- Presiden Republik Indonesia menetapkan Kawasan Karst Gombong Selatan tahun 2004
- Kemudian pada 2006 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan kawasan Karangsambung sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG)
- Pemkab Kebumen mengubah Geopark Karangsambung – Karangbolong menjadi Geopark Kebumen pada 2023
- Kini, Pemkab Kebumen tengah berjuang menjadikan Geopark Kebumen sebagai Unesco Global Geopark (UGGp)
Sekitar 20 tahun lalu atau tahun 2004, Presiden Republik Indonesia menetapkan Kawasan Karst Gombong Selatan sebagai kawasan pembangunan berkelanjutan. Dua tahun selanjutnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan kawasan Karangsambung sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG).
Mengapa Karangsambung jadi KCAG? Karangsambung disebut sebagai sebagai The Mother of Java. Peneliti Pusat Riset Sumber Daya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Chusni Ansori saat seminar geopark di Kebumen beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa The Mother of Earth memiliki sejumlah peristiwa geologi unik.
Buktinya adalah warna batuan beragam menandakan jenis batuan yang berlainan. Dalam konteks geologi adalah the best evidence of tectonic theory in Southeast Asia. “Makanya, sejak tahun 1964, telah digunakan sebagai tempat pendidikan geologi lapangan yang sekarang berkembang menjadi beragam kegiatan edukasi kebumian dan geowisata,”jelas Chusni yang menyelesaikan doktornya di UGM Yogyakarta.
Disertasinya berjudul Analisis Faktor Litologi dan Bentanglahan Terhadap Sebaran Keragaman Situs Budaya Megalitikum–Kolonial, Pada Kawasan Taman Bumi (Geopark) Karangsambung – Karangbolong Dan Sekitarnya, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Geopark Kebumen adalah tempat pertemuan antara lempeng Samudra Hindia dengan Benua Asia. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 119 juta tahun yang lalu diikuti oleh pengangkatan, vulkanisme, dan pembentukan morfologi karst, proses itu menghasilkan bentang-bentang alam dan batuan. Itulah Karangsambung yang merupakan wilayah bagian Kebumen utara.
Sedangkan di bagian selatan Kebumen tak kalah unik. Di selatan ada di Kawasan Bentang Alam Karst Gombong Selatan (KBAK). Wilayah selatan yang menarik adalah Karangbolong. Daerah setempat memiliki Karangbolong dan Segara View.
Baca : Merangkai Sejarah Toba: Erupsi Vulkanik Purba, Hikayat Rakyat, hingga Geopark Dunia

Karangbolong menonjol dengan sisi geologi yang unik. Karena merupakan tinggian (horst), berlawanan dengan bagian timur hingga Yogyakarta yang merupakan rendahan (graben).
Morfologi ini terbentuk karena adanya patahan geser Kebumen-Muria di sisi timur dan patahan Cilacap-Pemanukan di sisi Barat. Dari riset yang dilakukan para pakar, Gunung Api Purba Nglanggeran memiliki usia yang sama dengan batuan vulkanik di Karangbolong. Keragaman geologi Geopark Kebumen mencakup elemen-elemen dari Geopark Global UNESCO Ciletuh-Pelabuhan Ratu di Sukabumi dan Geopark Gunung Sewu di Gunung Kidul hingga Pacitan.
Bahkan, peneliti geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Fadlin menyatakan di balik keindahan panorama alam Pantai Menganti ternyata menyimpan sejarah geologi menakjubkan. Dari hasil risetnya, daerah Pantai Menganti ternyata merupakan bekas gunung api purba.
Dia menyebutkan bahwa batuan lava basalt di Menganti merupakan hasil erupsi gunung api purba bawah laut yang diperkirakan berumur oligosen-miosen atau sekitar 35-25 juta tahun lalu. Kawasan ini merupakan awal mula aktivitas gunung api di selatan Pulau Jawa yang kemudian tertutup oleh batuan karbonat berupa batu gamping.
Dengan kekayaan geologi yang menarik tersebut, Pemkab Kebumen berinisiatif mengajukannya menjadi Geopark Karangsambung – Karangbolong. Usulan itu diterima dengan menjadikannya Geopark Nasional pada 2018 silam. Wilayahnya meliputi tengah, utara dan karst selatan. Luasnya mencapai 543.599 Km2 yang mencakup 12 Kecamatan dan 117 Desa dengan morfologi yang bervariasi meliputi lembah, perbukitan, dataran hingga pantai.
Dalam perkembangannya, para tahun 2023 lalu, Pemkab Kebumen mengubah Geopark Karangsambung – Karangbolong menjadi Geopark Kebumen. Wilayahnya semakin luas, menjadi 1.138,70 kilometer persegi daratan dan 21,98 kilometer persegi laut, mencakup 22 kecamatan dan 374 desa. Geopark Kebumen menggabungkan kekayaan geologi, keragaman budaya serta keanekaragaman biologi.
Baca juga : Ada Bukti Tumbukan Lempeng Bumi Pembentuk Daratan Jawa di Kebumen. Benarkah?

