- Kucing tandang disebut sebagai kucing liar yang berbeda dengan jenis Flat Headed Cat [Prionailurus planiceps] memiliki kepala datar, tubuh kecil, kaki berselaput, dan ekornya tergolong pendek yaitu sekitar seperempat dari panjang tubuhnya.
- Dari hasil analisis genetik, kucing kepala datar merupakan bagian dari Genus Prionailurus yang memiliki kedekatan dengan kucing bakau atau fishing cat [Prionailurus viverrinus].
- Secara umum, kucing ini berhubungan erat dengan lahan basah dan aliran air. Hampir semua catatan foto berasal dari daerah dataran rendah, terutama di bawah 100 meter dan dekat sumber air besar.
- Kucing tandang tersebar di hutan Sumatera dan Kalimantan, serta berada di Semenanjung Malaysia dan Thailand.
Indonesia memiliki sembilan spesies kucing kucing liar. Dari jumlah tersebut, ada satu jenis yang diangap unik, alias berbeda dengan kucing liar lainnya.
Namanya adalah kucing tandang atau Flat Headed Cat [Prionailurus planiceps], karena bentuk kepalanya yang datar. Warna tubuhnya cokelat kemerahan dengan sedikit abu-abu, sementara bagian atas kepala lebih merah terang dari tubuhnya.
Dari hasil analisis genetik, kucing kepala datar merupakan bagian dari Genus Prionailurus yang memiliki kedekatan dengan kucing bakau atau fishing cat [Prionailurus viverrinus].
Namun, kucing tandang memiliki tubuh lebih kecil bahkan mirip kucing domestik atau kucing rumahan. Panjang tubuhnya antara 45-52 cm, berat 2 kg, dan ekornya tergolong pendek, sekitar seperempat dari panjang tubuhnya.
Berdasarkan publikasi para peneliti di Cat Spesialist Group, disebutkan bahwa keunikan kucing tandang ini adalah terlihat seperti musang. Sebagian lagi, terlihat seperti kucing hutan dengan kepala panjang dan sempit, serta dahi rata.
Selain itu, telinganya kecil, bulat dan terletak di sisi kepala. Kucing ini memiliki mata sangat besar dan tertutup, yang memberikan penglihatan binokular maksimal, menunjukkan pola aktivitas malam hari.
“Kucing tandang diperkirakan memangsa ikan dan katak, namun kemungkinan juga memakan hewan pengerat kecil seperti tikus dan curut, krustasea, burung, atau buah-buahan. Kucing ini juga dilaporkan memangsa unggas domestik,” tulis para peneliti di Cat Spesialist Group.
Kucing tandang memiliki kaki panjang dan sempit serta jari-jari berselaput lebih lengkap dari kucing bakau, spesies yang berkerabat dekat dengannya. Gigi sangat runcing dan relatif lebih panjang dan lebih tajam dari kucing bakau, menunjukkan beberapa adaptasinya pada aktivitas akuatik dan pola makan piscivora [pemakan ikan].
Selain itu, struktur gigi khusus kucing kecil ini membantunya meraih dan menggigit mangsa. Kucing ini memakan ikan hidup dengan kepala terendam penuh dan biasanya ia membawa mangsanya sekitar dua meter jauhnya sebelum dimakan
“Hal ini menunjukkan strategi makan untuk menghindari mangsa akuatik melarikan diri ke air,” tulis para peneliti lagi.
Secara umum, kucing ini berhubungan erat dengan lahan basah dan aliran air. Hampir semua catatan foto berasal dari daerah dataran rendah, terutama di bawah 100 meter dan dekat sumber air besar. Kucing tandang tersebar di hutan Sumatera dan Kalimantan, serta berada di Semenanjung Malaysia dan Thailand.
Para peneliti menyebut, informasi mengenai ekologi dan perilaku kucing kepala datar sangat sedikit. Kucing ini diyakini sebagai hewan soliter, aktif di malam hari atau krepuskular yaitu peralihan hari remang-remang, baik senja atau fajar. Sehingga semua pengamatannya dilakukan malam atau dini hari.
Pada 2013, bukti foto melalui kamera jebak menunjukkan kucing tandang berada di Semenanjung Malaysia yaitu di Cagar Alam Pasoh. Dua individu terlihat bergerak bersama siang hari di hutan dataran rendah yang jauh dari air, sekitar 1,5 km dari perkebunan sawit.
Sebelumnya pada 1995, dua individu jenis ini diamati oleh para ahli zoologi di sepanjang Sungai Merang di Sumatera. Penampakannya merupakan catatan pertama yang dikonfirmasi untuk Taman Nasional Berbak di Jambi, dan petugas taman nasional belum pernah mengamati atau mendengar tentang spesies tersebut. Lalu pada 1996, foto pertama mengenai kucing tandang di alam liar diambil dengan menggunakan kamera jebak di Pulau Sumatera.
Ancaman
Seperti ditulis Mongabay sebelumnya, para peneliti menyebut bahwa Pulau Kalimantan telah diidentifkasi sebagai benteng terbaik untuk kucing tandang.
Dalam sebuah studi yang dilakukan Andreas Wilting, Susan M. Cheyne, Azlan Mohamed dan kolega, berhasil mengumpulkan 140 catatan temuan kucing tandang di Kalimantan. Hasilnya, sebagian besar kawasan dataran rendah tidak sesuai sebagai habitatnya dikarenakan konversi hutan menjadi perkebunan sawit.
Para peneliti ini memprediksikan, habitat penting kucing tandang berada di kawasan hutan di Brunei Darussalam, Taman Nasional Sebangau dan sekitar di Kalimantan Tengah, kawasan hutan di Kalimantan Utara, serta kawasan hutan di Sabah, Malaysia.
Para peneliti juga menyimpulkan, hal paling penting untuk kelestarian kucing tandang adalah dengan mempertahankan areal sungai dan hutan rawa gambut.
Menurut peneliti di Cat Spesialist Group, penyebab lain dari kerusakan habitat kucing tandang adalah perubahan hutan menjadi lahan pertanian, permukiman, penebangan kayu, dan pembangunan bendungan besar di beberapa daerah. Diperkirakan bahwa lebih dari 70% habitat historis kucing tandang saat ini telah berubah sedemikian rupa sehingga menjadi tidak sesuai lagi.
Ancaman lainnya adalah di seluruh wilayah jelajah kucing tandang telah terjadi kontaminasi mangsanya melalui pencemaran air, terkait limpasan air dari kegiatan pertanian dan penebangan, terutama minyak dan logam berat. Di banyak lahan basah di Asia, penipisan stok ikan akibat penangkapan ikan berlebihan merupakan hal lazim terjadi.
“Pemasangan jerat dan keracunan juga merupakan ancaman utama kucing tandang,” ungkap para peneliti.
Berstatus Genting, Penelitian Kucing Tandang Masih Minimalis