- Lebaran Idul Adha merupakan momentum pemotongan hewan kurban seperti sapi dan kambing yang dagingnya didistribusikan ke masyarakat. Namun dalam pembagian daging kurban, masih banyak yang menggunakan kantong plastik sebagai wadahnya.
- Sebagian besar kantong plastik kresek merupakan hasil daur ulang plastik yang tidak diketahui asal-usulnya. Umumnya berasal dari limbah wadah bekas produk pangan, bahan kimia, pestisida, kotoran hewan atau manusia, dan sebagainya. Dalam proses pembuatannya juga, menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
- Sebagai pengganti kantong plastik, beberapa wadah alami dapat digunakan untuk wadah daging kurban misalkan daun pisang, daun jati, besek bambu, dan daun talas.
- Wadah daun juga memilliki kualitas yang baik, dengan memberikan aroma tertentu pada makanan dan sangat ramah lingkungan karena mudah terurai.
Lebaran Idul Adha atau juga sering disebut Hari Raya Kurban merupakan momentum pemotongan hewan kurban seperti sapi dan kambing, yang dagingnya didistribusikan kepada masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, pembagian daging kurban tidak jarang menggunakan wadah plastik sekali pakai. Seperti yang kita ketahui, selain dapat menimbulkan persoalan lingkungan, terutama sulit terurai, dari segi kesehatan juga kantong plastik berbahaya.
Pada 2019, BPOM telah menjelaskan bahwa sebagian besar plastik kresek ini hasil daur ulang plastik. Plastik daur ulang tersebut, umumnya berasal dari limbah wadah bekas produk pangan, bahan kimia, pestisida, kotoran hewan atau manusia, dan sebagainya. Dalam proses pembuatannya juga menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
Pada 13 Juni 2024, KLHK [Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan], telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE.6/MENLHK/PSLB3/PLB.0/6/2024 yang ditujukan kepada gubernur, bupati dan walikota mengenai pelaksanaan Hari Raya Idul Adha 1445 H yang bertepatan dengan 17 Juni 2024, tanpa sampah plastik.
“Hal ini mengingat sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksik dan berbahaya bagi kesehatan serta lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan benar,” demikian tertulis dalam surat edaran tersebut.
Dalam surat itu, para pimpinan daerah diharapkan mengimbau dan mengajak panitia pembagian daging kurban agar tidak menggunakan kantong plastik. Atau, membawa wadah sendiri yang dapat dipakai ulang untuk mewadahi pembagian daging kurban.
Selain wadah sendiri, sebagai pengganti kantong plastik, diharapkan panitia pembagian kurban dapat menggunakan daun seperti daun pisang atau daun jati, besek bambu, atau wadah yang tersedia lainnya di daerah masing-masing. Tujuannya, agar dapat digunakan ulang atau dapat dikomposkan sehingga tidak menimbulkan sampah plastik.
“Menyediakan satuan tugas khusus di lapangan yang menangani sampah sekaligus sebagai tenaga kampanye dan edukasi publik dalam pengurangan sampah plastik,” jelas Menteri KLHK Siti Nurabaya, dalam surat tersebut.
Wadah alami untuk daging kurban
Pada 2023 lalu, Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 12,87 juta ton, sehingga isu ini masih menjadi perhatian serius.
Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik saat pembagian daging kurban, ada banyak pilihan pengganti yang bisa kita dapatkan di lingkungan sekitar, terutama wadah dari bahan alami.
- Daun Pisang
Bagi masyarakat Indonesia, daun pisang sering digunakan dalam berbagai wadah makanan dan kue tradisional. Daun pisang memiliki aroma yang khas sehingga mampu menghadirkan cita rasa yang enak sebagai wadah makanan, sekaligus memiliki sifat alami untuk mengawetkan makanan.
Tidak heran, banyak yang menggunakan daun pisang untuk pembungkus nasi, lemper, tempe, dan masih banyak lagi. Daun pisang juga sangat cocok sebagai wadah pengganti kantong plastik untuk daging hewan kurban.
- Daun Jati
Daun jati memiliki ciri berdaun besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek serta memiliki kandungan fitokimia sangat tinggi. Sehingga, daun jati sangat cocok untuk wadah daging hewan kurban.
Dalam jurnal yang ditulis Musri Fatul Alfiyah, Dwi Ari Budiretnani, dan Nur Solikin, disebutkan bahwa secara tradisional, masyarakat menggunakan daun jati untuk pembungkus makanan, tanpa mengetahui kandungan yang terdapat pada daun jati.
Berdasarkan hasil uji fitokimia dalam daun jati terdapat flavonoid, alkaloid, tanin, napthaquinones dan antrakuinon yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau sebagai antibakteri. Senyawa aktif dalam daun jati ini dapat digunakan untuk mengawetkan daging.
- Besek
Besek dari anyaman bambu sangat cocok untuk dijadikan sebagai wadah pembagian daging kurban. Selain ramah lingkungan, besek juga bisa dipakai kembali sebagai hantaran makanan, bisa untuk menyimpan bumbu dapur, pupuk organik, wadah semai dan lain-lain. Di balik bentuk yang sederhana, besek menyimpan banyak tradisi dan cerita.
Karya budaya dari masa pra-moderen Indonesia, besek jadi wadah yang menyimpan budaya ‘hantaran’ atau mengantarkan makanan kepada tetangga atau kerabat.
- Daun Talas
Daun talas mempunyai bentuk seperti perisai besar sehingga sangat cocok digunakan untuk membungkus makanan dan juga wadah untuk daging hewan kurban. Bahkan, dilansir dari halodoc, daun talas memiliki kandungan nutrisi yang membuat tanaman ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, seperti Vitamin A, C, folat, dan mineral. Contohnya, zat besi, fosfor, magnesium, potasium, dan kalsium.
Selain empat jenis wadah alami di atas, masih banyak lagi penggunaan bahan dari daun untuk wadah makanan yang cocok sebagai pengganti kantong plastik saat membagikan daging hewan kurban. Selain bersifat aman dan baik untuk kesehatan, juga memiliki sifat biodegradable atau mudah terurai secara alami.
Seperti ditulis Mongabay sebelumnya, dalam buku “Pengemasan Pangan, Kajian Pengemasan yang Aman, Nyaman, Efektif dan Efisien [2017]” dijelaskan bahwa kemasan makanan tradisional yang memanfaatkan bahan botanis [daun-daunan, misalnya] tidak hanya berfungsi sebagai pelindung isinya dari debu atau agar tahan lama. Tapi juga, merupakan upaya untuk mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan praktis, dan dipegang.
Selain itu, bahan kemasan tersebut juga memberikan aroma tertentu pada makanannya. Sehingga, peranan kemasan tradisional dengan memanfaatkan daun-daunan adalah melindungi produk dari lingkungan luar, membuat praktis, membantu proses pemasakan [fermentasi], menarik konsumen dengan cara warna dan teknik pengemasan, serta mempertahankan kualitas produk.
Tabu Moitomo, Kuliner Kaya Rempah yang Disajikan Saat Idul Adha