Budaya di Geopark Kebumen mencakup rentang dari era Megalitikum, Hindu-Buddha, Islam, hingga masa kolonial, yang terkait erat dengan keragaman geologinya. Kawasan ini juga kaya akan keragaman budaya seperti mangrove Ayah, hutan Pager Jawa, kelapa genjah entok, konservasi penyu serta keberagaman biologi lainnya.
Kini tinggal selangkah lagi Geopark Kebumen akan masuk Unesco Global Geopark (UGGp). Apalagi, pada Juli 2024 mendatang, Tim Asesor Unesco Global Geopark bakal melakukan serangkaian asesmen dan validasi pada situs warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan warisan budaya di Kebumen yang mencakup 22 kecamatan.
“Kunjungan tersebut akan menjadi menjadi penentu apakah Geopark Kebumen layak UGGp atau tidak,”ungkap General Manager Badan Pengelola (BP) Geopark Kebumen, Sigit Tri Prabowo, pada Rabu (5/6/2024) pekan lalu.
Menurut Sigit, Tim Asesor yang datang ke Kebumen berasal dari Jerman dan China, waktunya pada 20-30 Juli 2024. “Yang dinilai oleh Tim Asesor Unesco adalah tata kelola, warisan geologi, visibilitas atau akses informasi dan kerjasama atau networking.
“Berdasarkan pengalaman-pengalaman daerah lainnya, validasi pertama akan cukup besar porsinya di warisan geologi. Penilaian bukan pada batunya, melainkan bagaimana geopark tersebut mengelola warisan geologi dan keterlibatan masyarakat sekitar,” katanya.
Dalam penilaiannya, Tim Asesor bakal mengunjungi 23 titik baik itu geosite, biosite, dan cultural site serta bertemu masyarakat setempat. “Sampai sejauh ini kita sudah on the track menuju asesmen itu. Teman-teman BP Geopark Kebumen juga sudah dibagi menjadi beberapa tim yang masing-masingnya membawahi sekitar 6-7 site,” ujarnya.
Baca juga : Banyak yang Bisa Dikunjungi: Geopark Maros Pangkep dan Ragam Keunikan Bentang Alamnya

Sigit optimis Geopark Kebumen naik kelas menjadi UGGp. Alasannya, karena support dari Pemkab Kebumen serta respons yang baik dari teman-teman lokal di geosite. Hal ini sekaligus menjawab rekomendasi atau pekerjaan rumah saat pra asesmen lalu.
“Jadi penilaiannya pada Juli, kemudian Tim Asesor menyerahkan ke Unesco. Sidang penentuan dilaksanakan pada September. Baru tahun 2025, ditentukan apakah Geopark Kebumen masuk UGGp atau tidak. Kalau masuk, maka penyerahan sertifikatnya dilaksanakan di Chili pada 2025,”paparnya.
Sebagai persiapan kedatangan Tim Asesor, Sigit mengatakan bahwa BP Geopark Kebumen telah menambah visibilitas di empat titik rambu penunjuk situs di empat kawasan arah masuk Kabupaten Kebumen. Yakni di Kecamatan Sempor, Mirit, Kedungbener dan Kecamatan Rowokele. Sedangkan sebagai penanda dan papan informasi situs telah dilakukan pembangunan pada 12 situs di wilayah Geopark Kebumen.
Ketika memberikan visitasi beberapa waktu lalu, Dewan Pakar Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), Mirawati Sudjono menilai Geopark Kebumen memiliki keunggulan situs Geologi yang kuat dibanding wilayah lain.
“Untuk menghadapi penilaian dari Unesco yang pertama adalah aspek Geologinya, Geopark Nasional Kebumen ini kuat sekali. Apalagi di sini ada BRIN. Ilmu kebumiannya sangat kaya,”jelasnya.
Pada dasarnya Geopark Kebumen sudah bagus pengelolaannya namun harus lebih diaplikasikan. Di antaranya adalah kelengkapan sebagai geosite harus diperbaiki. Kemudian penjelasan pergeosite harus memiliki minimal dua bahasa, Indonesia dan Inggris. “Kalau Geopark Kebumen sudah dapat masuk UGGp, yang harus dijaga adalah kesinambungan dan keberlanjutannya. Sebab, dua tahun sekali akan dievaluasi ulang,”katanya.
Selangkah lagi Geopark Kebumen akan masuk UGGP Unesco yang ke-11. Jika terlaksana, maka tidak sia-sia upaya yang telah dirintis sejak 20 tahun silam (***)
Geopark Gunung Permisan Bangka dan Jejak Manusia Austronesia