- Sejumlah terumbu karang berwarna putih dipamerkan dalam gelaran Pekan Keanekaragaman Hayati di Gedung Manggala, KLHK, Jakarta.
- Terumbu karang sangat rentan terhadap perubahan baik yang terjadi secara internal maupun ekstrenal.
- Dari 7 hektare luas kawasan di sejumlah titik di Kepulauan Seribu DKI Jakarta, peneliti dari IPB mendapati terumbu karang yang mengalami pemutihan hampir 50 persen.
- Pemutihan terumbu karang akibat panas laut tersebut menambah daftar panjang kerusakan terumbu karang yang ada di perairan Kepulauan Seribu tersebut.
Berbagai bentuk terumbu karang berwarna putih dipajang dalam gelaran Pekan Keanekaragaman Hayati di Gedung Manggala, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta. Selain bentuk, ukuran inverbrata penghuni bawah laut yang dipamerkan juga beragam.
Suasana stand Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia itu makin berwarna dengan dihadirkannya poster-poster yang menggambarkan kondisi ekosistem terumbu karang yang masih hidup dihabitat alaminya.
Sementara di sudut lain, sebuah tayangan video di layar televisi memperlihatkan sejumlah penyelam dengan alat selam lengkap sedang berupaya memperbaiki ekosistem terumbu karang yang rusak.
“Kami berani memamerkan karang-karang putih ini karena kondisi dihabitat alaminya sudah mati. Kalau masih hidup mana mungkin kami berani membawanya ke darat,” ujar Yunita Multi Cahyaningrum, penjaga stand dari Yayasan Karang Lestari, sambil terkekeh, pada pertengahan Mei 2024 lalu.
Sebagai pegiat konservasi yang bergerak pada pemulihan ekosistem terumbu karang, ia mengaku dosa besar bila terumbu karang yang diambil itu dalam kondisi hidup. Lebih-lebih, jika pengambilan dilakukan di kawasan konservasi maupun wisata.
Sebab, ia menyadari untuk merehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak bukanlah pekerjaan yang mudah, memerlukan biaya dan juga waktu yang panjang. Disamping itu, berdasarkan fungsinya di perairan sekumpulan makhluk yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae ini mempunyai peranan penting sebagai tempat berlindung dan berkembang biak beberapa jenis ikan, juga sebagai sarana wisata bahari.
Baca : Begini, Kondisi Terumbu Karang di Kepulauan Seribu
Alami Gangguan
Meskipun memiliki bermacam manfaat, Yunita menyebutkan, terumbu karang sangat rentan terhadap perubahan baik yang terjadi secara internal maupun ekstrenal. Di Pulau Seribu DKI Jakarta misalnya, berdasarkan monitoring yang dilakukan, pihaknya mendapati terumbu karang yang banyak mengalami pemutihan.
Menjumpai kondisi tersebut ia dan tim kemudian berupaya melakukan rehabilitasi di sejumlah titik di perairan kepulauan itu, seperti di Pulau Pari, Pulau Gosong Pramuka, Karang Lebar, dan di Pulau Pramuka bagian Timur.
Fenomena pemutihan karang yang terjadi di Kepulauan Seribu tersebut juga dikuatkan hasil riset yang dilakukan oleh tim peneliti Coral Bleaching Departemen Ilmu Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (ITK-FPIK IPB).
Beginer Subhan, Coral Reef Expert dan juga Ketua Tim Peneliti Coral Bleaching ITK-FPIK IPB mengatakan, dari luasan 7 hektare kawasan yang diteliti di beberapa titik di Kepulauan Seribu ia dan tim mendapati hampir 50 persen karang mengalami pemutihan atau coral bleaching di area Perlindungan Laut Gosong Pramuka.
Selain itu, pemutihan karang juga ditemukan dibeberapa lokasi lain seperti di Pulau Pari, Pulau Air, Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Jukung, Pulau Kotok, dan Pulau Macan.
Sedangkan jenis terumbu karang yang mengalami pemutihan dari kelompok karang keras genus Acropora, Montipora, dan Pachyseris.
“Menghangatnya suhu perairan laut tidak serta merta membuat terumbu karang langsung memutih. Mereka akan memutih minimal dua minggu setelah terpapar,” kata Beginer, akhir Mei lalu.
Itupun, lanjutnya, tidak semua terumbu karang mati. Ibaratkan manusia, masih ada pula karang-karang yang masih bisa bertahan di tengah kondisi perairan yang menghangat.
Baca juga : Fenomena Pemutihan Karang, Perlukah Mitigasinya?
Hanya saja sejauh ini masih belum ada kajian atau rekayasa genetik terumbu karang yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang berubah tersebut.
“Secara ekologi, karang ini memiliki peranan yang penting sebagai lokasi pemijahan dan tempat tinggal ikan. Bilamana karang itu sudah hilang ikan-ikan pun akan pergi,” ujarnya. Jika ikan pergi, pendapatan nelayan bisa jadi menurun.
Kondisinya Memprihatinkan
Pemutihan terumbu karang akibat panas laut menambah daftar panjang kerusakan terumbu karang yang ada di gugusan Kepulauan Seribu dari tahun ke tahun. Selain faktor alam, kerusakan juga tidak terlepas dari aktivitas manusia yang tidak memperdulikan kelestarian terumbu karang.
Linda Noviana, dkk, dalam jurnalnya bertajuk Studi Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu memaparkan, rusaknya terumbu karang di kepulauan itu diakibatkan oleh penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak.
Selain itu, potassium sianida dan pengambilan terumbu karang untuk dikomersilkan juga menyebabkan ekosistem terumbu karang di wilayah tersebut hancur.
Ditambah lagi dengan tingginya aktivitas keluar masuk perahu yang mengantar wisatawan berkunjung di daerah tersebut juga membuat karang-karang luluh lantak.
“Warga yang mengantarkan wisatawan seringkali melepaskan jangkar perahunya di lokasi spot snorkeling dan diving. Padahal, lokasi yang disinggahi itu sebagian besar merupakan ekosistem terumbu karang,” tulisnya.
Meskipun tidak besar pengaruhnya, namun bila itu terjadi dalam jangka waktu lama dan sering pada spot wisata yang berbeda bisa membuat kerusakan yang lebih besar.
Berdasarkan kajian yang dilakukan itu, dari 4.750 hektare terumbu karang yang ada di sekitar gugusan Kepulauan Seribu, sedikitnya 50 persen kondisinya sangat memprihatinkan.
Sisanya, bila mengacu data dari Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Seribu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, keluasan karang yang masih dalam kondisi baik yaitu sekitar 2.375 hektare, dimanfaatkan untuk objek wisata dan penelitian ilmiah.
Baca juga : Studi Terbaru, Terumbu Karang di Pasifik Timur Mampu Bertahan dari Pemanasan Global Hingga 2060
Sementara, dalam keterangannya di Jakarta, Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Victor Gustaaf Manoppo mengatakan, pihaknya memberikan atensi khusus dan melakukan aksi cepat atas fenomena pemutihan karang.
Bersama sejumlah mitra pihaknya telah merancang wilayah, waktu dan rekomendasi jenis kegiatan pemantauan pemutihan karang, serta pedoman pemantauan sesuai prediksi peningkatan suhu permukaan laut yang fokus utamanya yaitu kawasan konservasi.
Penilaian dilakukan dibeberapa daerah seperti di Kawasan Konservasi Pulau Gili Air, Gili Meno dan Gili Terawangan, Kawasan Konservasi Laut Banda dan Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Dilakukan secara bertahap dari bulan Januari hingga pertengahan Februari 2024. (***)