- Penyelundupan satwa liar langka dan endemik Indonesia ke luar negeri terus terjadi. Tiga kasus yang terungkap baru-baru ini di Jakarta, upaya penyelundupan satwa liar ke India melalui bandara.
- Gatot Sugeng Wibowo, Kepala Bea Cukai Soekarno-Hatta mengatakan, modus para pelaku mengelabui petugas dengan memasukkan satwa itu ke bungkus makanan dan pakaian.
- Dwi Nugroho Adhiasto, ahli konservasi dan penegakan hukum satwa liar mengatakan, dalam tiga tahun terakhir perdagangan satwa liar dilindungi marak di India. Satwa endemik Indonesia seperti cendrawasih hingga orangutan dihargai tinggi di sana.
- India, sebenarnya hanya tempat transit saja sebelum satwa liar ini diperjualbelikan secara luas. Satwa liar itu, kemudian dipasok ke berbagai negara seperti Timur Tengah.
Penyelundupan satwa liar langka dan endemik Indonesia ke luar negeri terus terjadi. Tiga kasus yang terungkap baru-baru ini di Jakarta, upaya penyelundupan satwa liar ke India melalui bandara.
Awal Juli lalu, petugas Bea Cukai Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, menggagalkan upaya penyelundupan dua cendrawasih dan satu berang-berang cakar kuning ke India. Pelakunya, aktor sekaligus produser film Bollywood, Raama Mehra.
Kasus serupa pun terulang lagi pada 29 Juli lalu, tak tanggung-tanggung, sekitar 58 satwa dilindungi coba untuk diselundupkan ke India lewat bandara yang sama. Satwa-satwa itu terdiri dari 50 burung, lima primata dan satu marsupial. Sebanyak 10 warga India diamankan.
Kasus ini terungkap dari atas kerjasama Bea Cukai dan Aviation Security (Avsec) PT Angkasa Pura II Bandara Soetta. Kala itu, petugas mencurigai empat koper penumpang yang bekerja sebagai supir dan sales properti.
Petugas memeriksa koper penumpang tujuan Mumbai, India dengan maskapai IndiGo Air. Hasilnya, petugas menemukan 30 burung endemik di masing-masing koper. Burung-burung itu antara lain, 12 maleo senkawor, dua cendrawasih mati kawat, enam cendrawasih belah rotan, tujuh kolibri black sunbird dan dua kolibri kelapa.
Gatot Sugeng Wibowo, Kepala Bea Cukai Soekarno-Hatta mengatakan, modus para pelaku mengelabui petugas dengan memasukkan satwa itu ke bungkus makanan dan pakaian.
“Modusnya dimasukkan ke (wadah) rotan. Kamuflasenya ada pakaian sandal dan makanan. Ini untuk mengelabui petugas, di x-ray terkelabui. Karena kejelian petugas hingga ini ditemukan, kelihatan dari bentuk,” katanya usai konferensi pers 7 Agustus lalu.
Kepada petugas, para pelaku mengaku hanya kurir yang diminta membawa koper-koper ke seorang di India. Pelaku diiming-imingi mendapatkan pekerjaan hingga sepakat bawa koper ke India.
Tiga hari berselang, petugas mengungkap kasus lagi pada 1 Agustus 2024. Lagi-lagi upaya penyelundupan satwa langka ke India, dan lima warga India diamankan. Kali ini, pelaku pakai maskapai Malindo Air tujuan akhir Bengaluru, India.
Para pelaku kedapatan membawa enam koper berisi 26 satwa dilindungi, seperti cendrawasih kuning kecil, cendrawasih mati kawat, cendrawasih kerah besar, burung raja perling Sulawesi, elang alap kelabu, tarsius dan kuskus.
Para penyelundup ini, kata Gatot, mengaku diiming-imingi liburan ke Indonesia ditambah upah 10.000 Rupee atau sekitar Rp2 juta oleh seseorang di India.
“Penumpang kemudian diamankan ke Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta untuk pemeriksaan lebih lanjut,” katanya.
Gatot bilang, pengungkapan kasus ini menambah daftar pelanggaran perjanjian International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Sebab, cendrawasih, elang alap kelabu, tarsius, dan kuskus merupakan satwa dilindungi, masuk Appendix II CITES.
Untuk membawa satwa-satwa ini, katanya, perlu dokumen perizinan khusus sesuai PermenLHK P.106/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Ada kolibri dan raja perling Sulawesi, termasuk burung status konservasi risiko rendah namun tetap harus diawasi kelestariannya di alam liar untuk menghindari kepunahan.
