- Temuan spesies katak Neblinaphryne imeri di negara Amazonas di Brasil menunjukkan di masa lalu ada perubahan geologis di wilayah ini.
- Jenis katak baru dengan kerabatnya, Neblinaphryne mayeri, memiliki nenek moyang yang sama, dan terpisah selama 55 juta tahun.
- Akibat transformasi geologis, jenis katak yang ada di dua puncak gunung yaitu Imeri dengan Neblina berevolusi secara terpisah dan berkembang menjadi spesies berbeda.
- Geogenomik yaitu studi multidisipliner antara pakar biologi dan geologi berhasil memetakan perubahan geologis di pegunungan ini, yang tidak hanya membentuk geografinya tetapi juga keanekaragaman spesies.
Sebuah temuan spesies katak baru di Pegunungan Imeri, wilayah Amazon perbatasan antara negara Brasil dan Venezuela membuktikan bahwa telah terjadi pergerakan geologi signifikan yang memisahkan antara pegunungan tersebut dengan wilayah lainnya selama 55 juta tahun.
Spesies katak yang kemudian diberi nama Neblinaphryne imeri ditemukan pada November 2022 itu dicirikan sebagai spesies baru. Sebelumnya, para ahli telah melakukan berbagai analisis foto, studi fisik, pengukuran individu yang ditemukan, hingga pengurutan DNA. Temuan ini dipublikasikan pada bulan September tahun ini di jurnal Zootaxa.
“Hewan-hewan ini membantu kita menemukan kembali bagian sejarah penting Bumi, khususnya Amerika Selatan yang tidak kita ketahui,” jelas Miguel Trefaut Rodrigues, pimpinan ekspedisi yang juga seorang herpetologis di Universitas São Paulo (USP).
Rodrigues telah melakukan banyak kerja-kerja lapangan selama lebih dari 40 tahun.
Dalam ekspedisi ini, dia memimpin tim yang terdiri dari 14 peneliti. Mereka berkemah selama 12 hari di puncak gunung setinggi hampir 1.900 meter. Ekspedisi ini juga telah berhasil mengumpulkan lebih dari 1.200 sampel vegetasi yang mewakili sekitar 220 spesies, -dari lumut hingga anggrek, yang sebagian besar spesies endemik wilayah tersebut.
Kondisi iklim di puncak Imeri sangat berbeda dengan yang ada di daerah lembab panas di dataran rendah Amazon. Hal ini mengakibatkan banyak spesies telah beradaptasi dengan iklim, termasuk spesies yang jarang turun ke dataran rendah hutan hujan.
“Kami menemukan fauna dan flora baru hingga sekarang sama sekali tidak dikenal. Kami harus merilis banyak penelitian dalam dua hingga tiga tahun ke depan,” jelasnya.
Berasal dari Nenek Moyang Katak yang Sama
Pengujian DNA yang dilakukan pada spesies katak baru dengan spesies kerabatnya, yaitu Neblinaphryne mayeri, menunjukkan bahwa nenek moyang mereka adalah jenis yang sama. Yaitu, masa ketika puncak Imeri dengan Neblina (puncak gunung lain yang berada di satu kawasan ini) pernah saling terhubung di masa lalu.
Dalam jutaan tahun sejak saat itu, erosi yang terus-menerus oleh angin dan air menggerogoti pegunungan, yang menciptakan wilayah hutan lebih rendah yang ditembus oleh puncak-puncak terisolasi yang dapat di lihat saat ini.
Akibat transformasi geologis ini, katak di kedua puncak berevolusi secara terpisah, terisolasi.
“Penghalang migrasi spesies bisa berupa sungai besar, vegetasi berbeda dari habitat tempat spesies hidup sebelumnya, dan wilayah pegunungan. Ini bisa memberi kita gambaran tentang usia lembah dan pegunungan yang ada,” jelas André Sawakuchi, seorang ahli geologi di USP.
“Usia pemisahan geologi memberi tahu kita berapa lama penghalang yang memisahkan kedua spesies itu telah ada.”
Geogenomik: Irisan Kolaborasi Pakar Biologi dan Geologi
Ahli biologi dan ahli geologi sering bekerja sama untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang keanekaragaman hayati dan bentang alam hutan hujan tropis. Bidang studi ini disebut geogenomik, istilah yang dipopulerkan oleh ahli geologi Paul Baker dari Duke University AS.
Lúcia Lohmann, peneliti di Institut Biosains USP dan Universitas California, Berkeley, adalah yang bertanggungjawab mengoordinasikan proyek ekspedisi di Amazon ini dengan para ilmuwan dari berbagai bidang sains berbeda.
“Studi holistik dari berbagai bidang pengetahuan seperti biologi, geologi, dan klimatologi sangat penting untuk memahami asal usul keanekaragaman hayati dan bentuk adaptasi yang terjadi selama jutaan tahun,” jelasnya.
“Materi yang kami kumpulkan menambahkan bagian-bagian hal baru yang menjelaskan asal-usul dan evolusi keanekaragaman hayati di Amazon.”
Menurut Lohmann, garis keturunan tumbuhan dapat dijumpai di bagian-bagian hutan pada ketinggian lebih tinggi yang lalu bermigrasi ke wilayah lebih rendah.
Data yang dikumpulkan ini memungkinkan para peneliti untuk memahami jalur penyebaran spesies di masa lalu dan pembentukan keanekaragaman hayati spesies yang rumit di Amerika Selatan. Di sisi lain, mendokumentasikan keanekaragaman hayati di wilayah yang belum diketahui untuk sejumlah besar spesies terancam punah, merupakan tugas ilmiah yang mendesak.
“Memahami masa lalu dan asal usul kita sangat penting untuk kita dapat memprediksi masa depan yang lebih akurat. Juga untuk menetapkan kebijakan dan strategi perlindungan keanekaragaman hayati,” tutup Lohmann.
Artikel ini diterbitkan oleh Mongabay Global di sini pada 19 Desember 2024. Tulisan ini diadaptasi dan diterjemahkan oleh Ridzki R Sigit.
Referensi:
Fouquet, A., Kok, P. J., Recoder, R. S., Prates, I., Camacho, A., Marques-Souza, S., … Rodrigues, M. T. (2024). Relicts in the mist: Two new frog families, genera and species highlight the role of Pantepui as a biodiversity museum throughout the Cenozoic. Molecular Phylogenetics and Evolution, 191, 107971. doi:10.1016/j.ympev.2023.107971
Baker, P. A., Fritz, S. C., Dick, C. W., Eckert, A. J., Horton, B. K., Manzoni, S., … Battisti, D. S. (2014). The emerging field of geogenomics: Constraining geological problems with genetic data. Earth-Science Reviews, 135, 38-47. doi:10.1016/j.earscirev.2014.04.001
Fouquet, A., Moraes, L. J., Grant, T., Recoder, R., Camacho, A., Ghellere, J. M., … Rodrigues, M. T. (2024). A new species of Neblinaphryne (Anura: Brachycephaloidea: Neblinaphrynidae) from Serra do Imeri, Amazonas state, Brazil. Zootaxa, 5514(1), 73-90. doi:10.11646/zootaxa.5514.1.5
Katak Terkecil di Dunia yang Ditemukan di Sulawesi, Ternyata Bersarang di Daun