- Desa Jatimulyo merupakan desa di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta yang dikenal peduli terhadap terhadap pelestarian keanekaragaman hayati, terutama konservasi berbagai spesies burung
- Masyarakat di Jatimulyo melalui Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi telah lama melakukan aktivitas konservasi spesies burung, salah satunya melalui kegiatan adopsi sarang burung untuk pemberdayaan masyarakat.
- Untuk mendukung program adopsi sarang burung itu, lembaga BISA Indonesia dan KANOPI Indonesia membantu meningkatkan kapasitas anggota KTH Wanapaksi dengan mengenalkan aplikasi spatial monitoring and reporting tool (SMART) mobile untuk pemantauan dan pengumpulan data dari patroli hutan yang dilakukan
- Pengenalan SMART Patrol itu merupakan bagian dari program konservasi burung sulingan (Cyornis banyumas) yang didukung ASAP/IUCN untuk melindungi spesies kritis di Pulau Jawa
Desa wisata Jatimulyo merupakan salah satu desa di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta yang telah memiliki kepedulian terhadap pelestarian keanekaragaman hayati.
Berawal dari tanggapan warga desa terhadap hilangnya suara-suara burung akibat perburuan sehingga mendorong lahirnya peraturan desa yang melarang perburuan burung.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat di Jatimulyo mendapat dukungan dari berbagai pihak. Salah satu lembaga di desa ini yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan adalah Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi yang memiliki visi kemandirian pertanian hutan berwawasan lingkungan dan pelestarian flora, fauna, serta sumber daya air.
Terobosan yang dilakukan KTH Wanapaksi tersebut diantaranya konservasi flora dan fauna, pengembangan usaha berbasis hutan (ekowisata) serta kerjasama dalam pelestarian hutan rakyat dan konservasi. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan ini adalah adopsi sarang burung untuk pemberdayaan masyarakat
Keberhasilan program adopsi sarang burung ini perlu dukungan berbagai pihak. Seperti yang dilakukan lembaga BISA Indonesia dan KANOPI Indonesia bersama ASAP/IUCN yang melatih anggota KTH Wanapaksi dalam penggunaan teknologi untuk pemantauan keanekaragaman hayati melalui aplikasi spatial monitoring and reporting tool (SMART) mobile menggunakan gawai ponsel pada awal Juni lalu.
Peningkatan kapasitas tersebut juga didukung oleh SCENTS dalam pengenalan aplikasi SMART mobile ini. Penggunaan teknologi ini dapat membantu anggota KTH Wanapaksi mengumpulkan data-data temuan lapangan dari hasil pemantauan keanekaragaman hayati dan kondisi habitatnya.
Dita Putri Permatasari dari SCENTS mengatakan aplikasi SMART mobile bernama SMART Patrol digunakan untuk memasukkan data-data hasil patroli keamanan di hutan. Namun kegiatan terkait pendataan untuk konservasi sudah mulai dijalankan. “Patroli keamanan hutan di Jatimulyo sudah berjalan, sehingga penting untuk menggunakan SMART Patrol ini,” ungkapnya.
Baca : Ternyata Ada Desa Konservasi di Yogyakarta
Selama ini, KTH Wanapaksi sudah melakukan pendataan, namun analisisnya dan perekapan datanya belum maksimal. “Oleh karena itu, penggunaan SMART Patrol menggunakan gadget (ponsel) dapat mendukung proses lebih lanjut,” tambahnya.
Sedangkan Dwi Nugroho, Penasehat SCENTS mengatakan secara umum patroli hutan yang dilakukan oleh orang berseragam bisa berefek deterrent bagi orang lain yang berniat melakukan kegiatan illegal menjadi takut dan mengurungkan niatnya.
Dalam pelaksanaan SMART Patrol, lanjutnya, KTH Wanapaksi sebagai elemen masyarakat, tidak mempunyai kewenangan hukum, sehingga hanya mengumpulkan data, melaporkan, menunjukan daerah tersebut diawasi oleh mereka. Selanjutnya, hal-hal yang butuh upaya penegakan hukum, dapat ditindaklanjuti oleh pihak lain seperti BKSDA KLHK atau pihak kepolisian.