Berdasarkan United Nations Environment Programme (UNEP), katanya, India merupakan negara risiko tinggi perdagangan satwa liar melalui jalur transportasi udara.
“India salah satu negara perdagangan satwa langka yang sangat tinggi, sangat laku di sana. Ini menarik sekali, burung dari Indonesia salah satunya terutama di Asia Tenggara masuk sasaran,” kata Gatot.
Dia bilang, permintaan satwa eksotis Asia Tenggara terutama Indonesia untuk jadi peliharaan meningkat di India. Hal ini membuat para pemasok terus berburu untuk memenuhi permintaan pasar gelap.
Marak ke India
Dwi Nugroho Adhiasto, ahli konservasi dan penegakan hukum satwa liar mengatakan, dalam tiga tahun terakhir perdagangan satwa liar dilindungi marak di India. Satwa endemik Indonesia seperti cendrawasih hingga orangutan dihargai tinggi di sana.
“Kalau kita lihat dari jaringan yang saya analisa itu, penyelundupan dari Indonesia ke India yang sering terdengar di daerah Mizoram,” katanya kepada Mongabay, 11 Agustus 2024.
Mizoram, merupakan negara bagian India yang berdekatan dengan Bangladesh dan Myanmar. Kawasan itu diduga lokasi gelap perdagangan satwa langka. Jalur penyelundupannya, dari Indonesia, Malaysia dan Thailand.
“Jadi itu jalur penyelundupan satwa Indonesia itu melalui Malaysia, Selat Malaka kemudian semenanjung Malaysia , ke Utara Thailand, seberang ke Myanmar lalu ke Mizoram.”
India, sebenarnya hanya tempat transit saja sebelum satwa liar ini diperjualbelikan secara luas. Satwa liar itu, katanya, kemudian dipasok ke berbagai negara seperti Timur Tengah.
“Dari pengungkapan kasus di Mizoram oleh otoritas India hanya tempat transit, ya memang dipake sebelumnya, diperdagangkan tadi ke luar daerah,” katanya.
Yang menarik dari kasus yang diungkap Bea Cukai Bandara Soetta adalah para pelaku nekat berupaya menyelundupkan satwa liar lewat jalur udara, apalagi disimpan di bagasi penumpang. Bandara Soetta, katanya, terbukti memiliki tingkat pengamanan ketat.
“Kan kalau mereka pelaku profesional ya tentu paham dengan risiko besar itu. Misal orangutan dan monyet Sulawesi tidak lewat bandara tapi lewat pelabuhan laut,” katanya.
Analisis Dwi, ada dua kemungkinan para pelaku nekad menyelundupkan satwa liar lewat bandara. Pertama, para pelaku tidak mengetahui tentang sistem keamanan di bandara. Kedua, upaya penyelundupan lewat bandara itu sengaja dilakukan para pelaku sebagai strategi melancarkan aksi dengan modus lain.
Terpenting lagi, kata Dwi, aparat penegak hukum harus mengungkap jaringan penyelundupan ini termasuk penyuplai satwa liar yang dia duga teroganisir.
“Itu juga jauh lebih penting, karena mendapatkan cendrawasih hidup kemudian jenis maleo itu gak gampang. Apalagi itu dari Indonesia Timur. Pasti ada jaringannya yang menyediakan burung-burung itu dan jumlahnya banyak.”
Dwi bilang, penyelundupan satwa langka terus terjadi apabila ada permintaan. Modus pun, akan terus berkembang termasuk para pihak yang terlibat dari berbagai latar belakang.
Tak hanya ke mancanegara, permintaan satwa langka di dalam negeri juga tinggi.
Data dari Garda Animalia menyebut, perdagangan ilegal melalui media sosial Facebook kurun waktu 2018-Juni 2024, ada 77.357 satwa terpantau diperdagangkan.
Banyaknya satwa yang diperdagangkan membuat permintaan tinggi. Setidaknya, ada 100.701 iklan yang memperdagangkan satwa dari 1.289 grup Facebook pada delapan zonasi grup yang dipetakan.
Pada kategori pelaku perdagangan, dominasi pelaku terbanyak adalah pedagang kecil 56,3%, peminat 37%. Hampir 98% pelaku perdagangan berjenis kelamin laki-laki. Periode 2018-Juni 2024, tercatat ada 133 spesies dilindungi terpantau diperdagangkan melalui grup jual beli Facebook.
********