- Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 bertekad untuk mengurangi emisi hingga 50% dibanding rata-rata olimpiade sebelumnya menjadikannya olimpiade terhijau
- Upaya menjadikan olimpiade terhijau dengan menggunakan 95% infrastruktur yang sudah ada dan didesain rendah emisi.
- Panitia dan peserta juga menggunakan kereta api, transportasi umum listrik, dan jalur sepeda yang luas, serta penggunaan listrik nonfosil dan terbarukan, juga generator biodiesel.
- Kebutuhan makanan dan minuman 100% dari Prancis dan diangkut dengan transportasi darat.
Perjanjian Paris 2015 tentang Perubahan Iklim menyepakati setiap negara untuk memangkas emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global dan mencegah kenaikan suhu global lebih dari 1,5 derajat celsius. Kala itu sebanyak 196 negara mengadobsi Perjanjian Paris. Masing-masing negara sesuai dengan kemampuannya menetapkan target pengurangan dan Indonesia ada di dalamnya.
Sembilan tahun berlalu, kini Prancis punya panggung untuk memberi contoh nyata sekaligus membuktikan komitmennya. Pesta olah raga dunia yang diselenggarakan di negara itu kali ini disiapkan menjadi olimpiade paling hijau.
Penyelenggara bertekad untuk mengurangi emisi yang dihasilkan hingga 50 persen dibanding emisi rata-rata Olimpiade London (2012), Rio (2016), juga masih lebih rendah dibanding Olimpiade Tokyo (2021) yang dilaksanakan tanpa penonton karena pandemi Covid 19.
Langkah Hijau
Agar selaras dengan Perjanjian Paris, pihak penyelenggara mengklaim infrastruktur untuk penyelenggaraan olimpiade kali ini 95 persen merupakan bangunan atau fasilitas yang sudah ada. Baik bangunan permanen maupun sementara semua menggunakan desain rendah emisi.
Transportasi juga mendapat perhatian utama. Lima kontingen yaitu dari Belgia, Jerman, Belanda, Swiss, dan Inggris bakal datang ke Prancis menggunakan kereta api dibanding pesawat. Lokasi pertandingan disusun sedemikian rupa sehingga penonton bisa datang menggunakan transportasi umum yang sebagian besar menggunakan listrik, gas, dan hidrogen. Ada jalur sepeda sepanjang 418 yang dibangun menuju lokasi pertandingan.
Panitia telah mempersiapkan 100 persen kebutuhan makan dan minum untuk atlet bersumber dari Prancis sendiri, dan kesemuanya diangkut memakai transportasi darat. Kali ini ada lebih banyak pilihan makanan nabati dibanding hewani. Porsi dan pasokan makanan pun diatur sedemikian rupa sehingga mencegah pemborosan. Makanan sisa akan disumbangkan, dan limbahnya akan menjadi pakan ternak, kompos, dan energi.
Baca : Polusi Udara, Pembunuh Senyap di Jabodetabek

Sementara kebutuhan energi listrik akan dipenuhi oleh jaringan listrik nonfosil dan terbarukan. Jika memerlukan cadangan, maka yang dioperasikan adalah generator listrik biodiesel bukan solar seperti generator pada umumnya. Semua lokasi penyelenggaraan juga terhubung dengan listrik bertenaga angin dan surya.
Bangunan baru berupa kompleks penginapan atlet yang disebut sebagai Desa Olimpiade dibangun dengan konsep hemat energi, menggunakan bahan daur ulang, dan bisa dimanfaatkan kembali setelah pesta olah raga berakhir. Usai gelaran, Desa Olimpiade bisa dialihfungsikan sebagai perumahan dan kantor untuk sekitar 12 ribu jiwa.
Dalam laporan lainnya menyebutkan, permukiman ini dibangun tanpa pendingin udara. Untuk membuatnya tetap dingin pada musim panas, bangunan dilengkapi dengan isolator yang mampu memantulkan panas sehingga ruangan tetap nyaman. Sementara saat musim dingin, pipa di bawah lantai yang terhubung dengan pembangkit listrik tenaga panas bumi akan menghangatkan ruangan.
Hal menarik lainnya, atlet yang menerima medali akan membawa Eiffel bersamanya. Pasalnya, setiap medali akan dilengkapi 18 gram logam asli menara Eiffel. Logam itu merupakan material renovasi menara ikonik itu yang jika “dibuang” terlalu sayang karena memiliki sejarah dan kenangan tersendiri. Sementara logam emas, perak, dan perunggu yang digunakan sebagai bahan utama medali merupakan hasil daur ulang yang tersertifikasi.
Acara pembukaan olimpiade yang selalu dikemas spektakuler, melibatkan tata cahaya dan kembang api berbiaya besar, serta menghasilkan emisi yang tidak sedikit. Era gigantisme telah usia. Panitia Olimpiade Paris memberi sentuhan lain dan bisa jadi menandai era baru penyelenggaraan acara-acara serupa.
Upacara pembukaan Paris 2024 tidak diadakan di stadion, melainkan Sungai Seine. Sungai sepanjang 777 km ini membelah kota Paris menjadi dua. Selama ini, selain menjadi jalur transportasi Sungai Seine juga menjadi tujuan wisata. Pilihan memindah acara pembukaan yang biasanya di dalam stadion ke luar stadion untuk menghilangkan sifat eksklusif.
Sementara sekitar 30 perahu yang digerakkan dengan tenaga listrik akan ikut ambil bagian memeriahkan acara tersebut. Penggunaan perahu dan pelayaran sungai kali ini bisa menjadi simbol transisi energi bagi moda ramah lingkungan dan berkelanjutan. Apalagi Sungai Seine juga dipakai sebagai jalur transportasi angkutan barang selama olimpiade.

Bukan Tanpa Kritik
Meski sejumlah langkah memberi harapan baru akan sebuah olimpiade yang bersih, hijau, dan berkelanjutan, namun beberapa kalangan masih menyoroti keseriusan panitia penyelenggara olimpiade kali ini.
Misalnya tentang kelayakan Sungai Seine sebagai tempat acara pembukaan dan lomba di cabang olah raga air itu. Terdapat laporan bahwa tingkat bakteri coli di sungai itu masih tinggi. Mengutip Phys, warga yang kesal karena pemerintah dianggap lebih mementingkan olimpiade dibanding masalah mereka, mengancam akan membuang kotoran ke sungai tersebut.
Pelaksanaan lomba di cabang selancar juga sempat mendapat protes warga Tahiti, kepulauan di Samudera Pasifik yang menjadi wilayah Prancis. Warga memprotes sejumlah rencana pembangunan yang berakhir dengan kesepakatan infrastruktur baru akan dibangun seminimal mungkin. Peserta tinggal di kapal pesiar, sementara panitia, wartawan, dan tamu lainnya tinggal di rumah penduduk atau homestay.
Namun masih ada yang tersisa, panitia memaksakan pembangunan menara penjurian yang merusak terumbu karang meski ukurannya sudah diperkecil. Bagi masyarakat Tahiti, terumbu karang adalah warisan leluhur yang sangat dihormati.
Jika Olimpiade Paris akhirnya sukses sebagai pesta olah raga paling hijau, maka dia potensial menjadi standar bagi ajang-ajang berikutnya. Penyelenggaraan serupa, meski lebih kecil sangat mungkin menerapkan cara yang sama. (***)
Kubung Sunda, Mamalia Melayang yang Menginspirasi Olahraga Wingsuit Flying