Di media sosial, banyak tersebar video yang viral menampilkan seekor kucing rumahan yang sigap mampu menghindari dan melawan sergapan ular berbisa. Kita mungkin tak pernah menyangka bagaimana hewan peliharaan paling populer di Indonesia tersebut memiliki kemampuan luar biasa tersebut. Ternyata, aksi sang kucing ini, yang sering kali terlihat spontan dan naluriah, sebenarnya merupakan hasil dari evolusi jutaan tahun yang telah mengasah sistem saraf kucing menjadi mesin reaksi yang sangat efisien.
View this post on Instagram
Kecepatan reaksi rata-rata kucing sekitar 20-70 milidetik (kira-kira 15 kali lebih cepat dan refleks manusia), dibandingkan dengan ular yang memiliki kecepatan reaksi 44-70 milidetik. Hal ini menunjukkan betapa tajam dan responsifnya kucing saat menghadapi ancaman. Kemampuan kucing untuk bereaksi terhadap ancaman dengan kecepatan dan ketepatan yang mencengangkan bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari adaptasi yang telah teruji waktu.
Baca juga: Mengapa Kucing Sering Disebut Hewan yang “Punya Sembilan Nyawa”?
Sistem Sensor dan Saraf Kucing
Sistem saraf kucing adalah sebuah mahakarya evolusi yang telah disempurnakan selama ribuan generasi, menghasilkan predator yang tangguh dan adaptif. Mata kucing, dengan pupil vertikal yang khas, bukan hanya indah dipandang, tetapi juga merupakan alat penglihatan yang sangat efektif. Dilengkapi dengan sel batang (rod cell) yang banyak, mata kucing memungkinkan mereka melihat dengan jelas bahkan dalam kondisi cahaya redup, memberikan keuntungan besar saat berburu mangsa di malam hari.
@plutosdestinyThe average cat’s reaction time is 20-70 ms which is faster than the average snake’s reaction time with 44-70 ms♬ My kind of women – 𝐀𝐮𝐝𝐢𝗼𝐬
Telinga mereka yang besar dan dapat berputar secara independen, mampu mendeteksi frekuensi suara hingga 64 kHz, jauh melampaui kemampuan pendengaran manusia. Ini membantu mereka menemukan mangsa yang tersembunyi di balik semak-semak atau merasakan getaran langkah kaki predator yang mendekat.
Selain mata dan telinga yang tajam, kumis kucing (vibrissae) juga memainkan peran penting dalam kemampuan sensorik mereka. Kumis ini bukanlah sekadar hiasan wajah, melainkan organ sensorik yang sangat sensitif terhadap getaran dan perubahan aliran udara. Dengan kumisnya, kucing dapat menavigasi dalam kegelapan total, mendeteksi pergerakan mangsa yang nyaris tak terdengar, dan bahkan merasakan perubahan tekanan udara yang menandakan datangnya badai.
Baca juga: Jaguarundi: Kucing Liar Misterius yang Mirip Berang-berang
Otak kucing, meskipun relatif kecil dibandingkan ukuran tubuhnya, sangat efisien dalam memproses informasi sensorik ini. Sinyal-sinyal dari mata, telinga, dan kumis dengan cepat diinterpretasikan, memungkinkan kucing untuk membuat keputusan secepat kilat dan merespons ancaman dalam hitungan milidetik. Kecepatan pemrosesan informasi ini sangat penting dalam situasi hidup atau mati, seperti saat berhadapan dengan ular berbisa.
Refleks Kucing yang Cepat dan Tepat
Kecepatan refleks kucing bukan hanya soal kecepatan, tapi juga tentang ketepatan dan koordinasi yang luar biasa. Salah satu contoh paling mengesankan adalah refleks meluruskan kucing, yang sering disebut sebagai “cat righting reflex“. Ketika jatuh dari ketinggian, kucing secara naluriah memutar tubuhnya di udara, menggunakan ekornya sebagai kemudi, untuk memastikan mereka mendarat dengan aman di atas kaki mereka. Refleks ini, yang melibatkan koordinasi kompleks antara sistem vestibular di telinga bagian dalam (yang mengatur keseimbangan), mata, dan otot-otot tubuh, telah menyelamatkan nyawa kucing dan menjadi bukti kehebatan adaptasi evolusioner mereka.
Baca juga: Siapa Sangka, Kucing Kecil dan Imut ini Paling Mematikan di Dunia
Selain refleks meluruskan, kucing juga memiliki refleks tendon dalam yang memungkinkan mereka merespons sentuhan atau tekanan pada tendon secara otomatis. Refleks ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan koordinasi saat berlari, melompat, atau memanjat, memungkinkan kucing untuk bergerak dengan lincah dan anggun di berbagai medan.
Otot-Otot Kucing: Kekuatan di Balik Kecepatan
Kecepatan dan kelincahan kucing tidak hanya bergantung pada sistem saraf mereka yang canggih, tetapi juga pada otot-otot mereka yang luar biasa. Otot-otot kucing didominasi oleh serat otot “fast-twitch” yang memungkinkan kontraksi cepat dan kuat. Serat otot ini adalah kunci di balik kemampuan kucing untuk berlari dengan kecepatan hingga 48 km/jam, melompat hingga enam kali tinggi badan mereka, dan menerkam mangsa dengan akurasi yang mematikan. Kombinasi antara sistem saraf yang cepat dan otot-otot yang kuat memungkinkan kucing untuk melakukan gerakan-gerakan akrobatik yang menakjubkan, seperti yang terlihat dalam video viral kucing melawan ular.
Baca juga: Inilah Penjelasan Mengapa Kucing Takut Pada Timun
Pembelajaran dan Adaptasi Kucing
Meskipun banyak refleks kucing bersifat naluriah, ternyata mereka juga mampu belajar dan beradaptasi melalui pengalaman. Kemampuan belajar ini sangat penting dalam interaksi mereka dengan ular. Kucing yang sering bertemu ular, misalnya, akan mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk menghindari gigitan dan bahkan melawan balik. Mereka belajar mengenali perilaku ular, mengantisipasi serangan, dan menggunakan kecepatan serta kelincahan mereka untuk menghindari bahaya. Kemampuan belajar ini, dikombinasikan dengan naluri bertahan hidup mereka yang kuat, menjadikan kucing salah satu predator paling tangguh dan mudah beradaptasi di planet ini.