- World Water Forum ke-10 yang digelar di Bali, pada Mei 2024, yang bertajuk Water for Shared Prosperity, berbuah sejumlah Kesepakatan Menteri. Salah satunya yakni penetapan Hari Danau Sedunia, yang diusulkan Indonesia.
- Danau-danau besar yang terkenal di Indonesia antara lain adalah Danau Toba yang merupakan danau vulkanik terbesar di dunia; Danau Sentani di Papua; Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat; serta Danau Poso di Sulawesi Tengah.
- Selain sebagai sumber air permukaan untuk berbagai kepentingan, mulai dari air minum, irigasi pertanian, perikanan, pengendali banjir hingga aktivitas wisata, danau juga memiliki fungsi kultural. Faktanya, tidak sedikit danau memiliki nilai budaya dan spiritual bagi masyarakat lokal, dan menjadi bagian penting dari tradisi dan sejarah masyarakat lokal di mana danau itu berada.
- Ancaman terhadap danau Sekarang ini, terdapat beragam ancaman nyata terhadap keberadaan dan fungsi danau. Di antaranya adalah polusi limbah pertanian yang menyebabkan eutrofikasi.
World Water Forum ke-10 yang digelar di Bali, tanggal 18-25 Mei 2024, yang bertajuk Water for Shared Prosperity, berbuah sejumlah Kesepakatan Menteri (Ministerial Declaration). Salah satunya yakni penetapan Hari Danau Sedunia, yang diusulkan Indonesia. Adapun untuk penetapan tanggalnya sendiri belum ditentukan, karena masih perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober mendatang.
Pertanyaannya adalah: seberapa pentingkah Hari Danau Sedunia?
Pada dasarnya, danau adalah badan air yang dikelilingi oleh daratan. Terdapat jutaan danau di dunia yang bisa ditemukan di setiap benua, entah itu di kawasan pegunungan, gurun, dataran maupun di kawasan dekat pantai.
Indonesia sendiri memiliki sekurangnya 840 danau dengan tipologi yang sangat bervariasi. Sebagian besar danau di Indonesia merupakan danau alami. Secara total, luas seluruh danau di Indonesia mencapai 7.103 kilometer persegi.
Danau-danau besar yang terkenal di Indonesia antara lain adalah Danau Toba di Sumatera Utara yang merupakan danau vulkanik terbesar di dunia; Danau Sentani di Papua; Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat; serta Danau Poso di Sulawesi Tengah.
Selain sebagai sumber air permukaan untuk berbagai kepentingan, mulai dari air minum, irigasi pertanian, perikanan, pengendali banjir hingga aktivitas wisata, danau juga memiliki fungsi kultural. Faktanya, tidak sedikit danau memiliki nilai budaya dan spiritual bagi masyarakat lokal, dan menjadi bagian penting dari tradisi dan sejarah masyarakat lokal di mana danau itu berada.
Baca : Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia
Ancaman terhadap danau
Sekarang ini, terdapat beragam ancaman nyata terhadap keberadaan dan fungsi danau. Di antaranya adalah polusi limbah pertanian yang menyebabkan eutrofikasi. Proses ini menyebabkan munculnya alga yang berbahaya, mengurangi oksigen di dalam air, dan dapat mengakibatkan zona mati di mana kehidupan akuatik tidak bisa bertahan.
Selain itu, pestisida, logam berat, dan bahan kimia beracun lainnya dapat masuk ke danau melalui air limpasan, pembuangan industri, dan deposisi atmosfer di mana partikel dan gas yang ada di udara mengendap di permukaan bumi, menimbulkan risiko bagi kehidupan akuatik dan kesehatan manusia.
Sementara itu, peningkatan suhu yang terkait dengan perubahan iklim dapat mengubah struktur termal danau, mempengaruhi pola stratifikasi dan pencampuran, yang dapat berdampak pada ekosistem danau. Pada saat yang sama, perubahan pola presipitasi dan peningkatan laju evaporasi dapat mempengaruhi tingkat air danau, menyebabkan peningkatan salinitas danau dan mempercepat kekeringan danau.
