Gempa megathrust adalah salah satu peristiwa alam paling dahsyat dan merusak di Bumi. Gempa besar ini terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik dipaksa masuk ke bawah lempeng lainnya. Proses subduksi ini menghasilkan akumulasi tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng. Ketika tegangan ini melampaui kekuatan batuan, terjadilah pelepasan energi secara tiba-tiba dalam bentuk gempa bumi, yang seringkali sangat dahsyat. Wilayah di sepanjang batas lempeng tempat gempa bumi ini berpotensi terjadi dikenal sebagai zona seismogenik. Seismologi, ilmu yang mempelajari gempa bumi, terus menggali lebih dalam tentang mekanisme dan dampak dari gempa megathrust ini.
Mongabay mengumpulkan sepuluh gempa megathrust terbesar yang pernah tercatat, merinci magnitudo, dampak, dan signifikansi historisnya, dari berbagai sumber.
-
Gempa Megathrust Valdivia 1960 di Chile
Gempa Valdivia 1960 di Chile tercatat sebagai gempa bumi megathrust paling kuat yang pernah tercatat, dengan magnitudo mengejutkan sebesar 9,5 pada skala Richter. Terjadi pada 22 Mei 1960, gempa ini adalah hasil dari subduksi Lempeng Nazca di bawah Lempeng Amerika Selatan. Peristiwa ini tidak hanya menghasilkan tsunami yang melintasi Samudra Pasifik, tetapi juga menyebabkan perubahan elevasi daratan yang signifikan di wilayah pesisir Chile.
Beberapa daerah mengalami penurunan hingga beberapa meter, sementara yang lain terangkat. Likuifaksi tanah juga terjadi di beberapa lokasi, memperparah kerusakan infrastruktur. Gempa ini menjadi pengingat akan kekuatan dahsyat alam dan pentingnya penelitian serta kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa megathrust. Korban jiwa dari bencana ini diperkirakan antara 1.000 hingga 6.000 orang.
Baca juga: Memahami Megathrust: Gempa Dahsyat yang Berpotensi Terjadi di Indonesia
-
Gempa Samudra Hindia 2004
Peristiwa megathrust monumental lainnya adalah Gempa Samudra Hindia 2004 di dekat Sumatra, dengan magnitudo berkisar antara 9,1. Gempa megathrust ini, yang terjadi pada 26 Desember 2004, memicu tsunami besar yang mendatangkan malapetaka di 14 negara, termasuk yang paling parah adalah di Indonesia, juga menerjang Thailand, Sri Lanka, dan India. Selain tsunami, gempa ini juga memicu longsor bawah laut sepanjang beberapa kilometer di bawah laut.
Bencana ini mengakibatkan hilangnya lebih dari 230.000 jiwa, menjadikannya salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah. Peristiwa ini juga mendorong pengembangan sistem peringatan dini tsunami di Samudra Hindia untuk mengurangi risiko bencana di masa depan.
-
Gempa Tōhoku di Jepang tahun 2011
Jepang mengalami salah satu bencana alam paling dahsyatnya pada 11 Maret 2011, ketika Gempa megathrust Tōhoku melanda dengan magnitudo 9,1. Gempa ini, diikuti oleh tsunami yang menghancurkan, menyebabkan kerusakan parah di Jepang timur laut dan menyebabkan bencana nuklir Fukushima Daiichi yang terkenal. Sekitar 15.897 orang tewas, dengan ribuan lainnya luka-luka atau hilang, meninggalkan dampak yang berkepanjangan pada wilayah tersebut.
Gempa Tōhoku menyoroti kerentanan infrastruktur kritis, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, terhadap gempa bumi dan tsunami, dan memicu tinjauan ulang standar keselamatan di seluruh dunia.
-
Gempa Alaska (AS) 1964
Di Amerika Serikat, Gempa Alaska 1964, juga dikenal sebagai Gempa Jumat Agung, tetap menjadi gempa paling kuat dalam sejarah Amerika Utara, dengan magnitudo 9,2. Pada 27 Maret 1964, gempa ini menyebabkan kerusakan signifikan di Anchorage dan menghasilkan tsunami yang mempengaruhi pantai Pasifik. Meskipun kekuatan gempa megathrust ini sangat besar, jumlah korban jiwa relatif rendah, dengan 131 kematian, sebagian karena kepadatan penduduk yang rendah di wilayah tersebut pada saat itu.
Baca juga: Terancam Gempa Magnitudo 8,7 dan Tsunami 10 Meter, Begini Upaya Mitigasi di Pesisir Selatan Jawa
-
Gempa Kamchatka 1952 di Rusia
Gempa Kamchatka 1952 di Rusia, dengan magnitudo 9,0, juga termasuk di antara gempa megathrust terbesar. Terjadi pada 4 November 1952, gempa megathrust ini menghasilkan tsunami yang menyebabkan kerusakan di Semenanjung Kamchatka dan bahkan mencapai Hawaii.
