- Hutan di bawah laut lebih sering dipahami sebagai hamparan luas rumput laut yang membentuk kanopi. Padahal tidak ada kelebatan tumbuhan di bawah laut
- Segitiga terumbu karang sendiri adalah segitiga imajiner yang melingkupi wilayah terumbu karang di enam negara
- Setiap tanggal 9 Juni diperingati sebagai Hari Segitiga Karang untuk mengingatkan pentingnya konservasi keanekaragaman hayati, keamanan pangan, dan pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan
- Dengan luas 6 juta kilometer persegi, kawasan segitiga terumbu karang memuat sepertiga terumbu karang dunia
Kerap kali penamaan, julukan, atau istilah yang berhubungan dengan alam dipahami berbeda antara orang awam dengan komunitas ilmiah. Penamaan ini di satu sisi memudahkan orang untuk mengingat suatu nama dan mendorong kepedulian. Namun di sisi lain kadang membingungkan dan menimbulkan kerancuan.
Misalnya, julukan hutan hujan tropis di laut, atau juga hutan Amazon di laut bagi segitiga terumbu karang. Benarkah ada hutan di dalam laut? Sebagian orang boleh jadi akan membayangkan kelebatan flora dan keragaman fauna, mirip hutan hujan tropis Amazon di lautan.
Kenyataannya, tidak ada kelebatan tetumbuhan di sana. Bahkan tidak ada vegetasi beraneka jenis seperti halnya hutan di darat yang bisa ditemui di laut manapun. Yang ada adalah, kawasan itu menjadi rumah bagi aneka kehidupan terutama hewan laut dalam jumlah luar biasa banyaknya, mirip ekosistem hutan hujan tropis.
Seorang pakar di bidang ilmu kelautan dari Universitas Newscastle, Pippa Moore, mencoba menjelaskan istilah hutan di bawah laut. Jika hutan diartikan sebagai pepohonan yang menempati suatu kawasan, memiliki kepadatan, tumbuh di suatu ketinggian, dan menjalankan fungsi ekologis tertentu, maka tidak ada hutan di dalam laut.
Hutan di bawah laut lebih sering dipahami sebagai hamparan luas rumput laut yang membentuk kanopi. Sebagaimana tanaman lain, rumput laut terdiri dari pegangan yang mirip akar, batang, dan daun. Rumput laut yang menutupi wilayah luas ini mengubah kondisi lingkungan menjadi habitat dan tempat mencari makan bagi berbagai organisme.
Baca : Kini Ada Demplot Restorasi Terumbu Karang Terapung di Kawasan Konservasi Nusa Penida
Segitiga terumbu karang sendiri adalah segitiga imajiner yang melingkupi wilayah terumbu karang di enam negara. Yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Pada 2009, enam negara ini membentuk Coral Triangle Initiative.
Setiap tanggal 9 Juni diperingati sebagai Hari Segitiga Karang untuk mengingatkan pentingnya konservasi keanekaragaman hayati, keamanan pangan, dan pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan.
Dengan luas 6 juta kilometer persegi, kawasan segitiga terumbu karang memuat sepertiga terumbu karang dunia. Sekitar 76 persen spesies karang, 37 persen ikan karang, dan spesies bernilai komersial tinggi misalnya ikan tuna. Sekurang-kurangnya ada enam spesies ikan tuna yang bisa ditemukan di sini. Selain itu terdapat enam dari tujuh spesies penyu laut, juga bisa dijumpai paus, lumba-lumba, pari, dan hiu.
Dalam jumlah terbatas, rumput laut tidak membahayakan keberadaan terumbu karang. Namun jika rumput laut mendominasi, maka terumbu karang akan mati. Pada 1990-an, peneliti kelautan di Karibia menemukan fenomena, saat karang mulai mati, rumput laut tumbuh menggantikannya.
Pola ini rupanya sama di seluruh dunia. Ketika karang mati, rumput laut mengambil alih. Setelah rumput laut mengokupasi, sulit bagi karang untuk kembali.
Rumput laut seperti rumput liar di taman, mengutip sebuah artikel di Conversation. Mereka dapat berkolonisasi dengan cepat, tumbuh tinggi, menyerap sinar matahari dan bersaing langsung dengan karang untuk mendapatkan cahaya dan ruang. Belajar dari pengalaman di Great Barrier Reef di Australia, agar terumbu karang tetap lestari rumput laut perlu disiangi seperti menyiangi rumput liar di taman.
Baca juga : The Big Build: Upaya Restorasi Terumbu Karang Terbesar Dunia di Bontosua, Pangkep
Istilah lain yang juga bisa menjebak adalah taman laut untuk terumbu karang. Taman berasosiasi dengan aneka tanaman dengan bunga warna-warni, dan bentuk daun bermacam-macam. Meski tumbuh dari dasar laut, menampilkan aneka warna dengan bentuk yang juga beraneka, karang bukanlah tanaman. Karang adalah hewan. Kumpulan karang ini lalu membentuk terumbu karang.
Hewan yang disebut polip hidup bersama dan menggunakan mineral laut untuk membangun karang guna melindungi mereka. Polip karang memiliki mulut, tentakel, bahkan semacam sengat untuk mengusir musuh.
Warna-warni yang muncul di terumbu karang merupakan hasil simbiosis antara alga dengan polip. Sementara aneka bentuk karang tergantung dari spesies polip karang. Di dunia ada sekitar enam ribu spesies karang.
Secara umum karang terbagi menjadi dua bentuk, karang keras dan karang lunak. Itu sebabnya di terumbu karang sering terlihat karang yang berayun di antara karang keras berbatu. Karang yang berayun itu akan terlihat seperti tumbuhan yang tertiup angin.
Mungkin belum banyak yang mengetahui, secara taksonomi, polip karang berkerabat dengan ubur-ubur, anemon, hydra. Mereka disatukan dalam filum Cnidaria, atau hewan dengan ciri-ciri berbentuk silinder, memiliki tentakel, tidak memiliki tulang, juga pusat syaraf.
Baca juga : Terumbu Karang di Kepulauan Seribu Terancam Punah
Sebutan lain yang telah menjadi salah kaprah adalah ikan paus dan ikan lumba-lumba. Keduanya tidak tepat disebut ikan karena meskipun lincah berenang. Mamalia laut ini memiliki sistem reproduksi yang berbeda dengan ikan. Tidak seperti ikan yang bertelur, keduanya mengandung dan melahirkan anak-anaknya. Mereka juga memiliki kelenjar susu sebagaimana mamalia lainnya.
Jika ikan bernapas dengan insang, paus dan lumba-lumba dengan paru-paru. Itu sebabnya, mereka harus naik ke atas permukaan untuk mengambil oksigen dari udara kemudian menyelam lagi.
Hiu meski kebanyakan melahirkan dan ada yang memiliki ukuran serta bentuk sepintas mirip lumba-lumba justru adalah ikan sesungguhnya. Mereka menghasilkan telur, dan memiliki insang.
Banyak wisatawan yang berminat menyaksikan paus, lumba-lumba, dan hiu di perairan segitiga terumbu karang. Di Indonesia, pengamatan terbaik paus antara lain di NTT yang menjadi jalur lintasan 18 jenis paus dan lumba-lumba bisa disaksikan di pantai Lovina, Bali. Sementara hiu paus yang merupakan ikan terbesar di dunia bisa disaksikan di Gorontalo. (***)
Ilmuwan Ungkap Keberadaan Terumbu Karang Kuno di Laut Galapagos