Hamparan hutan mangrove membentang di pesisir Desa Paremas, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Tanaman ini menjadi pahlawan bagi ekosistem pesisir dan berperan penting dalam keseimbangan alam dan kesejahteraan warga. Tak hanya melindungi dari abrasi, mangrove juga menjadi rumah bagi spesies pesisir, termasuk kepiting.
Tiap sore, saat air laut surut, warga Desa Paremas biasa mencari ikan, kerang, kepiting dan satwa laut lainnya. Hanya bermodal ember, sabit, jaring kecil, tombak kecil, warga bisa panen satu ember penuh setiap harinya.
Kepiting bakau (Scylla paramamosain & Scylla olivacea) menjadi salah satu andalannya. Melimpahnya kepiting bakau mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Kepiting ini hidup dan berkembang biak di wilayah pesisir Desa Paremas.
Sayangnya, saat air laut surut, sampah banyak terbawa arus laut dan bertumpuk di akar-akar mangrove. Padahal mangrove menawarkan manfaat penting bagi kehidupan kepiting. Berikut alasan mengapa hutan mangrove menjadi penting bagi kehidupan kepiting.
Baca juga: Kepiting Biola, Tukang Gali Lobang yang Unik
- Rumah bagi kepiting
Mangrove menjadi rumah nyaman bagi kepiting dengan akarnya yang rumit dan perairan yang berlumpur. Meski begitu akarnya yang rapat ini menjadi tempat perlindungan bagi kepiting dari predator dan lokasi untuk mencari makan.
Hutan mangrove juga menjadi lokasi perkembangbiakan dan pembesaran kepiting yang ideal. Tak hanya kepiting, kondisi tanah lumpur khas hutan mangrove juga mendukung kehidupan beberapa spesies, seperti ikan, kerang dan sebagainya.
2. Sumber makanan yang melimpah
Selain menjadi habitat, mangrove juga menyediakan sumber pakan untuk kehidupan kepiting. Penelitian (2021) menyebutkan bahwa daun mangrove yang jatuh ke perairan menjadi sumber pakan bagi organisme yang hidup disekitarnya.
Kepiting yang berada di mangrove memiliki peran menjadi konsumen primer dan masuk dalam hewan herbivora. Selain pemakan daun, mereka juga memakan polychaeta dan mikroorganisme yang ditemukan di sedimen. Tak hanya menjadi pemakan daun, mereka juga menjaga keseimbangan populasi hewan mangrove lainnya dengan mengendalikan populasi moluska dan invertebrata kecil lainnya.
3. Peran penting dalam rantai makanan
Tidak hanya menjadi pemangsa, peran kepiting dalam ekosistem mangrove pun tak kalah penting dalam keseimbangan rantai makanan. Mereka berperan dalam membuat siklus anorganik nutrien dengan membuat lubang-lubang di tanah. Kebiasaannya ini mampu menyuplai oksigen ke dalam bagian lapisan tanah.
Aktivitas mereka, terutama dalam populasi besar menjadi penting bagi ekosistem mangrove karena membantu sirkulasi udara dan perombakan dalam sedimen. Perombakan ini juga mencegah akumulasi mineral di sedimen bawah, menjaga kandungan unsur hara stabil dan kesuburan sedimen untuk pertumbuhan vegetasi.
4. Penahan abrasi dan melindungi pantai
Hutan mangrove juga memiliki peranan penting bagi masyarakat pesisir. Ia menjadi penghalang alami (natural buffer) dari abrasi, badai, dan gelombang tinggi.
Akar-akar mangrove bisa menjaga kestabilan tanah di sepanjang garis pantai. Akarnya akan mengikat tanah dan lumpur dan menahan gelombang pasang yang menyebabkan erosi. Ia mampu menahan sedimen, penyangga intrusi air asin, mencegah masuknya air laut ke tanah pesisir dan membantu menghindari kelangkaan air tawar di daerah pesisir.
Baca juga: Tolak Hutan Mangrove Menjadi Sawit, Warga Langkat Ditangkap Polisi
5. Mendukung ekonomi masyarakat lokal
Keberadaan kepiting di mangrove juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir, bahkan menjadi sumber penghasilan utama. Mulai dari penjualan dagingnya hingga timbulan limbahnya. Di Desa Paremas, misalnya masyarakat mengolah limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis, seperti kerupuk cangkang kepiting.
Tak hanya itu, mangrove juga bisa diolah menjadi seperti dodol, tepung, teh, permen jelly, hingga sirup. Beberapa warga juga melakukan inisiatif dalam pengembangan mangrove menjadi ekowisata.
Penelitian (2021) di Lombok Timur menyebutkan ada valuasi manfaat dari mangrove yang tidak langsung dirasakan baik ekonomi dan ekologis meski belum terukur nilainya. Mulai dari produk kayu bakar dan arang, konstruksi, hasil perikanan tangkap, stok larva ikan, udang, pakan ternak, pewarna, pariwisata, penelitan, pendidikan dan lainnya.
Mangrove, kepiting, ekosistem pesisir dan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tidak bisa terpisah. Pemulihan ekosistem mangrove menjadi langkah yang krusial untuk keseimbangan wilayah pesisir. Tak hanya untuk investasi dan upaya konservasi mangrove, mangrove juga menjadi sumber daya alam yang mendukung kehidupan masyarakat pesisir. (***)
Kala Hutan Mangrove jadi Penyelamat Lingkungan dan Ekonomi Warga Paremas
*Salvina Herawaty Puna adalah mahasiswa magang dari Universitas Mataram. Dia memiliki ketertarikan pada ilmu kelautan dan akan bercerita lebih banyak tentang itu.