- Diperlukan keterlibatan semua pihak untuk mengatasi persoalan lingkungan seperti tata kelola sampah dan pencemaran udara di Jakarta.
- Seiring dengan Jakarta menuju kota global, maka penanganan masalah lingkungan ini wajib diatasi secara maksimal.
- Apresiasi diberikan kepada warga maupun perusahaan swasta yang sudah berkontribusi dalam upaya pelestarian pengelolaan lingkungan hidup di kota berpenduduk 11,35 juta jiwa.
- Selain bisa menjadi sarana edukasi, dengan memiliki kepedulian terhadap lingkungan ternyata ada sisi ekonominya.
Sebagai kota megapolitan, Jakarta masih menyimpan berbagai permasalahan lingkungan yang tak berkesudahan. Tidak hanya soal sampah yang mencemari daratan maupun perairan. Namun, kualitas udara yang kerapkali memburuk di musim-musim tertentu juga seolah sudah menjadi persoalan laten di kota berpenduduk 11,35 juta jiwa itu.
Untuk mengatasi dua persoalan tersebut Pemerintah Provinsi Jakarta mengakui tidak sanggup untuk melaksanakannya sendiri, akan tetapi diperlukan keterlibatan semua pihak.
Hal ini diungkapkan Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut Asep, selain masyarakat, peran serta sektor swasta juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi persoalan sampah yang volumenya bisa mencapai 8.000 ton per hari. Begitupun dengan pencemaran udara yang bisa membahayakan warga.
“Berbicara lingkungan hidup yang sehat ada empat komponen utama yang harus kita tingkatkan, yaitu bagaimana bisa mengolah sampah, perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan tentunya perubahan iklim,” jelasnya.
Baca : Akankah Mutu Udara Jakarta dan Kota-kota Lainnya Membaik?
Asep melanjutkan, persoalan lingkungan ini merupakan masalah sensitif yang tidak hanya terjadi di Jakarta, melainkan di kota-kota besar lain di seluruh dunia. Seiring dengan Jakarta menuju kota global, maka penanganan masalah lingkungan ini wajib diatasi secara maksimal.
Sebab, salah satu indikator utama kota global adalah kota yang layak huni, serta konsep pembangunan kotanya berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Jakarta berkomitmen untuk menjadi 20 kota global terbaik di dunia. Terhadap hal-hal ini juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan swasta,” katanya.
Apresiasi Warga
Sebagai upaya untuk mendorong lebih banyak masyarakat agar memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan di Jakarta, DLH DKI Jakarta memberikan penghargaan berupa dana pembinaan kepada masyarakat maupun perusahaan swasta yang sudah berkontribusi dalam upaya pelestarian pengelolaan lingkungan hidup di Jakarta.
Dana pembinaan ini diberikan kepada masyarakat yang berhasil melakukan pengurangan sampah ditingkat Rukun Warga atau RW. Dari 2.744 RW di Jakarta, terdapat 11 RW yang meraih penghargaan dalam kategori Pengelolaan Sampah Lingkungan RW.
Penghargaan juga diberikan kepada 6 Bank Sampah terbaik, termasuk 3 pegiat maggot terbaik.
Sedangkan apresiasi bagi warga yang melakukan upaya dalam meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dalam kategori Program Kampung Iklim (Proklim) Madya jumlahnya 25 RW.
“Kami ingin mendorong lebih banyak warga Jakarta untuk bergerak, berinovasi, dan berperan dalam menjaga lingkungan,” ucap Asep.
Selain masyarakat, apresiasi juga diberikan kepada 7 perusahaan yang mampu mengelola sampahnya secara mandiri dan berkelanjutan. Disamping itu, penghargaan juga diberikan kepada 2 perusahaan jasa pengangkutan sampah.
