- Keberadaan ikan patin di Sungai Batanghari, Jambi, makin sulit didapat karena kondisi air yang tercemar. Pemicu pencemaran berasal dari pertambangan tanpa izin, kontaminasi zat kimia, hingga perilaku membuang sampah ke sungai.
- Tingkat pencemarannya, diperkirakan mencapai 49,9 persen dari baku mutu produksi air PDAM, yang maksimal 51 persen. Pencemaran air sungai di sungai sepanjang 800 kilometer itu, terlihat dari perubahan warna yang cenderung cokelat pekat.
- Ikan patin ada yang dibudidaya dan ikan patin liar. Pada ikan patin budidaya, kondisi air tidak begitu berpengaruh. Akan tetapi pada ikan patin liar, pencemaran air memiliki dampak signifikan.
- Keberlangsungan hubungan antara masyarakat Jambi dengan Sungai Batanghari, terancam dikarenakan kondisi sungai yang semakin tercemar dan kotor sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Aspen, nelayan asal Desa Sungai Duren, Kecamatan Jambi luar kota, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, telah menekuni profesinya sejak 1986. Setiap pagi, lelaki 42 tahun ini menyusuri Sungai Batanghari menggunakan perahu untuk menjala ikan. Hasil tangkapan, ia jual ke pasar terdekat, menjelang tengah hari.
Ikan patin yang dicari Aspen. Di pasar, jenis ini diminati pembeli.
“Dulu tidak sulit. Cukup menjala di pinggir sungai, sudah dapat. Sekarang, harus menggunakan perahu,” terangnya, awal Januari 2024.
Menurut Aspen, air Sungai Batanghari sekarang sudah keruh dan kotor. Hal ini berdampak pada hasil tangkapannya, yang menjadi andalan sehari-hari.
“Tahun 1990-an, saya sering berenang. Airnya bisa digunakan untuk kebutuhan harian,” jelasnya.
Anton, nelayan di Kota Jambi, mengatakan ikan patin di Sungai Batanghari begitu disukai masyarakat karena dagingnya yang lembut dan manis. Aromanya begitu khas saat diolah menjadi masakan tempoyak.
“Sungai Batanghari memberikan nutrisi ideal bagi pertumbuhan patin. Tapi, itu dulu. Sekarang, airnya keruh dan banyak alat pengeruk pasir beroperasi,” ujarnya, Selasa [12/3/2024].
Riski, pedagang ikan di Pasar Aurduri Kota Jambi, menjelaskan bahwa penjualan ikan patin berkurang dikarenakan sedikitnya pasokan.
“Harga ikan patin lepas, yaitu asli dari Sungai Batanghari, sekitar Rp45.000 per kilogram, sementara patin keramba hanya Rp22.000 ribu per kilogram,” jelasnya, Selasa [12/03/2024].
Air sungai tercemar
Gubernur Jambi Al Haris, dikutip dari Republika, menyatakan bahwa pencemaran air Sungai Batanghari telah mendekati ambang batas maksimal baku mutu produksi air minum.
“Air perusahaan daerah air minum [PDAM] yang mengalir dari Sungai Batanghari dikonsumsi sekitar dua juta warga,” jelasnya, Sabtu [13/8/2022].
Tingkat pencemarannya, diperkirakan mencapai 49,9 persen dari baku mutu produksi air PDAM, yang maksimal 51 persen. Pencemaran air di sungai sepanjang 800 kilometer itu, terlihat dari perubahan warna yang cenderung cokelat pekat.
“Pemicu pencemaran berasal dari pertambangan tanpa izin, kontaminasi zat kimia, hingga perilaku masyarakat yang membuang sampah rumah tangga ke sungai. Pemprov Jambi telah meluncurkan program Batanghari Bersih sebagai upaya menormalisasi aliran sungai, melalui pelibatan tokoh masyarakat bersama pemerintah daerah,” jelasnya.
Dwi Nanto, Manajer kajian WALHI Jambi, mengatakan keberlangsungan hubungan masyarakat Jambi dengan Sungai Batanghari terancam, dikarenakan kondisi sungai yang semakin tercemar dan kotor, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
“Hal ini diakibatkan aktivitas sektor industri di Sungai Batanghari,” jelasnya, akhir Mei 2024.
Keragaman ikan patin
Dr. Tedjo Sukmono, M.Si, peneliti Biologi dari Universitas Jambi, menjelaskan bahwa pencemaran air di Sungai Batanghari berkaitan erat dengan ikan patin.
“Ikan patin ada yang dibudidaya dan liar. Pada ikan patin budidaya, kondisi air tidak begitu berpengaruh. Akan tetapi pada ikan patin liar, pencemaran air memiliki dampak signifikan,” ujarnya di Kota Jambi, awal Januari 2024.
Ikan patin [Pangasius sp.] terdapat sekitar 12 spesies, namun umumnya masyarakat hanya mengenal dua jenis, yaitu patin sungai dan patin keramba. Sementara, spesies lain seperti patin muncung, patin lubuk, patin kunyit, patin jangkar, dan patin juaro kurang mendapat perhatian.
“Semakin bergeser dan difokuskan pada jenis tertentu, seperti patin jangkar,” terangnya.
Tedjo mengatakan, berdasarkan penelitiannya tentang ikan di Sungai Batanghari sejak 2008, terlihat bahwa aktivitas penambangan dapat membuat air keruh, mengubah kandungan oksigen, dan mengganggu habitat ikan.
Pencemaran perlu dinilai berdasarkan baku mutu air, yang mengatur kualitas air untuk keperluan minum dan juga untuk kehidupan ikan.
“Jika melebihi ambang batas pencemaran, maka perlu dicari penyebabnya. Sebut saja, apakah dikarenakan penambangan, rusaknya hutan, atau akibat limbah.”
Pencemaran dapat menyebabkan ikan patin liar di Sungai Batanghari makin terpinggirkan.
“Perlindungan sungai dan upaya mempertahankan keragaman spesies merupakan tantangan yang perlu perhatian dan tindakan bersama. Semua pihak harus bersatu, menjaga kelestarian Batanghari,” tegasnya.
* Pauzan dan Amelia Putri, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jambi. Tulisan ini hasil pelatihan yang digelar Mongabay Indonesia di Jambi.
Menelusuri Batanghari, Sungai Kebanggaan Sumatera yang Kian Merana