Lokasi gempa yang terpencil membatasi jumlah korban, menunjukkan sifat tak terduga dari peristiwa seismik ini.
-
Gempa Maule di Chile 2010
Chile sekali lagi dilanda gempa megathrust kuat pada 27 Februari 2010, yang dikenal sebagai Gempa Maule. Dengan magnitudo 8,8, gempa ini menyebabkan kerusakan luas di Chile bagian tengah, terutama di kota Concepción dan Santiago. Tsunami yang dihasilkan semakin berdampak pada wilayah pesisir, menyebabkan korban jiwa sekitar 525 orang. Gempa Maule menjadi studi kasus penting dalam memahami bagaimana bangunan dan infrastruktur merespons guncangan gempa yang kuat, memberikan informasi berharga untuk perbaikan desain dan konstruksi di wilayah rawan gempa.
-
Gempa Bumi Ekuador-Kolombia 1906
Peristiwa sejarah penting lainnya adalah Gempa Bumi Ekuador-Kolombia 1906, yang terjadi pada 31 Januari 1906, dengan magnitudo 8,8. Gempa megathrust ini menghasilkan tsunami yang mempengaruhi garis pantai Ekuador dan Kolombia, menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa. Korban jiwa dari bencana ini diperkirakan antara 500 hingga 1.500 orang.
-
Gempa Nias-Simeulue 2005
Indonesia, wilayah yang rawan aktivitas seismik, dilanda Gempa Nias-Simeulue pada 28 Maret 2005. Gempa ini terjadi pada pukul 23:09 waktu setempat dengan magnitudo 8,6 dan kedalaman sekitar 30 km di bawah permukaan laut. Episenter gempa berada di antara Pulau Nias dan Simeulue, sekitar 200 km sebelah barat Sibolga, Sumatra Utara.
Gempa ini menyebabkan kerusakan parah di Pulau Nias dan Simeulue. Di Nias, ribuan bangunan hancur, terutama di kota Gunungsitoli, yang merupakan kota terbesar di pulau tersebut. Sekitar 1.000 orang tewas di Nias, dengan 220 di antaranya di Gunungsitoli. Di Simeulue, sekitar 100 orang tewas dan banyak bangunan mengalami kerusakan signifikan.
Gempa ini juga dirasakan di berbagai wilayah lain, termasuk Sumatra, Thailand, Malaysia, dan bahkan sejauh Bangkok1. Di Banda Aceh, yang sebelumnya telah hancur akibat tsunami pada Desember 2004, gempa ini menyebabkan pemadaman listrik dan kepanikan massal, dengan ribuan orang melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi
-
Gempa Sumatra 2012
Pada 11 April 2012, gempa kuat lainnya melanda lepas pantai Sumatra, Indonesia. Gempa Samudra Hindia 2012 memiliki magnitudo 8,6 dan diikuti oleh serangkaian gempa susulan yang kuat. Meskipun magnitudonya signifikan, fokus gempa yang dalam meminimalkan korban jiwa dan kerusakan, menyoroti dinamika kompleks peristiwa seismik.
-
Gempa Arica 1868
Gempa terakhir dalam daftar ini adalah Gempa Arica 1868, yang melanda wilayah perbatasan Peru-Chile pada 13 Agustus 1868, dengan magnitudo diperkirakan antara 8,5 dan 9,0. Gempa ini menyebabkan kerusakan luas di kota Arica dan Arequipa dan menghasilkan tsunami yang mempengaruhi pantai Peru, Chile, Hawaii, dan bahkan mencapai Selandia Baru. Korban jiwa sangat menghancurkan, dengan sekitar 25.000 jiwa hilang.
Mitigasi Risiko dan Kesiapsiagaan: Kunci Menghadapi Gempa Megathrust
Sepuluh gempa megathrust ini menunjukkan kekuatan alam yang luar biasa dan dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh peristiwa semacam itu pada kehidupan manusia dan infrastruktur. Memahami gempa bumi megathrust, termasuk mekanisme terjadinya, dampaknya yang beragam, dan upaya mitigasi yang dilakukan, sangat penting untuk melindungi diri dari gempa bumi dan mempersiapkan diri menghadapi aktivitas seismik di masa depan.
Saat ini, penelitian gempa bumi dan pengembangan teknologi terus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kita dalam memprediksi dan merespons gempa megathrust, serta mitigasi risiko bencana gempa bumi, dengan tujuan melindungi masyarakat dan membangun ketahanan terhadap bencana alam. Upaya-upaya ini termasuk pengembangan sistem peringatan dini, perbaikan desain dan konstruksi bangunan tahan gempa, serta edukasi masyarakat tentang cara melindungi diri dari gempa bumi.