- Prilly Latuconsina yang menyukai olahraga selam didapuk menjadi kawan hiu paus oleh Konservasi Indonesia. Prilly pernah mengunggah sejumlah foto dan video kedekatannya dengan hiu paus di Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo di akun instagramnya.
- Hiu paus merupakan satwa laut dilindungi berstatus terancam punah (endangered). Oleh karena itu, Konservasi Indonesia mempunyai berbagai program konservasi hiu paus, salah satunya di perairan Teluk Saleh, Sumbawa dengan memasang tagging hiu paus atas nama Prilly
- Hiu paus merupakan salah satu spesies ikan terbesar di bumi, tetapi pemakan plankton. Uniknya hiu paus memiliki pola totol putih pada tubuhnya yang menjadi identitas masing-masing individu. Pola totol ini seperti sidik jari pada
- Hiu paus berkelana hingga ke Laut Pasifik sampai di Kepulauan Marshall selama beberapa bulan dan kembali ke Teluk Cendrawasih. Seperti anak yang mainnya jauh, mereka selalu kembali pulang ke rumahnya.
Konservasi Indonesia menobatkan aktris Prilly Latuconsina sebagai kawan hiu paus (Rhincodon typus) pada Jumat (30/8/2024) lalu. Ditandai dengan penyerahan alat tagging atau penanda untuk salah satu individu hiu paus atas nama Prilly di Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
“Senang, saya berkenalan dengan hiu paus (saat diving) di Gorontalo. Kini dekat denganku. Senang bisa mengenalkan hiu paus,” katanya saat konferensi pers daring yang diselenggarakan Konservasi Indonesia.
Prilly yang menyukai diving ini mengunggah sejumlah foto dan video kedekatannya dengan hiu paus di Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo di akun instagramnya. Tak disangka, beragam komentar disampaikan warganet bahkan menanyakan tentang sifat hiu paus.
“Banyak yang tanya di mana? Itu apa? Gak takut dimakan? Ternyata banyak yang tidak tahu tentang hiu paus. Senang saya bisa mengedukasi tentang Hiu Paus dan turut menjaga ekosistem perairan,” katanya.
Bahkan, videonya di-respost sejumlah akun luar negeri. Banyak yang tidak tahu, katanya, jika hiu paus memakan plankton. Prilly juga mengingatkan agar wisatawan yang berinteraksi dengan hiu paus di laut tidak terlalu dekat. Saat menyelam wisatawan berjarak maksimal dua meter.
Prilly juga mengingatkan jika populasi hiu paus juga terancam karena perburuan, tertabrak kapal dan mati karena memakan sampah plastik yang bertebaran di laut. “Tak hanya diving, saya juga memunguti sampah di laut. Ada popok, bungkus permen dan plastik,” ujarnya.
Baca : Ada Ekowisata Berkelanjutan untuk Hiu Paus di Teluk Saleh, Seperti Apa?
Setelah dinobatkan sebagai kawan hiu paus, Prilly tertantang turut mengedukasi masyarakat untuk senantiasa menjaga lingkungan serta ikut menjaga habitat hiu paus dan ekosistemnya. Publikasi hiu paus di akun instagramnya, berdampak dengan semakin banyak wisatawan yang tertarik berinteraksi dengan Hiu Paus.
Namun bagai dua sisi mata uang, publikasi bagus untuk peningkatan ekonomi masyarakat namun juga banyak yang khawatir dengan kehadiran wisatawan yang tak bertanggung jawab dengan membuang sampah di laut.
“Mari turut bertanggung jawab, menjaga rumah hiu paus,” ujar Prilly.
Ia juga tertarik untuk membuat film yang mengangkat hiu paus di lautan. Film, katanya, efektif menyebarluaskan pesan konservasi. Ia berharap bisa berkontribusi dan membuat film untuk menyampaikan usaha konservasi hiu paus. Prilly juga berharap bisa menyambangi rumah hiu paus di Teluk Saleh, Sumbawa, NTB; Teluk Triton Kabupaten Kaimana dan Teluk Cendrawasih, Wondama, Papua Barat.
Karakter Hiu Paus Mirip Prilly
Senior Vice President and Excutive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany menjelaskan karakter hiu paus mirip dengan Prilly. Di tengah kesibukan sebagai aktris, pebisnis dan produser, ia merupakan sosok yang bersahabat. Sehingga selalu dinantikan publik Indonesia.
“Karakter Prilly mirip dengan hiu paus, bersahabat, bersahaja dan ramah. Hiu Paus juga penjelajah setiap tahun menempuh 15 kilometer. Seperti Prily, suka jalan-jalan tapi selalu kembali pulang,” katanya.
