- Pelestarian penyu di Flores Timur, NTT, menghadapi tantangan yaitu masih ada yang mengambil telur penyu untuk dikonsumsi maupun dijual.
- Selain itu, di perairan utara dan selatan Pulau Solor, Flores Timur, NTT, masih ada aktivitas pengeboman ikan yang tentu saja merusak ekosistem laut dan mengganggu kegiatan pelestarian penyu.
- Pokmaswas Pedan Wutun, Kelurahan Ritaebang, Kecamatan Solor Barat, sejak Mei hingga 11 Juni 2024 telah merelokasi 11 sarang telur penyu. Diperkirakan, sebanyak 189 telur akan menetas 29 Juni 2024.
- Aktivitas konservasi penyu yang Pokmaswas Pedan Wutun, Kelurahan Ritaebang, Kecamatan Solor Barat dan Pokmaswas Jalur Gaza, Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, sejauh ini dilakukan secara mandiri.
Sebuah informasi di grup WhatsApp Kelompok Masyarakat Pengawas [Pokmaswas] Lewotobi, mengabarkan tentang pelepasan seekor penyu sisik, Sabtu [25/5/2024].
Paul Aran, masyarakat Desa Lewotobi, Kabupaten Flores Timur, NTT, melaporkan kejadian tersebut. Sekitar pukul 20.00 WITA, seekor penyu sisik dewasa ditemukan warga yang mencari ikan di pantai.
“Penyu yang kesulitan berenang itu dibantu kembali ke laut.”
Senin [10/6/2024], warga menemukan 96 tukik yang terjebak di bebatuan. Tukik tersebut diamankan Ketua Pokmaswas Nuha Telo Anis Uran dan keesokannya bersama perangkat Desa Lewotobi, dilepaskan ke laut.
“Kami sedang membuat lokasi penetasan telur penyu yang melibatkan semua anggota pokmaswas,” terangnya.

Monika Bataona, Ketua Pokmaswas Sandominggo pun melaporkan penemuan penyu sisik [Eretmochelys imbricata] oleh anggota cilik Pokmaswas Sandominggo, di Kelurahan Pantai Besar, Kecamatan Larantuka, Flores Timur, Rabu [12/6/2024].
“Saat mancing, mereka melihatnya terjaring pukat nelayan,” ucapnya.
Penyu jantan ini cangkangnya berukuran 46 x 38 cm, dengan kondisi badan ditumbuhi tiram. Setelah diperiksa kesehatannya, penyu dievakuasi ke Talud Kawasan Perlindungan Terumbu Karang Larantuka.
“Pada 2024 ini sudah 2 kali Pokmaswas Sandominggo melakukan pelepasan penyu,” ungkapnya.

Bekerja swadaya
Bagaimana kondisi penyu di tempat lain di Flores Timur?
Kristo Werang Ketua Pokmaswas Pedan Wutun, Kelurahan Ritaebang, Kecamatan Solor Barat, menyebutkan, sejak Mei hingga 11 Juni 2024 pihaknya sudah merelokasi 11 sarang telur penyu.
Rinciannya, 13 Mei [114 telur], 16 Mei [127 telur], 19 Mei [110 telur], 20 Mei [70 telur], 26 Mei [100 telur], dan 29 Mei [163 telur]. Sementara, pada 3 Juni [50 telur], 4 Juni [120 telur], 7 Juni [110 telur], 9 Juni [125 telur], dan 11 Juni [100 telur].
“Total 1.189 telur yang diprediksi akan menetas 29 Juni nanti,” ungkap Kristo, Jumat [14/6/2024].

Ketua Pokmaswas Jalur Gaza, Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Wilhelmus Wokadewa Melur, menerangkan pihaknya telah merelokasi 14 sarang telur penyu di pantai Selatan Pulau Solor.
Jumlah telur di setiap sarang bervariasi, ada yang 95 telur bahkan 169 telur.
“Total yang ditetaskan sebanyak 1.795 telur. Sebanyak 50 tukik yang menetas, sudah dilepas ke laut. Cuaca panas ekstrem turut berdampak terhadap lamanya waktu penetasan,” jelasnya.
Kristo dan Wilhelmus mengatakan, segala aktivitas konservasi penyu dilakukan mandiri demi keberlangsungan hidup satwa ini di alam. Sejauh ini, tantangan yang dihadapi adalah masih ada yang mengambil telur penyu untuk dikonsumsi maupun dijual.
Menurut Kristo, perairan utara dan selatan Pulau Solor, Flores Timur, masih ada aktivitas pengeboman ikan.
“Semua pihak harus peduli dengan kondisi ini. Laut kita harus dijaga dari segala kerusakan,” jelasnya.

Sam August, pegiat lingkungan di Flores Timur, menyatakan dukungannya pada Pokmaswas Jalur Gaza, yang melakukan kegiatan dengan fasilitas terbatas.
Dia bersama rekannya mengumpulkan dana pribadi dan membeli paranet untuk diberikan kepada Pokmaswas Jalur Gaza. Tujuannya, agar lokasi penangkaran terhindar dari terik mentari.
“Kami salut, mereka setia dan peduli kelestarian penyu. Setiap malam hingga subuh, mereka jalan kaki menyusuri pantai, melindungi sarang telur penyu,” tuturnya.