- Ikan pelangi sulawesi atau “beseng-beseng” merupakan jenis ikan air tawar unik dan endemik Sulawesi. Ikan ini memiliki pola warna menawan dan bahkan tubuhnya transparan, sehingga organ dalamnya tembus pandang, terutama gelembung renangnya.
- Ikan air tawar ini panjangnya hanya 44,1 mm untuk jantan dan 43,8 mm untuk betina. Sebarannya hanya ada di beberapa sungai di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti di Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Gowa.
- Ikan enedemik ini merupakan satu di antara beberapa fauna yang menjadi komoditi ekspor Provinsi Sulawesi Selatan ke mancanegara. Namun, tidak banyak masyarakat yang mengenalnya.
- Ikan endemik ini masuk daftar merah IUCN dengan status Rentan [Vulnerable/VU], akibat perdagagan untuk dipelihara di akuarium baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Ikan pelangi merupakan ikan endemik Indonesia. Jenis ini bisa ditemukan di Papua, terutama di Danau Sentani.
Namun, di Pulau Sulawesi juga ada ikan pelangi endemik yang sebarannya cukup terbatas di beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti di Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Gowa.
Ikan ini memiliki nama ilmiah Marosatherina ladigesi dan nama dagang; ikan pelangi sulawesi atau Celebes rainbow. Masyarakat lokal sering menyebutnya “beseng-beseng”. Warna tubuhnya yang menawan, membuatnya begitu familiar di kalangan pencinta ikan hias.
Berdasarkan penjelasan International Union for Conservation of Nature [IUCN], ikan air tawar ini panjangnya hanya 44,1 mm untuk jantan dan betina sekitar 43,8 mm.
Jantan terlihat lebih berwarna dibandingkan betina dan mengembangkan ekstensi warna-warni pada sirip punggung dan dubur kedua, sehingga menjadi prioritas penangkapan di alam liar.
IUCN memberikan kategori Rentan [Vulnerable/VU] akibat eksploitasi berlebihan untuk perdagangan sebagai peliharaan di akuarium yang terjadi bertahun-tahun. Terutama, ikan jantan karena penampilannya yang menarik tersebut. Bahkan perdagangan ikan pelangi Sulawesi hingga saat ini banyak ditawarkan di toko-toko online.
Ikan pelangi sulawesi komoditi ekspor
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Renny Kurnia Hadiaty dari LIPI [saat ini BRIN], keunikan ikan endemik ini adalah pola warna yang menarik dengan warna dominan ditubuhnya hijau toska metalik, kuning-kunyit, dan hitam.
Bila dilihat dari samping, semburat garis hijau toska metalik di tengah tubuhnya, semula berupa bintik-bintik yang kemudian menyerupai garis dan kian melebar ke arah batang ekor. Lalu, sisik punggung dengan bintik-bintik keperakan terlihat di bagian distalnya. Sisik ventral tubuh dari belakang sirip punggung pertamanya sampai batang ekor berwarna kuning kunyit.
Keunikan lainnya, ikan “beseng-beseng” ini memiliki tubuh transparan, sehingga organ dalamnya tembus pandang, terutama gelembung renangnya.
“Ikan pelangi sulawesi hidup di hulu sungai, yang cirinya berdasar pasir, kerikil sampai berbatu. Ikan ini menyukai perairan jernih dan mengalir,” terang Renny dalam penelitiannya.
Dijelaskannya, jenis ini merupakan satu di antara beberapa fauna yang menjadi komoditi ekspor Provinsi Sulawesi Selatan ke mancanegara. Namun, tidak banyak masyarakat yang mengenalnya. Kemungkinan besar, karena populasinya sudah menurun tajam, sehingga hanya penangkap pengumpul dan kerabatnya yang tahu benar tentang ikan ini.
“Hal yang sangat mengganggu dan menyedihkan adalah kenyataan akan kepunahan ikan ini di alam, sementara di internet dinyatakan bahwa sesungguhnya tidak sulit untuk dibudidayakan. Bahkan, ada informasi bahwa untuk memenuhi keburuhan pasar ikan hias dunia, ikan pelangi sulawesi sudah diproduksi secara massal di Singapura dan Republik Checnya,” tulisnya.
Menurut dia, perlu dilakukan tindakan segera untuk mencegah punahnya ikan pelangi sulawesi di habitat aslinya.
“Bila tidak, dikhawatirkan generasi mendatang hanya mendengar atau mengenali gambarnya saja.”
Haryono, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN, dalam acara Bincang Alam Mongabay, Kamis [27/6/2024], dengan topik “Mengenal Ikan Endemik Indonesia dan Upaya Penyelamatan Populasinya” menjelaskan beberapa permasalahan konservasi ikan endemik Indonesia.
Utamanya adalah komoditas ikan budidaya, konsumsi atau hias, yang merupakan ikan asli Indonesia termasuk ikan endemik, ternyata masih sedikit dibandingkan ikan introduksi. Tingkat penangkapan dan pemanfaatan yang tinggi dan secara bersamaan, juga menyebabkan rusaknya habitat ikan.
“Kesadaran kita untuk memanfaatkan ikan asli masih rendah, sehingga populasinya menurun yang berakibat bertambahnya daftar jenis ikan terancam punah di Indonesia,” paparnya.