Baca : Hiu dan Pari Terancam Punah, Teluk Saleh Jadi Harapan
Konservasi Indonesia sendiri akan memasang tagging hiu paus atas nama Prilly itu pada 25 September 2024 untuk mendeteksi pergerakan, pola migrasi dan kebiasaan megafauna laut ini. Alat penanda satelit ini mulai berfungsi pada Oktober 2024. Tagging memancarkan sinyal yang diterima satelit untuk memudahkan usaha konservasi dan rekomendasi penanganannya.
Konservasi Indonesia memasang tagging pada 65 individu atau sekitar 30 persen dari populasi hiu paus. Tagging yang paling paling canggih, bisa memantau pergerakan selama dua tahun. Teknologi tagging tergolong mahal, satu alat berharga USD5.000.
Sejak 2016, hiu paus masuk dalam daftar merah untuk species terancam oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status terancam punah (endangered). Hiu paus tersebar di sejumlah titik perairan seperti Teluk Saleh, NTB sebanyak 110 individu, Teluk Cendrawasih, Probolinggo dan Gorontalo.
Konservasi Indonesia berkomitmen dalam program konservasi hiu paus, salah satu dari enam spesies fokal atau focal species. Yakni spesies yang berdampak besar terhadap lingkungan karena kehadirannya sangat penting menjaga struktur dan keanekaragaman. Meliputi hiu belimbing (Stegostoma tigrinum), hiu berjalan (Hemiscyllium), hiu martil (Sphyrnidae), pari manta, dan satwa ordo cetacean seperti paus, lumba-lumba dan pesut.
Spesies fokal laut yang terancam punah, dalam usaha konservasinya memberikan dampak lebih luas untuk spesies lain, habitat, dan ekosistem. Selain itu, juga tak jarang merupakan spesies karismatik yang menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan seperti ekowisata. “Konservasi Indonesia melakukan studi hiu paus di Teluk Saleh sejak 2017 serta menggaungkan ekowisata mulai 2019,” katanya.
Baca juga : Ekowisata Menjadi Ancaman Baru Hiu Paus
Ekowisata Hiu Paus Teluk Saleh
Konservasi Indonesia menurunkan tim untuk melakukan studi, pemberdayaan dan penyadaran masyarakat untuk turut menjaga hiu paus. Serta bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk konservasi hiu paus sebagai spesies kunci untuk melindungi ekosistem. Konservasi Indonesia mendorong Teluk Saleh menjadi kawasan konservasi laut berbasis hiu paus.
“Kami percaya lingkungan merupakan pondasi dari pengembangan manusia, dan ekonomi. Tanpa pelestarian alam maka keanekaragaman hayati, pengembangan manusia dan ekonomi tak berjalan,” katanya. Dengan melakukan konservasi hiu paus juga turut menjaga hutan, mangrove dan terumbu karang. Konservasi tak berdiri sendiri, katanya, namun harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Kini, wisatawan berdatangan dan berinteraksi dengan hiu paus di Teluk Saleh. Ekowisata hiu paus juga dilakukan dengan memperhatikan aspek konservasi. Konservasi Indonesia melakukan studi tentang daya dukung lingkungan. Sepanjang setahun berapa jumlah wisatawan yang diizinkan berinteraksi dengan hiu paus. “Wisatawan tidak boleh memegang hiu paus,” ujarnya.
Konservasi Indonesia melakukan kampanye, edukasi dan penyadaran dengan program kepada anak dan masyarakat dengan gembira. Sekitar 80 persen populasi hiu paus di Teluk Saleh remaja jantan. Hiu paus suka main dan percaya dengan manusia. “Mengajak Prilly untuk melihat langsung hiu paus,” kata Mei.
Konservasi Indonesia juga bekerja sama dengan peneliti dan perguruan tinggi untuk meneliti hiu paus di seluruh indonesia. Konsep penelitian dan metode terus berkembang. Populasi hiu paus di Teluk Cenderawasih yang terdokumentasi 150-200 ekor individu.
Populasi hiu paus di Australia jauh lebih besar karena kontribusi citizen science yakni gerakan masyarakat yang terlibat dalam penelitian. Mereka mengirim dokumentasi berupa foto dan video kepada ilmuwan. Sedangkan di Indonesia, minim penelitian dan keterlibatan citizen science. Foto hiu paus penting untuk menghitung estimasi populasi hiu paus di sebuah kawasan.
Baca juga : Wisata Hiu Paus di Gorontalo Harus Utamakan Konservasi
Megafauna Laut Penjelajah
Focal Species Senior Manager Konservasi Indonesia, Mochamad Iqbal Herwata menuturkan hiu paus merupakan salah satu spesies ikan terbesar di bumi, panjang mencapai 18 meter dengan bobot hingga 38 ton. Umur mencapai 80 tahun. “Meski berukuran besar, Hiu Paus makan plankton,” ujarnya.
