- Penemuan spesies jamur baru di Irlandia, Gibellula attenboroughii, mengubah perilaku laba-laba seolah-olah menjadi zombie, memaksanya untuk berpindah ke tempat yang optimal bagi penyebaran spora.
- Jamur ini ditemukan di beberapa sistem gua dan ruang penyimpanan bubuk mesiu, serta memanipulasi otak laba-laba melalui dopamin, “senyawa kebahagiaan” yang membuat inangnya berperilaku tidak wajar.
- Fenomena ini mengingatkan pada kisah “zombie ants” yang dikendalikan oleh jamur Ophiocordyceps di hutan hujan Brasil, mengungkapkan kesamaan mekanisme antara dua spesies inang yang berbeda.
- Penemuan ini membuka cakrawala baru dalam studi interaksi parasit-inang dan menunjukkan adanya keberagaman tersembunyi di kepulauan Inggris, yang kemungkinan masih menyimpan banyak rahasia alam.
Siapa yang tidak kenal dengan The Last of Us? Serial TV dan video game populer ini membawa kita ke dunia pasca-apokaliptik di mana manusia terinfeksi oleh jamur yang mengubah perilaku mereka, membuat mereka tampak seperti zombie. Konsep ini, yang sebelumnya hanya ada dalam imajinasi dan fiksi ilmiah, kini menemukan padanan aslinya di alam liar. Namun, kali ini “infeksi” terjadi pada laba-laba, bukan manusia.
Jika pada tahun 2023 lalu ada penemuan mengenai jamur Ophiocordyceps yang menginfeksi semut peluru dan membuatnya bisa memanipulasi otak semut. Kini yang penemuan terbaru ada penemuan Gibellula attenboroughii, spesies yang menginfeksi laba-laba. Seperti dalam cerita fiksi yang kita saksikan, jamur ini mampu “mengambil alih” otak inangnya dan mengubah perilakunya. Jamur ini menargetkan laba-laba, hewan yang biasanya pendiam dan menghindari bahaya, lalu memaksa mereka untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
Kejadian ini menjadi bukti nyata bahwa fenomena parasit yang mengendalikan perilaku inangnya bukanlah semata-mata fiksi. Bahkan, interaksi kompleks antara parasit dan inang telah ada di alam selama jutaan tahun, dan setiap penemuan baru memberikan kita jendela yang lebih luas untuk memahami keanekaragaman hayati dan strategi bertahan hidup dalam ekosistem.
Bagaimana Laba-laba ‘Zombie’ Ini Ditemukan?
Semuanya bermula pada tahun 2021 lalu di County Down, Irlandia, saat tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. Harry Evans dari Centre for Agriculture and Biosciences International (CABI) menemukan jamur misterius ini. Saat itu, kru dokumenter BBC yang sedang melakukan syuting untuk serial Winterwatch menemukan laba-laba yang telah “terinfeksi” oleh jamur tersebut di dalam sebuah ruang penyimpanan bubuk mesiu di Castle Espie. Laba-laba tersebut, yang merupakan spesies orb-weaver biasa, menunjukkan kondisi tubuh yang tidak wajar dengan jamur yang menjalar dan menutupi seluruh tubuhnya.
Jamur yang ditemukan ini kemudian dinamai Gibellula attenboroughii, sebagai penghormatan kepada Sir David Attenborough, tokoh legendaris dalam dunia dokumenter alam. Setelah penemuan pertama tersebut, tim peneliti melakukan ekspedisi lebih lanjut dengan bantuan para speleolog (penjelajah gua) untuk mencari lebih banyak contoh spesimen di beberapa sistem gua di Irlandia, termasuk di Whitefathers’ Caves yang terletak di perbatasan Fermanagh/Cavan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gibellula attenboroughii merupakan jamur asli yang hidup khusus pada laba-laba gua, seperti Metellina merianae dan Meta menardi, dua spesies laba-laba yang umumnya dikenal sebagai predator diam-diam.
Keunikan dari jamur ini tidak hanya terletak pada kemampuannya mengubah perilaku inang, tetapi juga pada variasi morfologisnya. Analisis genetik mengungkapkan bahwa meskipun penampakan fisik jamur ini bisa berbeda-beda yang mungkin karena perbedaan lingkungan seperti perbedaan sirkulasi udara dan pencahayaan, semuanya tetap merupakan spesies yang sama. Di ruang penyimpanan bubuk mesiu yang sunyi dan gelap, misalnya, spora jamur membentuk kolom-kolom yang menempel pada permukaan tanpa pigmen karena ketiadaan cahaya. Sedangkan di lingkungan gua yang memiliki sirkulasi udara dan cahaya yang lebih merata, spora yang dihasilkan cenderung tidak membentuk rantai panjang.
Kehadiran Gibellula attenboroughii di habitat buatan manusia seperti terowongan, lubang pembuangan air, dan ruang bawah tanah juga menjadi catatan menarik. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jamur ini merupakan spesies asli, ia dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan yang dibuat oleh aktivitas manusia.
Baca Juga: Jamur Zombie di Dunia Nyata yang Menginspirasi Film Serial Populer ‘The Last of Us’
Mekanisme Manipulasi Perilaku Laba-laba oleh Jamur
Salah satu aspek paling menarik dari spesies jamur ini adalah kemampuannya untuk mengendalikan perilaku laba-laba. Normalnya, laba-laba seperti Metellina merianae dan Meta menardi merupakan predator yang sangat berhati-hati, lebih memilih bersembunyi di dekat jaringnya untuk menghindari ancaman dan tetap dalam posisi aman. Namun, setelah terinfeksi, laba-laba ini justru meninggalkan persembunyian mereka dan memilih untuk menduduki posisi terbuka, seperti di langit-langit gua atau dinding ruangan.

Para ilmuwan menduga bahwa jamur ini menggunakan dopamin, suatu neurotransmitter yang berperan dalam mengatur mood dan perilaku, untuk mengubah keputusan serta pola gerak laba-laba. Dopamin yang dihasilkan atau dimanipulasi oleh jamur tersebut kemungkinan memaksa laba-laba untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan naluri alaminya. Perilaku ini sangat strategis karena menempatkan tubuh laba-laba yang sudah tidak berdaya di tempat yang ideal untuk menyebarkan spora jamur melalui arus udara yang mengalir di dalam gua.
Baca juga: Jarang Dilirik, Jaring Laba-Laba Ternyata Bisa Jadi Bioindikator Polusi
Fenomena serupa juga telah dikenal pada jamur Ophiocordyceps yang menginfeksi semut di hutan hujan Brasil. Dalam kasus tersebut, jamur memanipulasi perilaku semut agar mencari lokasi yang cocok untuk pertumbuhan jamur dan penyebaran spora. Meskipun perbedaannya terletak pada spesies inangnya, mekanisme dasar manipulasi perilaku oleh parasit tampaknya memiliki kesamaan yang menarik, menunjukkan bahwa strategi “pengendalian inang” ini mungkin telah berkembang.
Mekanisme biokimia yang mendasari manipulasi ini masih menjadi misteri dan menjadi topik penelitian intensif di masa mendatang. Bagaimana jamur dapat secara tepat mempengaruhi sistem saraf laba-laba untuk mengubah perilakunya? Faktor-faktor apa saja yang terlibat dalam proses ini? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya penting untuk pemahaman biologi inang-parasit, tetapi juga memiliki implikasi luas untuk ilmu saraf dan ekologi.