- Peternakan ayam masih banyak gunakan model kandang baterai yang tak menjamin kesehatan unggas. Praktik peternakan seperti ini juga bisa jadi bom waktu yang mengancam kesehatan masyarakat dan rawan menimbulkan wabah zoonosis. Animal Friend Jogja (AFJ) pun mendesak, pentingnya ayam bebas atau tanpa kandang.
- Mengembangkan peternakan ayam petelur tanpa kandang sangat penting. Mengutip Ourworldindata.org, jumlah ayam petelur setara populasi manusia, 8,3 miliar. Namun, sebagian besar hidup di kandang yang luas kurang dari selembar kertas A4. Jadi, tidak memungkinkan mereka melakukan perilaku alaminya.
- Kandang ayam tak jarang dengan kondisi manajemen kotoran buruk dan nihil pengelolaan limbah yang baik berkelindan dengan penggunaan obat-obatan antibiotik kimia yang terus-menerus.
- Ketika kesejahteraan ayam tak jadi prioritas, akan berimbas pada kesehatan manusia, seperti kasus flu burung. Wabah yang ditandai dengan virus H5 N1 ini merebak pada 2000-an awal karena sistem peternakan buruk hingga menyebabkan penyakit bagi manusia ke seluruh dunia.
Peternakan ayam masih banyak gunakan model kandang baterai yang tak menjamin kesejahteraan dan kesehatan unggas. Praktik peternakan seperti ini juga bisa jadi bom waktu yang mengancam kesehatan masyarakat dan rawan menimbulkan wabah zoonosis. Animal Friend Jogja (AFJ) pun mendesak, pentingnya ayam tanpa kandang.
Kandang ayam tak jarang dengan kondisi manajemen kotoran buruk dan nihil pengelolaan limbah yang baik berkelindan dengan penggunaan obat-obatan antibiotik kimia yang terus-menerus.
“Contoh bakteri salmonella pada peternakan ayam yang tak sehat dapat meresap ke air tanah, lalu dikonsumsi masyarakat. Maka akan jadi masalah serius. Risiko wabah di Yogyakarta cukup tinggi,” kata Andi Suryo, Government Advocacy Manager AFJ, dalam keterangan tertulis yang diterima Mongabay.
Ketika kesejahteraan ayam tak jadi prioritas, katanya, akan berimbas pada kesehatan manusia. Dia contohkan, kasus flu burung. Wabah yang ditandai dengan virus H5 N1 ini merebak pada 2000-an awal karena sistem peternakan buruk hingga menyebabkan penyakit bagi manusia ke seluruh dunia.
Hal ini mendasari AFJ dan Act for Farmed Animals (AFFA) serta Animals Don’t Speak Human (ADSH) mendorong, peternakan bebas kandang. Mereka pun menginisiasi kawasan tanpa sangkar atau cage-free district pertama di Indonesia. Ia terletak di Jalan Prawirotaman dan Tirtodipuran, Yogyakarta.
Peternakan bebas kandang ini berada di kawasan wisata yang biasa ramai pelancong mancanegara di Yogyakarta.
Upaya ini lewat pengukuhan cage-free district antara lain mendorong penggunaan telur ayam dari ayam yang tidak budidaya dalam sangkar atau kandang terbatas.
Pemerintah Yogyakarta mendukung inisiasi ini sebagai bagian dari upaya wisata berkelanjutan.
Anita Verawat, Kepala Bidang Pemasaran Dispar Yogjakarta, menyatakan, inisiasi cage-free district sejalan dengan visi pariwisata berkelanjutan.
Dalam pengelolaan wisata ramah lingkungan, penting untuk memerhatikan kesejahteraan hewan.
“Industri yang lebih ramah lingkungan memberikan kebaikan pada kita sebagai manusia dan diharapkan dapat mengundang makin banyak usaha bisnis di berbagai area untuk beralih ke telur bebas sangkar dalam proses produksinya,” katanya.
Upaya ini dia harapkan tak hanya meningkatkan kesejahteraan hewan, juga menambah citra wisata Yogyakarta yang mendorong keberlanjutan.