Baca juga : Sampah Plastik Mencemari Indonesia, Produsen Harus Bertanggung Jawab
Sementara untuk kategori Sekolah Adiwiyata penghargaan diberikan kepada 39 sekolah ditingkat SD, SMP, dan SMA atau SMK. Tak hanya itu, dinas yang bermarkas di Clilitan itu juga memberikan apresiasi kepada 2 bengkel yang mendukung Program Uji Emisi. Uji emisi ini menjadi bagian penting dalam mengantisipasi memburuknya kondisi udara di Jakarta.
Hingga kini, polusi udara masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di provinsi yang memiliki 44 Kecamatan ini. Akibat paparan polusi itu, masyarakat menjadi terbiasa dengan ancaman udara yang jauh dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yaitu sebesar 15 mikrogram per meter kubik.
Tidak hanya memberikan apresiasi pada warga yang mendukung Program Uji Emisi ini, sebagai bentuk komitmen untuk mengatasi persoalan polusi udara, pemerintah Jakarta juga sudah mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 576 Tahun 2023 tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU). Dalam dokumen ini juga sudah tercantum road map isu penyelesaian masalah udara di Jakarta hingga 2030.
Rommel PP Pasaribu, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat, Data dan Informasi, DLH DKI Jakarta mengungkapkan, penghargaan diberikan setelah melalui verifikasi data dan lapangan yang ketat. Sesuai dengan standar komponen yang menjadi dasar penilaian per kategori oleh tim verifikator yang terdiri dari instansinya, satuan kerja perangkat daerah terkait, serta tim independen.
Mengubah Pola Pikir
Sementara itu, Rifka, guru sekaligus ketua tim Adiwiyata SDN Srengseng Sawah 11, Kecamatan Jagakarsa mengaku bangga tempat mengajarnya itu terpilih mendapatkan penghargaan sekolah adiwiyata.
Sebab, ia sadar untuk mendapatkan penghargaan sekolah yang menerapkan pola hidup peduli lingkungan ini prosesnya tidak mudah.
Pertama yang ditekankan yaitu bagaimana harus mengubah pola pikir siswa-siswi di sekolah agar memiliki kepekaaan yang tinggi terhadap kondisi lingkungan. Tak hanya siswa-siswi, kesadaran ini juga diberlakukan kepada guru dan karyawan yang ada di lingkungan sekolah.
“Kerjasama berbagai pihak ini menjadi penting untuk mendukung sekolah Adiwiyata,” ungkapnya.
Baca juga : Inilah Lima Produsen Pencemar Sampah Saset Terbanyak di Indonesia
Bagi Rifka, dengan mendapatkan penghargaan ini tak hanya membawa nama sekolahnya menjadi harum, namun yang lebih penting daripada penghargaan ini yaitu bagaimana karakter peserta didik bisa berubah dalam menjaga kebersihan, memahami konservasi air, menghemat energi, dan mengelola sampah.
“Ada banyak proses yang kami lakukan. Selain waktu juga memakan biaya yang luar biasa. Untuk itu, kami sangat senang mendapatkan penghargaan ini,” jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan, Agus Rohman, ketua RW 04 Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit. Menurut dia, penghargaan hanyalah bonus daripada proses yang ia dan warga lakukan agar lingkungannya menjadi lebih baik.
Selain bisa menjadi sarana edukasi, dengan memiliki kepedulian terhadap lingkungan ternyata ada sisi ekonominya. Sehingga warga antusias untuk melakukan perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik. “Kami memulainya dari bank sampah, semula kadernya hanya 30 orang, sekarang ini ada 130 nasabah,” katanya.
Setelah bank sampah, lanjut Agus, praktik baik ini kemudian berlanjut hingga pembuatan kompos. Dari kompos ini kemudian dibuat untuk penghijauan di gang-gang. Sehingga, warga diminta untuk punya pohon agar lebih sejuk.
“Kelemahan kami belum bisa menggaet pihak swasta untuk membantu pengelolaan lingkungan di RW ini, kami belum mendapatkan. Mudah-mudahan lewat penghargaan ini nanti perusahaan bisa melihat lah,” harap ketua RW yang mendapatkan penghargaan Proklim ini. (***)