. Namun, NOAA memperingatkan operator pembangkit listrik dan pesawat ruang angkasa di orbit, serta Badan Manajemen Darurat Federal, untuk mengambil tindakan pencegahan.
“Bagi kebanyakan orang di Bumi, mereka tidak perlu melakukan apa pun,” kata Rob Steenburgh, ilmuwan di Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA, dikutip dari The Associated Press.
NOAA menyebut peristiwa ini sebagai badai matahari langka, dan mencapai Bumi sekitar pukul 16:00 GMT [23:00 WIB] pada Jumat, beberapa jam lebih cepat dari yang diperkirakan.
Fluktuasi medan magnet Bumi yang dipicu badai ini menghasilkan arus panjang, seperti saluran listrik, yang berpotensi menyebabkan pemadaman listrik. Jaringan pipa yang panjang juga dapat teraliri listrik, yang menyebabkan masalah teknis.
Ini merupakan badai matahari pertama yang terjadi sejak Oktober 2003 lalu [badai matahari Halloween], yang berdampak pada pemadaman listrik di Swedia dan merusak infrastruktur listrik di Afrika Selatan.
“Bahkan merpati dan spesies lain yang memiliki kompas biologis internal dapat terpengaruh. Pemilik merpati telah mencatat berkurangnya jumlah burung yang pulang ke kandang selama badai geomagnetik,” terang Jet Propulsion Laboratory, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA [National Aeronautics and Space Administration], dikutip dari Aljazeera.com.
Burung
Gangguan medan magnet akibat pengaruh badai matahari terhadap burung yang melakukan migrasi, sebelumnya telah dikonfirmasi melalui penelitian Winger dkk. yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences USA, pada 2023 lalu.
Penelitian tersebut fokus pada burung-burung yang bergerak malam hari. Seperti burung kicau, jenis murai, dan burung gereja.
Burung yang bermigrasi malam hari cenderung tidak terbang, dan dalam beberapa kasus ikut angin yang membawa mereka, selama peristiwa cuaca luar angkasa yang mengganggu medan magnet yang mengelilingi Bumi.
Ben Winger, ahli burung di Universitas Michigan dan penulis senior penelitian tersebut mengatakan, awalnya mereka tidak terlalu yakin dengan upaya penelitian yang menghubungkan antara cuaca luar angkasa dan burung.
“Tetapi kita tahu bahwa burung menggunakan medan magnet dan medan magnet tersebut terganggu, jadi pasti ada hubungannya,” terangnya, dikutip dari scientificamerica.com.
Winger dan kolega memutuskan untuk melihat perilaku burung dalam kehidupan nyata, dengan menggunakan data dari stasiun radar yang digunakan untuk prakiraan cuaca. Metode ini memungkinkan untuk menghitung jumlah hewan yang terbang dalam skala besar.
Ketika para peneliti membandingkan data radar selama 23 tahun dari seluruh Amerika tengah dengan pengukuran medan magnet dari stasiun-stasiun tersebut, mereka menemukan penurunan nyata jumlah burung yang bermigrasi pada malam hari, dengan aktivitas geomagnetik tinggi.
“Saya tidak terkejut bahwa gangguan di lapangan mempunyai dampak,” kata Marilyn Ramenofsky, ahli endokrinologi perilaku di Universitas California, Davis, yang fokus migrasi burung dan tidak terlibat dalam penelitian baru ini, dikutip dari scientificamerica.com.
Secara keseluruhan, penelitian ini merupakan pengingat untuk melihat kapasitas sensorik manusia, ketika mencoba memahami perilaku spesies bukan manusia.
“Manusia tidak merasakan medan magnet ini, jadi kita tidak merasakan badai magnet seperti kita merasakan badai cuaca. Jadi, kita tidak tahu bahwa ada sesuatu yang menjadi masalah, padahal ternyata burung bisa merasakan, gangguan sebenarnya,” kata Winger.
“Ini menunjukkan hal-hal di luar angkasa yang tampaknya tidak relevan dengan Bumi.”
Badai matahari terbesar
Tahun 2023, sebuah tim peneliti internasional menemukan lonjakan besar kadar radiokarbon 14.300 tahun lalu, dengan menganalisis lingkaran pohon kuno yang ditemukan di Pegunungan Alpen, Prancis.
Menurut Bard dkk. [2023], hal ini disebabkan badai matahari dahsyat yang akan mengeluarkan partikel enerjik dalam jumlah besar ke atmosfer bumi.
“Radiokarbon terus-menerus diproduksi di bagian atas atmosfer melalui serangkaian reaksi yang dimulai sinar kosmik. Peristiwa matahari ekstrem termasuk jilatan api matahari dan lontaran massa korona dapat menciptakan ledakan partikel dalam jangka pendek yang bertahan sebagai lonjakan besar dalam memproduksi radiokarbon yang terjadi hanya dalam satu tahun,” kata Edouard Bard, Profesor Evolusi Iklim dan Laut di Collège de France dan CEREGE, dikutip dari ScienceDaily.
Dari sumber yang sama, sembilan badai matahari ekstrem yang dikenal sebagai Peristiwa Miyake, telah diidentifikasi terjadi selama 15.000 tahun terakhir. Peristiwa Miyake yang terkonfirmasi terjadi pada 993 M dan 774 M.
“Namun, badai berusia 14.300 tahun yang baru teridentifikasi ini adalah terbesar yang pernah ditemukan, kira-kira dua kali lebih besar dari kedua badai tersebut. Terjadinya badai matahari besar yang serupa saat ini dapat menjadi bencana besar bagi masyarakat teknologi moderen, berpotensi memusnahkan telekomunikasi, sistem satelit dan jaringan listrik.”
Tim Heaton, Profesor Statistik Terapan di Fakultas Matematika Universitas Leeds, mengatakan badai matahari yang ekstrem dapat menimbulkan dampak sangat besar di Bumi.
“Badai super seperti itu dapat merusak trafo di jaringan listrik kita secara permanen, sehingga mengakibatkan pemadaman listrik yang besar dan meluas, berbulan-bulan. Hal ini juga dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada satelit yang kita semua andalkan untuk navigasi dan telekomunikasi, sehingga tidak dapat digunakan lagi. Hal ini juga akan menimbulkan risiko radiasi yang parah bagi astronot,” kata Heaton, dikutip dari ScienceDaily.
Sumber yang sama menyatakan, badai matahari terbesar yang dapat diamati secara langsung terjadi pada 1859, yang dikenal sebagai Peristiwa Carrington. Hal ini menyebabkan gangguan besar-besaran di Bumi, menghancurkan mesin telegraf dan menciptakan aurora malam hari yang sangat terang sehingga burung-burung mulai berkicau, percaya bahwa Matahari sudah mulai terbit.
Namun, peristiwa Miyake [termasuk badai berusia 14.300 tahun yang baru ditemukan] akan memiliki skala yang jauh lebih besar.
Referensi jurnal:
Bard, E., Miramont, C., Capano, M., Guibal, F., Marschal, C., Rostek, F., Tuna, T., Fagault, Y., & Heaton, T. J. (2023). A radiocarbon spike at 14 300 cal yr BP in subfossil trees provides the impulse response function of the global carbon cycle during the Late Glacial. Philosophical Transactions of the Royal Society A, 381(2261), 20220206.
Fenomena Ledakan Permukaan Matahari dan Penyimpangan Kondisi Cuaca Bumi