- Simpanse liar yang sakit rupanya makan tanaman yang mengandung obat.
- Penelitian yang berlokasi di hutan Budongo, Uganda, mengamati perilaku dua kelompok simpanse timur (Pan troglodytes schweinfurthii) yang beranggotakan kurang lebih 68 individu dan 105 individu. Ada sebanyak 13 spesies tanaman yang dikonsumsi simpanse yang sakit maupun cedera.
- Individu dengan cedera diamati secara langsung menelan kulit kayu dan resin Khaya anthotheca, daun muda Whitefelida elongata, kulit kayu Cynometra alexandri, dan pakis Christella parasitica
- Penelitian juga menemukan individu yang menunjukkan gejala sakit pernapasan teramati menelan kulit kayu Cynometra alexandri dan kulit kayu serta resin Khaya anthotheca.
Simpanse liar yang sakit rupanya makan tanaman yang mengandung obat. Sekalipun tanaman itu tidak bernutrisi, beracun, bahkan dari pohon yang telah mati. Bagi simpanse mengonsumsi tanaman bukan hanya karena butuh makan agar bertenaga. Namun juga agar sehat atau sembuh dari sakit tertentu.
Hasil penelitian itu diterbitkan pada 20 Juni lalu, atau kurang dari satu bulan saat peringatan Hari Simpanse Sedunia yang jatuh pada 14 Juli. Simpanse merupakan salah satu kera besar yang diketahui mempraktikkan penyembuhan mandiri. Sebelumnya pernah dilaporkan orangutan Sumatera mengolesi sendiri luka yang diderita dengan daun yang mengandung obat.
Penelitian yang berlokasi di hutan Budongo, Uganda, mengamati perilaku dua kelompok simpanse timur (Pan troglodytes schweinfurthii) yang beranggotakan kurang lebih 68 individu dan 105 individu. Ada sebanyak 13 spesies tanaman yang dikonsumsi simpanse yang sakit maupun cedera. Mereka makan daun, batang, kulit kayu, empulur, juga pakis. Pengamatan dilakukan selama delapan bulan.
Sebelumnya simpanse liar telah diketahui menunjukkan pengobatan mandiri dengan cara menelan daun tertentu, dan mengunyah empulur yang pahit. Keduanya dilakukan untuk mengeluarkan parasit di dalam perut simpanse.
Dalam penelitian terungkap simpanse rupanya juga makan kulit kayu, kayu mati dan kambium yang telah membusuk. Pada pohon jenis tertentu, di dalam kayunya terdapat resin yang menjadi target simpanse.
“Individu dengan cedera diamati secara langsung menelan kulit kayu dan resin Khaya anthotheca, daun muda Whitefelida elongata, kulit kayu Cynometra alexandri, dan pakis Christella parasitica,” tulis laporan yang dimuat dalam jurnal Plos One itu.
Penelitian juga menemukan individu yang menunjukkan gejala sakit pernapasan teramati menelan kulit kayu Cynometra alexandri dan kulit kayu serta resin Khaya anthotheca. Individu yang memiliki gangguan air kencing makan kayu mati Cleistopholis patens, kulit kayu dan resin Khaya anthotheca, dan empulur Marantochloa leucantha.
Baca : Kera Raksasa Itu Punah, Ini Penyebabnya

Individu dengan kasus diare teramati mengonsumsi kayu mati Alstonia boonei dan Cleistopholis patens, kulit kayu dan resin Khaya anthotheca, serta daun Whitefelida elongata. Sementara individu yang terinfeksi parasit mengonsumsi kulit kayu Scutia myrtina dan Cynometra alexanderi, kayu mati Alstonia boonei dan Cleistopholis patens, kulit dan resin Khaya anthotheca, daun Whitefelida elongata, serta empulur Acanthus polystachyus dan Marantochloa leucantha.
Dari beberapa jenis tanaman yang dikonsumsi simpanse, Khaya anthotheca dan Alstonia boonei diketahui merupakan dua spesies antibakteri yang terkuat. Jenis tanaman yang memiliki khasiat anti peradangan terkuat adalah Christella parasitica dan Khaya anthotheca. Sementara spesies tanaman Syzygium guineense lewat uji antibakteri terbukti efektif untuk sebgaian besar strain bakteri.
“Temuan kami memberikan dukungan kuat bahwa makan kulit kayu dan kayu mati dari tanaman spesies tertentu dapat menjadi perilaku pengobatan mandiri baru pada simpanse liar,” tulis laporan itu.
Para peneliti memberi catatan perlunya kajian multidisiplin dalam bidang zoofarmakognisi yang berpotensi menghasilkan temuan obat baru yang bermanfaat bagi manusia.
Dalam penelitian lainnya (2021), simpanse di Gabon, Afrika Barat, diketahui mengolesi luka dengan serangga yang dilumat. Menariknya, selain untuk mengobati luka sendiri, perilaku ini juga dilakukan untuk mengobati simpanse lain. Secara tradisional, manusia juga memanfaatkan binatang untuk mengobati luka. Misalnya, lendir bekicot yang dimanfaatkan untuk mengobati radang. Apakah cara pengobatan semacam ini diwariskan dari leluhur yang sama?
Baca juga : Demi Bercinta, Agresivitas Bonobo Jantan Ternyata Melebihi Simpanse

Para ahli menyepakati bahwa kera merupakan kerabat terdekat manusia. Carl Linnaeus, bapak taksonomi modern, bahkan menempatkan manusia dan kera dalam ordo primata (Anthropomorpha). Dengan simpanse manusia berbagi DNA sebanyak 98,6 persen.
Setiap 14 Juli kita merayakannya sebagai Hari Simpanse Sedunia. Tanggal itu untuk mengenang kali pertama Jane Goodall tiba di Gombe, Tanzania, dalam rangka meneliti simpanse, pada 1960.
Sebelumnya tidak banyak yang diketahui ilmu pengetahuan tentang simpanse. Namun Goodall berjasa membuka mata dunia bahwa simpanse adalah spesies yang memiliki kecerdasan tinggi, daya ingat, emosi, hirarki sosial, mampu menyelesaikan masalah, dan membuat alat. Semua keunggulan itu membuat batas definisi antara manusia dan nonmanusia semakin tipis. Mempelajari simpanse adalah mempelajari manusia itu sendiri. (***)
Wawancara: Jane Goodall 90 Tahun, Bicara Harapan dan Empati pada Alam