Sejauh ini, katanya, sudah ada 18 perusahaan berkomitmen menggunakan telur bebas sangkar di Yogyakarta. Sedangkan secara nasional, AFJ menyebut ada 83 perusahaan sudah memiliki komitmen sama, 61 masuk kategori perusahaan multinasional. Sisanya, perusahaan nasional atau lokal.
Secara global tren konsumen yang mulai khawatir pada kesejahteraan ayam petelur tergambar dalam penelitian yang muat di jurnal The Animal Welfare and Policy. Responden dari penelitian itu tersebar di Australia, Bangladesh, Brasil, Chili, Tiongkok, India, Malaysia, Nigeria, pakistan, Filipina, Sudan, Thailand, UK dan Amerika Serikat paham terhadap pentingnya memilih telur dari peternakan bebas kandang.
Hal ini berdfasarkan dari pemahaman mereka akan pentingnya budidaya ayam tanpa menyakiti ternak itu. Bahkan, responden dari penelitian yang dilakukan pada 2022 itu lebih memilih telur tidak dibudidayakan dalam kandang baterai.
AFJ mengutip Organisasi riset Welfare Footprint yang menyatakan mobilitas terbatas ayam petelur dalam kandang baterai bisa memengaruhi perkembangan tulang hingga membuat mereka sakit secara fisik. Penyumbang terbesar dari rasa sakit ini, katanya, adalah kurangnya kebutuhan dasar bagi hewan itu, seperti tidak ada sarang, tempat bertengger, tempat istirahat atau ruang mencari makan.
Gugah kesadaran
Sebelumnya, AFJ bersama pemerhati kesejahteraan hewan dan lingkungan mendesak salah satu gerai kafe besar di Indonesia, Fore Coffee. Belasan aktivis dari AFJ dan AFFA menggelar aksi di Kantor pusat startup tersebut, dan lanjut di Yogyakarta.
Aksi ITU agar Fore Coffee mendukung gerakan yang diberi jargon #CagefreeFOREveryone ini dilakukan dengan peraga teatrikal. Dua aktivis mengenakan apron khas barista bertuliskan jargonITU, lalu ada satu orang membawa kandang baterai berisikan boneka ayam yang berimpitan, seorang lagi adegan memegangi tangan seseorang yang mengenakan kostum ayam. AFJ sebut ingin menggambarkan ayam petelur di dalam kandang baterai yang tidak bisa bergerak bebas.
Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye untuk Program Hewan AFJ, dalam keterangan tertulis mengatakan, Fore Coffee menyebut diri mereka sebagai bisnis berkelanjutan dengan jargon #FOREsponsible tetapi sampai saat ini belum mengeluarkan komitmen bebas sangkar.
“Peduli pada pelanggan berarti peduli terhadap produk yang disuguhkan dan dari mana bahan baku produk diperoleh. Sudah saatnya konsumen tahu dari mana Fore Coffee memperoleh telur yang mereka gunakan dalam rantai pasok mereka,” kata Dhiani.
Baginya, mengembangkan peternakan ayam petelur bebas kandang sangat penting. Mengutip Ourworldindata.org, jumlah ayam petelur setara populasi manusia, 8,3 miliar. Namun, katanya, sebagian besar hidup di kandang yang luas kurang dari selembar kertas A4. Jadi, tidak memungkinkan mereka melakukan perilaku alaminya.
Elfha Shavira , Manjer Kampanye AFFA, menyebut, ada lima perusahaan di Indonesia yang dalam semester pertama 2024 mengumumkan komitmen bebas sangkar, yaitu Bali Buda, Subway Indonesia, Doughlab, Archipelago Internasional dan Rella’s Kitchen.
Elfha menyebut, tren kesadaran bebas sangkar ini pun sudah banyak dimiliki konsumen Indonesia. Sat ini, ada petisi agar produk di pasaran mengutamakan kesejahteraan hewan.
“Permintaan konsumen untuk telur bebas sangkar makin meningkat, seiring keinginan perusahaan menerapkan standar makanan yang etis.”
******
Menyoal Resistensi Antimikroba: Perketat Pengawasan Peternakan Ayam