Sedangkan Darna, anggota KTH Wanapaksi menuturkan aplikasi SMART Patrol penting untuk membantu memantau kondisi lingkungan walaupun teknologi itu masih sangat baru bagi mereka. “Kami masih terus berusaha menggunakan aplikasi ini untuk mendukung pemantauan kondisi keanekaragaman hayati di desa kami,” ungkapnya.
Praktek pada hari berikutnya sangat menarik bagi peserta pelatihan dan mempermudah untuk pendataan burung-burung dan kedepan juga bermanfaat untuk tumbuh-tumbuhan. Darna yang telah bergabung selama lebih dari dua tahun ini menjadi pembelajaran tersendiri saat mengikuti pelatihan SMART Patrol bersama anggota KTH Wanapaksi lainnya. “Secara teknis perlu dicoba secara berkala dalam memanfaatkan teknologi ini”, tambahnya.
Saat ini setidaknya ada 50 anggota KTH Wanapaksi yang aktif. Sedangkan pemantauan hutan saat ini diperkuat oleh anak-anak mudanya.
Baca juga : Menikmati Celoteh Cekakak Jawa di Hutan Desa di Yogyakarta
Pentingnya Jatimulyo
Desa Jatimulyo dipilih sebagai pelaksanaan program konservasi burung sulingan, karena masyarakatnya telah secara mandiri mengupayakan kelestarian alamnya dengan dukungan pemerintah desa melalui Peraturan Desa No.8/2014 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup.
Irfan Rosyadi dari KANOPI Indonesia mengatakan pihaknya bersama BISA Indonesia membantu peningkatan kapasitas masyarakat Desa Jatimulyo melalui KTH Wanapaksi dalam pengelolaan lingkungan hidup, terutama dalam pelestarian burung.
Desa Jatimulyo juga merupakan tempat belajar bersama bagi pihak lain seperti kalangan LSM, universitas, pemerintah, maupun pengiat konservasi di Yogyakarta dan sekitarnya.
“Jatimulyo menjadi pilihan untuk belajar dan tempat pelaksanaan target-target konservasi, misalnya menerapkan metode monitoring dan tools lainnya,” katanya.
Sungkono dari BISA Indonesia mengatakan bahwa kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat Desa Jatimulyo ini merupakan bagian dari program konservasi burung sulingan (Cyornis banyumas) yang didukung ASAP/IUCN dalam rangka perlindungan spesies kritis di Pulau Jawa, salah satunya dilakukan di Jatimulyo.
“Dari kegiatan ini dapat memperluas cakupan upaya perlindungannya dari empat pedukuhan ditambah menjadi 10 lainnya yang tersurvey keberadaan burung sulingan tersebut. Selain itu, yang dilakukan meliputi pengembangan sarang buatan, pelatihan SMART Patrol, patroli/pemantauan hutan di pedukuhan terkait, sosialisasi kepada masyarakat,” katanya.
Baca juga : Urusan Pengamatan Burung, Rahmadiyono Selalu Ada Waktu
Tindak lanjut kedepannya didukung dengan pengembangan peta jalan setidaknya untuk lima tahun ke depan dalam konservasi burung. Diharapkan para aktivis konservasi dan peneliti-peneliti dari universitas dapat memberi masukan peta jalan itu sehingga kegiatan konservasi di sini dapat sesuai dengan isu konservasi secara global.
Hasil dari kegiatan di Desa Jatimulyo ini dapat ditularkan ke daerah-daerah lainnya agar semangat konservasi dapat terus berkembang. Seperti kegiatan perlindungan spesies dengan monitoring, smart patrol, penjagaan sarang, dan penggunaan CCTV untuk pengamatan intensif, sehingga ancaman target spesies dapat diketahui karena dipantau secara penuh oleh masyarakat setempat. Selain itu dapat mengajak masyarakat dapat secara mandiri memantau jenis burung lainnya.
Harapan kedepannya agar masyarakat dapat melaporkan temuan-temuan burung sulingan serta burung-burung lainnya yang berada di kebun mereka, terutama saat burung itu bersarang untuk pemantauan lebih lanjut sehingga kelestarian burung-burung di Jatimulyo terus terpelihara.
Disisi lain, KTH Wanapaksi Jatimulyo berharap setelah pelatihan ini dapat menarik semakin banyak orang terlibat dalam pemantauan dan mampu dalam pengambilan dan analisis datanya. (***)