Ancaman lainnya terhadap keberadaan dan fungsi danau datang dari spesies non-asli yang mengganggu keseimbangan ekologi danau, pembangunan masif di sekitar danau, penggunaan air danau yang berlebihan, peningkatan sedimentasi dan peningkatan sampah plastik.
Baca juga : Keunikan Biodiversitas Danau Air Laut Haji Buang yang Belum Dieksplorasi
Signifikansi Hari Danau Sedunia
Menggugah kesadaran publik terkait keberadaan dan fungsi penting danau berikut ancaman-ancaman yang dihadapinya penting dilakukan. Usulan agar adanya satu hari yang ditetapkan sebagai Hari Danau Sedunia tentu saja memiliki signifikansi penting terkait dengan perlunya menggugah dan meningkatkan kesadaran publik ihwal pentingnya danau dan masalah-masalah yang dihadapinya saat ini.
Di samping itu, dengan adanya Hari Danau Sedunia dapat pula menjadi semacam katalisator bagi inisiatif konservasi, yang mendorong pemerintah, organisasi-organisasi nirlaba, dan komunitas-komunitas peduli lingkungan untuk mengambil tindakan dalam melindungi dan melestarikan danau.
Menetapkan satu hari sebagai Hari Danau Sedunia juga dapat memberi peluang dilakukannya beragam aktivitas pendidikan terkait nilai ekologis, ekonomi, dan sosial danau. Sekolah, perguruan tinggi, maupun kelompok-kelompok lingkungan, misalnya, dapat menyelenggarakan sejumlah acara untuk mendiseminasi pengetahuan terkait fungsi danau dan terhadap pentingnya upaya-upaya melestarikannya.
Dalam konteks global, dengan adanya Hari Danau Sedunia, dapat pula mendorong dialog dan kolaborasi antarnegara untuk mempromosikan praktik pengelolaan danau yang berkelanjutan. Dan ini sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (SDGs), terutama yang berkaitan dengan air bersih dan sanitasi (SDG 6), kehidupan di bawah air (SDG 14), dan kehidupan di darat (SDG 15).
Baca juga : Peneliti Singkap Kondisi Fauna dan Iklim Danau Purba Bandung
Langkah nyata
Sudah barang tentu, untuk mengatasi berbagai ancaman yang dihadapi danau saat ini dan juga di masa datang, tidak cukup hanya dengan menetapkan Hari Danau Sedunia dan lantas rutin merayakannya dengan gegap gembita.
Bagaimanapun, kita perlu melakukan lebih banyak upaya nyata untuk menyelamatkan danau. Pemerintah maupun masyarakat dituntut untuk mampu menerapkan praktik pengelolaan danau yang berkelanjutan demi memastikan bahwa danau di sekitar kita tetap sehat dan terjaga dengan baik. Ini termasuk bagaimana harus melakukan pengelolaan limbah, mengendalikan polusi (industri, pertanian maupun rumahtangga), dan bagaimana menggunakan penggunaan air danau yang lebih efisien.
Penelitian-penelitian ilmiah yang terus menerus dan pemantauan kondisi danau sangat penting pula dilaksanakan. Ini untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi serta ancaman-ancaman yang muncul dan menentukan tindakan tepat yang harus diambil.
Tak kalah krusialnya yaitu alokasi pendanaan. Pemerintah perlu menyediakan pendanaan yang memadai untuk inisiatif-inisiatif yang terkait konservasi danau. Pendanaan juga diharapkan datang dari sektor privat maupun organisasi non-pemerintah.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kita dapat membuat dampak nyata dalam melindungi dan melestarikan danau-danau yang ada di sekitar kita demi generasi saat ini dan generasi-generasi yang akan datang. (***)
*Djoko Subinarto, penulis lepas menetap di Bandung, Jawa Barat.