Hiu paus yang secara ekologis memiliki fungsi mengontrol populasi plankton, jika terjadi blooming plankton atau ledakan jumlah plankton bisa menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Berbahaya bagi organisme di laut. Setiap hiu paus memiliki keunikan tersendiri dilihat dari totol putih yang memenuhi tubuhnya sehingga menjadi identitas masing-masing individu. Seperti sidik jari manusia. Konsevasi Indonsia memiliki bank data yang berisi identitas individu hiu paus. Hasil analisis genetika, hiu paus hidup 70 juta tahun lalu.
“Hiu paus spesies kosmopolitan, terdistribusi secara luas di perairan tropis hingga hangat. Kecuali laut Mediterania,” kata Iqbal. Sejumlah kawasan di Indonesia seperti Teluk Cendrawasih bisa menemukan hiu paus sepanjang tahun. Hiu paus bermigrasi sampai 15 ribu kilometer, dan bisa menyelam lebih dari 2.000 meter.
Dengan melindungi habitat hiu paus, katanya, juga turut menjaga terumbu karang, lamun, mangrove dan ekosistem pelagis atau ekosistem laut terbuka, terdiri atas seluruh samudra di luar wilayah pantai.
Hiu paus merupakan spesies karismatik, banyak wisatawan yang berinteraksi dengan paus dengan menyelam dan snorkeling. Bahkan bisa dilihat dari atas kapal. Kehadiran hiu paus di suatu daerah berkembang menjadi pariwisata. Secara global pariwisata hiu paus menghasilkan USD 42 juta per tahun.
Sehingga perlu dilakukan usaha perlindungan ekosistem untuk menjaga populasi hiu paus. Hiu paus menghadapi berbagai ancaman, seperti perburuan di sejumlah daerah indonesia Timur. Hiu paus juga spesies sensitif, sehingga wisatawan dilarang menganggu jalur migrasi.
Hiu paus juga berpotensi tertabrak kapal, karena jalur migrasinya tumpang tindih dengan jalur pelayaran. Hiu paus terkena propeler kapal atau tertabrak. Hiu paus memiliki siklus hidup di laut, yang secara rutin kumpul. Seperti di Probolinggo, Jawa Timur.
Namun, belum ada data populasi hiu paus di Probolinggo. Konservasi Indonesia berusaha melindungi hiu paus di habitat kritis. Dengan melindungi habitat diharapkan bisa memulihkan populasinya di kawasan Indo Pasifik. Dua sub populasi Hiu Paus di Atlantik dan Indo Pasifik turun hingga 63 persen. Sedangkan estimasi proses pemulihan populasi membutuhkan waktu selama 100 tahun. Bagaimana memulihkan, melindungi Hiu Paus, Konservasi Indonesia meneliti jalur migrasi, dan waktunya. Yakni dengan memasang tagging yang memberikan data posisinya melalui satelit.
Menarik dibaca : Mengejutkan, Hiu Paus Ternyata Memakan Rumput Laut
Adopsi Tagging Hiu Paus
Sejak 2015 tagging hiu paus, untuk mengetahui koridor migrasi hiu paus. Setiap hiu paus yang di-tangging diberi nama, dan publik bisa mengadopsinya. Lokasi hiu paus bisa dilacak secara real time pergerakannya. Individu hiu paus terlacak bergerak ke laut Banda menuju Selat Jawa-Selat Sunda. “Seperti anak rantau, hiu paus kembali ke rumah. Unik, hiu paus di Teluk Saleh tidak lupa dengan rumahya. Teluk Saleh rumah hiu paus, harus dijaga,” kata Iqbal.
Sedangkan hiu paus di Teluk Cendrawasih berkelana hingga ke Laut Pasifik sampai di Kepulauan Marshall selama beberapa bulan. Namun, hiu paus itu balik ke Teluk Cendrawasih. Seperti anak yang mainnya jauh, katanya, mereka selalu kembali pulang ke rumahnya.
Konservasi Indonesia bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk riset dan mempublikasikan secara global untuk perlindungan. Selain Teluk Saleh, Teluk Cedrawasih, Probolinggi dan Gorontalo, lima tahun kedepan, katanya, fokus penelitian perlu meneliti Hiu Paus di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur yang kemungkinan terhubung dengan kawasan Western Indian Ocean di Mozambique. Sehingga perlu kerja sama antar negara untuk melindungi spesies hiu paus. Untuk memastikan populasi hiu paus aman, lestari dan manfaatkan bersama untuk kepentingan pariwisata. (***)